30 May 2004

Sundanese quote, ttg ber-safar

" Ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah anggang Jauh kudu dijugjug anggang kudu diteang..." (sundanese quote)

26 May 2004

Emansipasi, buat Ani dan Novi

Dear Ani.. (dan novi deh :)

Emansipasi:
menurut aa, emansipasi boleh2 aja tetapi harus disimpan dalam koridor Islam. Islam itu tidak masalah dengan Istilah, apakah emansipasi atau pemberdayaan perempuan atau kesetaraan jender yang penting harus dipahami bahwa Perempuan dan Laki-laki diciptakan dengan misi yang sama yaitu menjadi Khalifatul Fil Ard.

dalam pelaksanaannya tentu harus ada peran yang adil. Islam memandang unit masyarakat terkecil adalah keluarga, nah kesetaraan jender dapat diimplementasikan dalam keluarga tsb. Misalnya peran Ayah dan Ibu atau peran Suami dan Istri. Harus ada pembagian yang adil dan sesuai tuntunan syariat dengan melihat kenyataan-kenyataan di lapangan.

kalau wacana yang berkembang sekarang tentang kesetaraan jender dan feminisme. Terus terang AA kurang bersemangat karena di negara asal mula kesetaraan jender pun (AS, Inggris) justru wanita jatuh ke tempat yang serendah-rendahnya. Sebagai orang Islam, sebaiknya kita ikhlas tentang sistem yang sudah lengkap (Almaidah ayat 3) bahwa Islam ini merupakan sistem hidup yang sempurna yang tidak perlu diperdebatkan lagi.

Perempuan yang menuntut terlalu banyak kepada kaum lelaki ternyata tidak akan mampu, karena lelaki itu sendiri adalah makhluk, bukan tempat meminta dan bergantung. Tempat kita meminta adalah Allah yang membuat Sistem ini sudah sempurna, sehingga kita tidak perlu lagi susah-susah berbicara teori ini dan itu, cukuplah kita mempelajari kehidupan muslimah di jaman Rasulullah dan bagaimana Rasulullah mengangkat harkat kaum wanita.

Untuk ini ada buku yang bagus berjudul KEBEBASAN Wanita (aa cuma punya jilid 5: ttg munakahat saja.. :)
di situ sudah gamblang dijelaskan peranan wanita yang lebih menyeluruh bahkan dari semua segi kehidupan (IPOLEKSOSBUDHANKAM tea).

jadi bukan masalah setuju atau tidak setuju. Sebuah Istilah harus dipahami dulu batasan2nya. Seperti istilah pacaran, apakah akan disejajarkan dengan taaruf? atau mendekati zina? ini sangat berbeda lho! begitu pula dengan kesetaraan jender atau feminisme. Kita harus melihat siapa yang membawa pesan dan apa maksud mengangkat pesan tersebut?

misalnya kesetaraan jender dalam pekerjaan. Maka akan berurusan dengan standar gaji antara pria dan wanita, cuti hamil/melahirkan dlsb. Atau kesetaraan jender dalam politik, ujung2nya minta jatah kursi yang 30% itu, tetapi ternyata orang2 di daerah pun tidak banyak yang bisa se"cerdas" orang2 Jakarta untuk mengakomodasi ini. Jadi kesetaraan jender disini sangat rawan politisasi istilah dan kepentingan.

mungkin ini saja yang aa tau. Maaf banyak kterbatasan ilmu di sana sini.

03 May 2004

A BEAUTIFUL PRAYER

A BEAUTIFUL PRAYER

Dear Brothers and Sisters
in Islam

I asked Allah to take away
my habit.

Allah said, No.
It is not for me to take away, but for you to give it up.

I asked Allah to make my handicapped child whole.
Allah said, No.
His spirit is whole, his body is only temporary

I asked Allah to grant me patience.
Allah said, No.
Patience is a byproduct of tribulations;
it isn't granted, it is learned.

I asked Allah to give me happiness.
Allah said, No.
I give you blessings; Happiness is up to you.

I asked Allah to spare me pain.
Allah said, No.
Suffering draws you apart from worldly cares and brings you closer to me.

I asked Allah to make my spirit grow.
Allah said, No.
You must grow on your own! ,
but I will prune you to make you fruitful.

I asked Allah for all things that I might enjoy life.
Allah said, No.
I will give you life, so that you may enjoy all things.

I ask Allah to help me LOVE others, as much as He loves me.
Allah said...Ahhhh, finally you have the idea.
If you love Allah, send this to ten people and back to the person that sent it.


THIS DAY IS YOURS DON'T THROW IT AWAY

May Allah Bless You,
"To the world you might be one person, but to one person you just might be the world" For all the negative things we have to say to selves Allah has a positive answer for it.

You say: "It's impossible"
Allah says: All things are possible

You say: "I'm too tired"
Allah says: I will give you rest

You say: "I can't go on"
Allah says: My grace is sufficient

You say: "I can't figure things out"
Allah says: I will direct your steps

You say: "I can't do it"
Allah says: You can do all things

You say: "I'm not able"
Allah says: I am able

You say: "It's not worth it"
Allah says: It will be worth it

You say: "I can't forgive myself"
Allah says: I FORGIVE YOU

You say: "I can't manage"
Allah says: I will supply all your needs

You say: "I'm afraid"
Allah says: I have not given you a spirit of fear

You say: "I'm always worried and frustrated"
Allah says: Cast all your cares on ME

You say: "I don't have enough faith"
Allah says: I've given everyone a measure of faith

You say: "I'm not smart enough"
Allah says: I give you wisdom

You say: "I feel all alone"
Allah says: I will never leave you or forsake you

You say: "Nobody really loves me"
Allah says: I love you

May Allah Be Pleased With
all muslims Ameen.

I love each and every muslim for the Pleasure of Allah !"It
is in rememberance of Allah that the heart finds peace"

Aji Hermawan » Mengapa Gus Dur ???

Memilih presiden mbok ya jangan diqiyaskan/dianalogikan dengan memilih
atlit, karyawan, atau direktur perusahaan. Institusi-institusi yg dijadikan
analogi adalah institusi yang tidak 'demokratik'. Kebetulan saya pernah
riset ttg 'workplace democracy', yang menjadi perjuangan kaum buruh di
Inggris. Jadi kalau mau memakai common sense ya jangan dialihkan konteksnya
ke memilih direktur (spt pendapat Hendrawan Nadesul dan Denny JA), atau
milih atlit (Usman), atau milih karyawan (Muaz).

Kalaupun mau dianalogikan ke tempat kerja juga boleh sih. Mari kita
perdebatkan, asal kita mau membuka 'kurungan' kita tentang 'workplace'.
Namun kalau kita sudah menerima 'taken for granted' bahwa bentuk-bentuk dan
struktur tempat kerja sekarang ini sebagai sebuah bentuk 'the best
practice', yang bisa kita adaptasi, yang tak pernah kita pertanyakan
'kebenaran' keberadaannya, maka ya sulit bagi kita untuk mendiskusikannya.

Tapi OK lah kita ndak perlu mengaduk-aduk hakikat workplace, cukup merefer
pada workplace yg sudah ada di benak orang awam. Di sini saya hanya ingin
menambahkan informasi saja bahwa umumnya di tempat kerja (paling tidak di UK
yg saya tahu) dikenal prinsip yang namanya 'equal opportunity'. Kalau ada
shareholder yg menolak memilih direktur karena alasan disable (cacat fisik
seperti buta) saya yakin kalau di sini akan masuk penjara. Jadi kalau
Hendrawan Nadesul dan Denny JA jika diberi kesempatan memilih direktur
perusahaannya di dalam wilayah hukum UK, saya jamin masuk mereka penjara
atau minimal kena sue dan bayar denda. Direktur yang hebat tentu direktur
yang tidak buta, tapi 'demokrasi ala UK' menjamin equal opportunity bagi
manusia yang cacat. Oleh karena itu saya agak heran dengan pendapat Denny
yg pakar demokrasi itu, dimana umumnya di negara2 demokrasi kaum
disadvantaged, meski minoritas, justru biasanya mendapatkan privilege.

>Menurut "Muaz Junaidi" :
>Di LN ada memang orang cacad menjadi politisi, tapi cacatnya biasanya
>lumpuh
>(tak bisa jalan). Lha kalau engga bisa lihat,

Di LN nya mana, Mas Muaz. Kalau di UK, Menteri Dalam Negeri-nya saat ini
BUTA. namanya David Blunket, kalau jalan dituntun anjing, kalau debat di
perlemen sangat canggih sambil meraba-raba huruf braille. Silakan kalau ada
waktu bisa di-search di BBC.co.uk. Saya yakin kalau yang jadi PM itu Denny
atau Hendrawan Nadesul, seorang David Blunket tak akan pernah jadi menteri.
Ngapain milih orang buta, wong yang melek saja masih banyak. Apa Inggris
kurang orang pinter dan melek?

Kalau mengenai common sense (saya kira saya ndak perlu mempertanyakan lagi
perjalanan sebuah 'sense' menjadi 'common sense', apa common sense mesti
benar, bagaimana common sense itu socially constructed, dll). Cukuplah saya
bandingkan dengan perdebatan yang sama di tempat yang berbeda, di milis
ppi-uk di Inggris ini. Common sense kebanyakan pelajar Inggris (yg sangat
sedikit mendukug GD) kok saya lihat justru menyesalkan hambatan bagi orang
buta untuk menjadi presiden (saya kebetulan hanya mengamati saja, ndak
ikutan diskusi). Apa karena kita berada di lingkungan yang berbeda, dimana
di sini setiap masuk kantor pasti ada akses untuk disable, masuk WC ada
akses untuk disable, kalau jadi boss WAJIB merekuit orang disable? Di UK
kalau anda cacat, wanita, dan minoritas (non-white) maka anda mendapatkan
peluang terbesar untuk dapat kerja.

Tapi ya ini sekedar pendapat sampingan saja dari saya. Silakan rekan-rekan
berteguh pada pendapat masing-masing. Saya pribadi cuma concern pada
hak-hak orang minoritas dan disable yg memang belum dihargai di Indonesia.
Siapapun mereka (ndak perlu Gus Dur), perlu dihargai. Kita perlu memulai
wacana yg menghargai cacat, daripada meng-exclude mereka dari ruang publik
kita (ndak hanya untuk jabatan presiden lho). Saya kok merasa kita ini
justru senang meng-alienasi orang cacat, baik cacat fisik (spt buta), cacat
agama (non-Islam), cacat spasial (non-Jawa), cacat gender (wanita), dan
cacat2 lainnya. Hal-hal seperti inikah yang akan terus
dikembangkan/dipertahankan di Indonesia?

Sebagai perbandingan juga mungkin tulisan berikut ini ada manfaatnya.
Tulisan di bawah ini adalah tulisan mhs pasca di UK, dosen UI, yg pada
pemilu kemarin kampanye untuk PKS (maksud saya ia jelas-jelas bukan
pendukung GD, kalau pendukung GD kan nanti bisa disebut mengkultuskan GD,
taklid buta, ndak pakai common sense).

Salam
Aji Hermawan