09 August 2002

Cara Praktis Kerja Ke Luar Negri

Kerja ke luar negri? Why Not!!! (bukan "why not?"). Terutama bagi
mereka yg punya naluri merantau, kerja ke LN sangat menjanjikan. Kira-kira,
ke mana ya, merantau ke luar negrinya? Malaysia? Aaah.... Malaysia
lagi, Malaysia lagi. Memangnya luar negri itu Malaysia doang. Di Malaysia
sana sudah seabrek-abrek orang Ina (Indonesia). Mau jadi pendatang
legal saja susahnya minta amit, apalagi jadi pendatang harom. Tapi tak
apa-apa kalau anda bersedia dicambuk.

Sebenarnya sangat TANGGUNG, kalau merantau ke LN tapi tujuannya
Malaysia. Sebab budaya serta bahasanya masih sama. Uangnya pun tak seberapa
besar buat dikoleksi untuk hari tua. Mungkin karena persamaan budaya dan
bahasa itulah, banyak orang Lamongan sana, nekat menjadi pendatang
haram ke Malaysia. Sayangnya, jauh-jauh ke negri orang, paling banter jadi
buruh kasar di kebun-kebun atau konstruksi bangunan. Yah, nasib. Jarang
yg bisa sampai berjaya meniti tangga karir di jajaran executive dunia
perniagaan atau birokrat.

Jadi, menengok pengalaman yg sudah-sudah, bahwa kebanyakan orang Ina yg
merantau ke LN jadi tenaga kasar, baik di kebun, jalanan atau buruh di
pabrik-pabrik, maka TIDAK USAH TANGGUNG-TANGGUNG merantaunya.
Alternatif negara lain, selain Malaysia, bisa kita cari, seperti Australia,
Eropa, atau amerika, Canada, yg, memang sukar untuk dipungkiri, merupakan
GUDANG DUIT. Ke Timur Tengah boleh juga, semacam Arab Saudi (KSA) atau
Uni Emirat Arab (UEA).

Merantau, Kalau masih sesama negara Melayu, macam Malaysia, Thailand,
Philipine atau Vietnam, kurang memberi prospek yg baik untuk ngumpulin
duit. Di Malaysia, seperti ditulis di atas, orang kita sudah berjubel.
Di Brunei mending, soalnya penduduknya sikit. Ke negara-negara Arab pun
syah-syah saja. Cuma kebanyakan yg dicari orang Arab tenaga non-skill,
macam sopir, pembantu dlsb. Negara bule yg enak untuk cari duit adalah
England, Amerika, dan Australia. Seandainya kita datang ke 3 negara tsb
secara illegal, tak akan dicambuk dan dipenjara macam di Malaysia.
Malah didata dan diberi makan dan dicarikan kerja, kalau mengku sebagai
assylum seeker, pencari suaka.

Mungkin ada nada "miring" dg ide ini. Semuanya kan, tergantung niat.
Kita ke negri bule "mau ngapain". Mau ikut-ikutan budayanya atau cari
duit. Atau cari duit sambil menebar benih ideologi. Yaitu, selain cari
duit, kita coba MENGINVASI negara-negara barat itu, dg ideologi kita.
Kalau dulu mereka menginvasi benua yg mereka duduki dg menjajah, membunuh,
merampas, maka kita menginvasi dg cara yg baik-baik: cari kerja. Kalau
perlu menetap di sana, kawin di sana, beranak pinak dan berkembang biak
di sana.

Sebelum mengajukan kerja ke negri sebrang, siapkan dulu bekal yg paling
pokok, yaitu bahasa Inggris. Kegunaan bhs Inggris dalam kapasitasnya
sebagai sarana untuk mencari uang, tak dapat diingkari, memang sangat -
sangat vital.

Malangnya di Indonesia bhs tsb kurang mendapat support di dunia
pendidikan maupun di dunia pergaulan umum. Pemerintah pun nampaknya cuek
bebek saja dg bhs yg satu ini. Yg sering digembar-gemborkan adalah
fanatisme buta nasionalis. Kalau ada yg ngomong Inggris, dinilai berkurang
nasionalismenya. Para petinggi lokal di daerah-daerah pun terlalu fanatik
dg kesukuannya, dg mengkampanyekan bhs daerah.

Di samping faktor akustik lidah orang Indonesia, faktor malu-malu masih
memegang peranan dalam sejarah perkembangan bhs Inggris di Indonesia.

System pengajarannya masih terpola bagaimana "supaya TIDAK SALAH"
ketika mengucapkan susunan katanya. Walhasil study grammar yg njelimaet yg
lebih erat nemplok di kepala, ketimbang vocabulary dan idiom-idiom yg
harus diucapkan.

Saya sempat terkaget-kaget ketika mengajar bhs Inggris orang-orang
Indonesia, yg rata-rata bekumis dan pesertanya membahas "Past Tense", "Past
Future Perfect Tense", "Present Perfect Almost Past Future Tense" atau
tens-tens yg lainnya lagi, tapi ketika saya minta mereka mengeja A,B,C
sampai Z dlm bhs Inggris, Cuma 2 orang yg bisa. Yg lainnya musti
muter-muter dulu sambil cengengesan.

Dan ketika saya berpura-pura menjadi Native English, dg menekuk lidah
macam orang bule, mereka ndak bisa menggunakan telinga "bule" mereka
untuk menangkap gelombang-gelombang suara yg saya keluarkan. Benar-benar
memprihatinkan.

Tapi ketika saya ngobrol-ngobrol dg anak-anak usia 7 th di Malaysia,
Singapore, Afrika Timur, dalam bhs inggris, bhs Inggris mereka ngelotok
bak rambutan aceh. Tapi ketika saya tanya, "Ini hukumnya apa dalam
grammar," mereka malah memandang dg keheranan, sambil bertanya, "What is
grammar?"

Kesimpulannya, dalam bhs inggris ini kita harus mempraktekkannya dg
MUKA BADAK. Ndak usah takut salah, dan ndak usah MIKIRIN grammar. Tidak
perlu TAKUT SALAH. Orang yg takut melakukan kesalahan, akan terperosok
ke dalam kesalahan yg lebih fatal.

The secret of communication is just like Balaghoh (Ilmu Komunikasi dalam Sastra Arab). Kalau yg diajak ngomong ngerti, berarti komunikasi berjalan. Kalau yg diajak ngomong ndak ngerti, ndak nyambung, jadinya yg meluncur rudal-rudal macam yg dikirim amerika ke Afghanistan.

Untuk memiliki MUKA BADAK ini tidak mudah. Bahkan lulusan Universitas Bahasa Asing pun jarang yg memilikinya. Padahal di UBA sudah diajarkan KUNCI komunikasi yg sangat berharga.

Sebagai training sebelum merantau ke negara bule, ada baiknya mengasah skill bahasa dan keahlian anda di Singapore. Di Singapore, walaupun warganya campuran Melayu dan imigran China, bhs inggrisnya paten-paten, walaupun banyak ndak ngikutin grammar ketika ngomong. Macam pengucapan “no play-play lah”, “I kid you not”, “You crazy laah,” sudah jadi bahasa baku sehari-hari.

Ndak peduli, yg punya bhs inggris asli ngerti apa nggak. Malah sudah ada kamus bhs Inggris versi Singapore yg diterbitkan, menyaingi kamus bhs Inggris Britain. Pasalnya mereka memiliki muka badak yg tebal jugak. Dan gara-gara mau menggunakan bhs bule dg agresif, ekonomi Singapore jauh melesat meninggalkan sesama negara Asia Tenggara. Sebab yg diajak bisnis negara-negara dg basis bhs inggris yg kuat juga, Macam Eropa, Amerika, Australia. Bukan negara-negara yg berbasis bhs Jawa, Padang atau Batak.

Di Afrika sana, tak jarang kita jumpai penduduk yg bicara bhs Inggris rusak seperti ini, “Me going, you going, you and me going-going there”. Yg penting yg diajak ngomong ngerti. Dan bhs Inggris, bagaimanapun juga, BUKAN bahasa ibu kita. Kalau terkontaminasi dg dialek-dialek lokal, itu wajar.

Jadi jangan malu mengatakan dialek bhs Indonesia yg di-inggriskan, semacam, “little-lilttle angry, little angry”, atau “Ah, you are…”. Dari keberanian-keberanian macam itu, akhirnya, kalau suatu saat anda berada di negri bule, tidak susah payah lagi untuk beradaptasi dg bhs Inggris versi Amerika, Britain atau Australia.

Ada sedikit strategi yg jitu supaya bisa nembus Singapore. Anda bisa cari kerja dulu di Batam. Di Batam, kalau anda bisa computer, terutama design graphis atau katakanlah cuma excell atau word, kalau anda beruntung, bisa untuk cari makan. Atau kalau kepepet, bisa jadi tukang ojek dulu. Atau kalau lebih kepepet lagi, jadi buruh bangunan.

Selama kerja di Batam itu, anda bisa melatih kuping Inggris anda. Sebab acara-acara TV Singapore yg berbahasa inggris bisa ditangkap dg jernih. Begitu juga siaran-siaran radionya. Orang Batam kebanyakan suka memutar radio Singapore atau Malaysia, walaupun yg mereka dengar nyanyi-nyanyinya yg meriah. Bukannya menangkap makna lyric-lyric lagu tsb, atau mendengar beritanya.

Tambahan lagi, di Batam betaburan koran-koran Singapore macam The Straits Times. Nah, di koran itu, disamping anda bisa mengasah reading dan vocabulary, serta idiom-idiom, anda bisa mendapatkan betapa banyaknya lowongan kerja yg tersedia. Mulai dari house maid sampai house builder, mulai dari tukang ketik surat sampai tenaga trampil programmer banyak dicari di situ.


Kebanyakan yg dicari memang warga Singapore sendiri, atau permanent resident (PR), tapi biasanya negara luar juga welcome. Asal mampu bersaing ngomong dan tidak berpenampilan macam residivis, orang Singapore mau menyambut kita. Dan waktu diinterview pun mereka ndak menanyakan hukum-hukum grammar. Yg penting komunikasi nyambung.

Setelah “lulus” di Singapore, baru meloncat-loncat ke negri lain yg anda suka.

Ini cuma sekedar saran buat mereka-mereka yg ingin bekerja dan menyalurkan potensi yg dia miliki ke luar negri. Terutama yg cuma bermodal nekat dan dukungan finansial yg pas-pasan. Kalau anda mempunyai dana yg memadai, jangan tunda lagi, langsung beli tiket dan terbang ke Eropa, Amerika atau Australia. Dijamin dollar anda makin bertambah. Kalau ndak punya modal, jangan kalah nyali dg orang-orang Irak, Afghanistan, Palestina yg berlayar dg perahu kayu ke Australia atau England untuk mengadu nasib. Atau meniru cara orang Cina pergi ke amerika, Masuk ke dalam kontainer dan menyamar jadi guci atau porselin. Tapi cara yg terakhir ini ndak terlalu sehat. Sebab kontainernya tidak dilengkapi AC.

Uskup Atalla, Jubir Gereja Orthodok - mendukung aksi syahid yang dilakukan pejuang Palestina

eramuslim - Uskup Atalla, Jubir Gereja Orthodok di Jerussalem, awal bulan Agustus lalu mengunjungi Libanon dan bertemu dengan tokoh-tokoh pemerintah Libanon serta pejuang Muslim yang membela hak rakyat Palestina. Dalam pertemuan dengan para tokoh tersebut, ia menyampaikan banyak tentang sikapnya terhadap masalah keberadaan Zionis Israel di Palestina.

Menurut Atalla, ia yakin meski banyak kesulitan yang dialami bangsa Palestina, tapi bangsa Palestina pasti menang. Ia merujuk pada kenyataan bulan-bulan terakhir intifadhah di saat tentara Israel melakukan serangan membabi buta terhadap Palestina, tapi ternyata bangsa Palestina mampu bertahan hidup dengan terus melakukan perlawanan. “Di Palestina, semakin tumbuh rasa nasionalisme yang besar di berbagai tempat, kelompok, Muslim dan Kristen. Mereka bekerjasama dan telah menetapkan pilihannya untuk melanjutkan perlawanan dengan segala bentuknya sampai mereka mencapai sasaran perjuangan yang mereka inginkan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa politik Israel tak bisa dihadapi dengan ketundukan dan kepatuhan, karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Orang-orang Israel menurutnya ingin meneruskan rencana mereka dengan mengkotak-kotakkan bangsa Palestina. “Mereka tidak ingin sikap orang-orang Kristen bersatu dengan sikap kaum Muslimin di Palestina. Mereka ingin agar orang-orang Kristen di Palestina memiliki sikap yang berbeda dengan sikap rakyat Palestina pada umumnya. Tapi keinginan itu tidak akan berhasil. Barisan rakyat Palestina akan tetap bersatu,” jelas Atalla.

Ia mendukung aksi syahid yang dilakukan pejuang Palestina. Bahkan ia menegaskan bahwa aksi syahid itu bukanlah terorisme. “Berulangkali saya telah menyatakan bila pejuangan kemerdekaan itu dianggap sebagai terorisme, maka sayalah teroris yang paling pertama,” katanya. Menurutnya, siapapun yang berkunjung dan menyaksikan penderitaan rakyat Palestina akan bisa memahami latar belakang atau motivasi yang mendorong para pejuang melakukan aksi syahid. “Kaum Muslimin dan Kristen di Palestina, khususnya di Jerussalem, adalah seperti satu keluarga sejak masuknya Islam ke Palestina,” tandas Atalla Atalla yang mengakhiri kunjungannya di Libanon bertemu dengan Syaikh Hasan Nashrallah, sekjen gerakan perlawanan Hizbullah.

08 August 2002

OPINI > Kang MamanGatra

Wah, beurat oge yeuh pamendak salira teh, Kang Sirod. Bangsa deungeun
jadi pamingpin di urang? Beu, beu, beu… Teungteuingeun si Akang mah,
nya. Maenya urang kudu balik deui ngalakonan naon nu dirandapan ku
aki atawa karuhun-karuhun urang. Dipingpim ku urang Walanda? Teuing
sabaraha yuta jalma nu baheula pegat nyawa, ngocorkeun getihna,
sangkan urang bisa megatkeun eta nasib. Pegat tina kakawasaan batur.
Pegat tina parentah-parentah batur, bangsa-bangsa deungeun.

Sanajan, kiwari ge satemenna mah naon nu baheula kalakonan ku karuhun-
karuhun urang teh nya masih keneh karandapan ku urang sarerea. Urang
can satemenna merdeka. Ku mahabuna modal deungeun, kaasup IMF,
satemenna urang teh masih keneh dipingpim ku bangsa deungeun. Komo
pan ayeuna mah urang teh geus ngagem "agama" anyar: Globalisasi.
(Nepi ka mun sakalina ngomong teu nyutat eta kalimah teh asa teu
merenah, teu tumaninah. Bisa-bisa disebut murtad atawa musyrik.
Hahaha…).

Kang Sirod anu ganteng, anu "still mahasiswa di Teknik Industrasi
Pertanian/IPB"…

Naon nu disanggakeun ku salira teh aya leresna. Ti awitan perkara
pamingpin nu teu "cukup dengan label sundanese saja", nepi ka
kasauran tuang dosen ngeunaan peran salira oge "kalimat renungan" nu
diajengkeun ku salira. Sapuk saratus persen. Pon kitu deui ngeunaan
narkoba,

Nanging, perkawis "Sunda dipingpim ku bangsa Sunda" sim kuring neda
widi kanggo ngebrehkeun sarwa sakedik ngeunaan eta. Kunaon sih, sim
kuring bet pakepuk dina urusan nu kararitu? Kunaon bangsa Sunda kudu
dipingpim ku bangsa Sunda?

Kahiji mah, nya ku kaayaan nu tumiba ku bangsa urang. Sapertos nu
kamari dipisanggem, nu oge dipisapuk ku salira: Disebut-sebut subur
makmur loh jinawi, singhoreng masih loba bangsa urang nu
katalangsara. Contona bae, tong tebih-tebih: Nya di Purwakarta ku
anjeun. Sigana kumaha katulalitan nu aya di wewengkon ieu, Kang Sirod
langkung paos manan sim kuring. Pan Kang Sirod mah urang Purwakarta,
bari jeung "still mahasiswa di Teknik Industrasi Pertanian/IPB".
Sanes bae katulalitan dina widang pendidikan, tapi oge dina widang
industrialisasi. Naon, sih, manfaat industrialisasi nu mahabu di
wewengkon Akang eta pikeun masyarakat Purwakarta sorangan?

Tangtos bae ari mangpaatna mah aya. Tapi, dugi ka mana? Naha
sabanding heunteu sareng "pengorbanan" masyarakat Purwakarta nyalira?
Sapertos dipisaur ku salira, urang Purwakarta mung sakadar
jadi "pegawai rendahan". Hartosna, gajihna (buruhna) oge
nya "rendahan" oge. Lian ti jadi buruh, mangpaat nu ditampi ku
masyarakat Purwakarta palin banter ge mung nyewakeun lahan atanapi
kamar-kamar kost/kontrakan. Nu tangtosna ge teu sabaraha hasilna.

Teras kumaha mangpaat nu ditampi masyarakat Purwakarta dina perkawis
kahirupan sosial? Sanes bae narkoba, bank gelap (baca: rentenir) ge
katingalna mah mahabu di dinya teh. Samentawis, widang pendidikan ge
teu undak-undak. Paling heunteu, undakna teu satimpal
sareng "kemajuan pembangunan" nu aya di wewengkon ieu. Cobi bae taros
ka diri salira: Sabaraha paguron luhur nu ngadeg salami ieu di
wewengkon Purwakarta? Lian ti eta, di mana aya, kumaha kualitasna?
(Malih mah sababaraha waktos kapengker, aya renrencangan nu maparin
wartos yen di wewengkon Plered – upami teu lepat – aya SD nu
mung "dieusian" ku hiji guru kadua kapala sakolana. Cobi, galih?).

Tangtosna sanes sim kuring bade nampik industrialisasi. Teu pisan-
pisan. Mangga teh teuing. Nanging, patarosan sim kuring: Naha
industrialisasi eta teh hiji pilihan nu tos merenah kanggo bangsa
urang, utamana bangsa Sunda, nu kawentar bangsa agraris? Kadua, di
mana merenah, naha tos leres struktur industri di urang teh? Teras,
naon antukna kana kahirupan kabudayaan lokal? Kabudayaan Sunda? Ku
ayana industrialisasi nu mahabu di Tatar Sunda, jalma ti mana ti
mendi datang. Daek teu daek. Jeung daek teu daek oge, kabudayaan
urang kadeseh.

Leres. Sadaya eta wangsul deui ka pamingpin-pamingpin urang, nu
notabene nya bangsa Sunda bangsa Sunda keneh. Tapi, kunaon bet
keukeuh kedah bangsa Sunda nu jadi pamingpin, siga nu ku kuring
dikampanyekeun? Kahiji, nya eta mah ngan sakadar panggeuing.
Panggeuing ka ditu ka dieu. Boh ka pamingpinna, boh ka rahayatna.
Pan, ceuk lagu Indonesia Raya ge – kitu ge mun Akang masih
keneh "percanten" kana eta lagu kabangsaan – bangunlah jiwanya,
bangunlah raganya. Nya asa teu kaleuleuwihi mun sim kuring miharep
Sunda dipingpim bangsa Sunda teh. Eukeur mah geus kaleler dina widang
ekonomi, pendidikan, jeung sosial, asa piraku urang kudu kaleler dina
perkara politik jeung kapamingpinan siga kieu. Kituna ge tangtu bae
bangsa Sunda nu hade, anu "kualified".

Lian ti kitu, atuh ari dipingpim ku bangsa Sunda sorangan mah –
tangtuna ge bangsa Sunda nu bener-bener sadar kana ka-Sunda-annana,
lain ngan saukur getih – asa piraku rek ngaluli-luli bangsana
sorangan. Boh jiwana, boh ragana.

Leuwih jauh deui, nya perkara ngigelan ageman anyar tea, globalisasi.
Lain sim kuring rek antiglobalisasi. Teu pisan-pisan Akang. Ngan,
hayang bae ngageuing sangkan tong kalalanjoan teuing. Pan, sakumaha
tuang dosen, urang teh kudu kritis ka lingkungan? Ku mahabuna
globalisasi, asa teu pamohalan mun kaharep kabeh jalma bakal saragam.
Ti mimiti dahareun (Cocacla, Mc Donalds, KFC, jste), nepi ka
pipikiran jeung gaya hirup (MTV, CNN) kabeh dipaksa kudu sarua. Asa
piraku, ari urang kudu kitu mah? Lain bae perkara karakter, nu
baheula diimpikeun ku Soekarno. Tapi, nya asa teu pantes bae manusa
saalam dunya kudu sarua kabeh mah.

Tah kitu meureun Kang Sirod waleran sim kuring teh. Moal nyugemakeun
tangtuna ge. Lian ti rumasa heureut utek teh, pan sapertos nu
dipisanggem ku salira: "Kita mungkin tidak bisa memainkan alat musik
yang sama, tetapi kita dapat memainkan nada dan irama yang sama".

Ngan, perkara naon nu bisa dipigawe ku urang, salaku jalma awam,
jalma biasa, nya kaitung loba. Salahsahijina, nya ngawangkong jiga
kieu. Komo, katingalna tina kasauran Kang Siroda ku anjeun, seueur
pisan nu bisa dipigawe ku urang sakabeh. Luyu jeung kamampuan sewang-
sewangan.

Sakitu bae, Kang Sirod. Wilujeng siang, wilujeng diajar.

Salam,

Maman Gantra

PS: Sugan bae aya mangpaatna kanggo Akang, nu kaleresan nuju linggih
di Bogor (leres, kitu?), mangga dibujeng ka: www.cikalbogor.20m.com.
Di dinya ku Akang bakal kabaca kumaha satemenna sajarah bangsa Sunda
teh. Sugan bae Akang tiasa langkung paos maca pasoalan nu aya,
utamina kana naon nu nuju dipigawe ku sim kuring sareng rerencangan
sanesna.

01 August 2002

AGAR SELAMAT DARI SERANGAN JANTUNG SAAT TIDAK ADA ORANG

Orang yang terkena serangan jantung pada umumnya sedang sendirian saat
serangan tersebut datang, dan kami kira metode dalam artikel ini bisa
diterapkan. Jika tidak segera mendapatkan pertolongan, orang yang
jantungnya berdetak tidak beraturan dan mulai tidak kehilangan kesadaran

hanya mempunyai waktu 10 detik sebelum tidak sadarkan diri.

Tetapi, mereka bisa menolong diri sendiri dengan batuk berulang-ulang
dan
dengan sekuat tenaga. Sebelumnya, mereka harus menarik napas
dalam-dalam,dan batuk yang dikeluarkan pun harus sekeras dan sepanjang
mungkin, seperti kalau kita akan membuang dahak yang menyumbat di dada
kita.
Menarik napas dalam lalu batuk sekuatnya ini harus diulang terus-menerus

tanpa henti setiap 2 detik sampai bantuan tiba atau sampai detak jantung

terasa normal kembali.
Dengan menarik napas dalam-dalam, oksigen akan masuk ke dalam paru-paru,

sedangkan gerakan dada akibat batuk akan menekan jantung dan membuat
darah
tetap bersirkulasi. Tekanan pada jantung juga akan membuat organ
tersebut
kembali berdenyut dengan normal. Dengan demikian korban serangan jantung

bisa sampai ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan medis.

Ceritakan metode ini kepada sebanyak mungkin orang; dengan demikian
nyawa
mereka bisa terselamatkan! Dikutip dari laporan berkala Health Cares,
Rochester General Hospital, No. 240 "AND THE BEAT GOES ON..."
(cetakan ulang dari terbitan The Mended Hearts, Inc.: Heart Response).

JADILAH SAHABAT BAGI ORANG LAIN
DAN KIRIMKAN TULISAN INI KEPADA SEBANYAK MUNGKIN SAHABAT ANDA