21 January 2014

Analisa Media terkait berita : "Jokowi Ambil Alih Perbaikan Jalan TB. Simatupang"

Saya ingin mempelajari bagaimana media memberitakan tentang satu kasus yang sifatnya emergency (kejadian tak terduga) direspon cepat oleh Jokowi lalu menjadi polemik/debat/diskusi di sosial media. Video dari youtube Pemprov DKI di bawah ini sepertinya meng-inspirasi banyak media menjadikan tema pemberitaan : "Jokowi Ambil Alih Perbaikan Jalan TB Simatupang Dari Pemerintah Pusat"



padahal video lain tidak menyebutkan satupun kata "ambil alih dari pemerintah pusat" tapi justru "corong" Jokowi tersebut-lah yang sedikit arogan. Tentu saja, "kearoganan" diperlukan dalam kondisi tertentu, contohnya situasi begini, betapa tidak, jalan TB. Simatupang adalah akses non-tol yang sedang berkembang pesat, lalu-lalang kendaraan alat berat terkait proyek-proyek konstruksi gedung-gedung komersial baru sedang padat-padatnya. Di ujung mendekati tol BSD, segera dibuka akses tol ke bandara tidak lama lagi. 

MetroTV - News, hanya memberitakan tenggat waktu dipercepat dalam membangun kembali jalan yang amblas ini.  Rakyat Merdeka memberitakan bahwa tanggal 16 Januari, 2 alat berat dari PU sudah ada di tempat. Sementara TribunNews memberitakan pada 14 Januari, Jokowi memang berkomunikasi dengan kemenPU agar mempercepat pekerjaan perbaikan jalan dan dia mengambil alih tanggung jawab ini, karena ".. kami ini ingin masalah di lapangan cepat selesai.." ujar Jokowi. Gatra-pun sama dengan TribunNews, ia tak lupa mengkritik "..ukuran saluran air di jalan tersebut sangat kecil sehingga tidak mampu mengalirkan luapan air.."

SindoNews : Alat berat dikerahkan untuk memperbaiki jalan ambles akibat banjir di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin (20/01/2014). Perbaikan tersebut mengakibatkan kemacetan di Tol JORR dari arah Pondok Indah menuju Kampung Rambutan. Kendaraan…

Video lain dari BeritaSatu :



19 January 2014

Mengapa saya mendukung Prabowo untuk Presiden RI 2014 - 2019 (Part 3) - Mengenal Fadli Zon, Sahabat Prabowo

Ada beberapa sahabat yang membaca blog dan posting saya berkenaan tentang Prabowo, baik tulisan pertama maupun kedua. Di antaranya adalah sahabat sekaligus mentor berfikir saya akhuna Pak Firdaus Ibrahim, yang langsung menghubungkan saya dengan Bang Fadli Zon (FZ). Ada lagi Pak Rachmat Pambudy [RP], aktivis HKTI yang bergerak cepat membuat janji dengan FZ di perpustakaan pribadinya Fadli Zon Library. Seorang kawan sekaligus senior Bang AKA (Adriyono Kilat Adhi) malah mem-forward tulisan saya ke orang-orang yg dia sebut "All Prabowo's Men". Tempo menyebut anak-anak muda pendukung Prabowo yang dimaksud Bang AKA ini dengan sebutan khas lain lagi. Adanya mereka merupakan salah satu bentuk kekaguman saya juga, karena ciri khas seorang pemimpin harus bisa merekrut follower yang berbobot. Pemimpin itu sedikit banyak punya kualitas kenabian, sehingga mampu merekrut orang-orang yang memiliki kualitas pribadi yang tinggi. 


Fadli Zon dan saya di Fadli Zon library, Jl. Danau Limboto
Pertemuan saya dengan Pak RP dan FZ sebenarnya tak lama, tapi dalam diskusi tersebut saya telah menyampaikan pandangan saya yang kritis terhadap Prabowo, mencoba menyampaikan kekaguman logis (bukan emosional) kepada PS (Prabowo Subijanto) dan secara langsung saya bilang bahwa saya mendukung beliau untuk pemilu 2014 nanti. Selain itu saya juga menyampaikan ide-ide segar hasil pemikiran saya dari hasil merenung dan mendengarkan kegalauan teman-teman praktisi air perpipaan seraya menyampaikan satu ide besar tentang hal ini. Saya asumsikan bahwa PS dan tim-nya akan mampu mewujudkan ide tersebut karena sesuai dengan kerangka berfikir PS yang sangat nasionalis dan progresif (ini bahasa saya untuk membedakan dengan kalangan nasionalis pengeluh dan nasionalis bermental pengemis). FZ yang memang cerdas tak banyak membahas atau mempertanyakan siapa saya lebih jauh, dia juga memaklumi kekaguman saya itu dan tidak menggali lebih jauh juga, ia langsung membahas ide tersebut seraya menugaskan saya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah demi ide besar ini. Saya pun menyanggupi dan akan melaksanakan perintah tersebut dengan bisikan basmallah pelan.. (halahhh... :p)..

FZ mengenal PS sudah lama, 20 tahun lebih. Dia bisa dikatakan kader PS, tapi FZ lebih suka menyebut PS sebagai sahabat-nya, walaupun FZ dari usia terpaut cukup jauh, beliau kelahiran '71 hanya terpaut 6 tahun dari saya. Tokoh pemuda gempal ini adalah "mutiara minang" yang tersisa, saya bisa katakan demikian karena tanah Minangkabau yang merupakan pemasok intelektual di zaman kemerdekaan dulu, kini mulai jarang melahirkan para pemikir besar. Tanah minang sekarang "hanya" banyak melahirkan pebisnis, profesional semacam dokter, arsitek dan insinyur. Tentu ini bukan dominasi Minang saja yang dulu melahirkan Hamka, Tan Malaka, Agus Salim dan Moh. Hatta, tapi hampir-hampir negeri ini tak memiliki lagi tokoh-tokoh muda yang gemar membaca, mendalami masalah secara komprehensif, lintas disiplin ilmu dan "larut" dalam keindahan kehidupan intelektualitas. Sedikit sekali tokoh intelektual dan pemikir yang bisa "beradaptasi" di zaman ini, Tokoh-tokoh kita sekarang, hidup dalam budaya Pop. Jika dia membuat buku, maka buku-bukunya minim pemikiran orisinil dan mendalam, jika ia membuat karya seni, terasa hambar, dan jika dia memutuskan sesuatu ia mengikuti faham orang kebanyakan. Saya melihat ada banyak hal yang berbeda dalam diri FZ dibanding tokoh-tokoh pemuda lainnya, satu hal yang mendasari mengapa saya memilih Prabowo, karena ia sanggup "merekrut" orang sekelas Fadli Zon. 

Hal yang menarik dari FZ adalah timeline dari masa mudanya yang cemerlang. Ia pernah menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) I Universitas Indonesia dan Mahasiswa Berprestasi III tingkat Nasional. Menjadi visiting student di departemen politik National University of Singapore tahun 1995 dan memimpin delegasi mahasiswa Indonesia dalam ASEAN Varsities Debate IV (1994) di Malaysia. Pernah menyuarakan ide-ide dan pemikirannya dalam aktivitas organisasi kemahasiswaan di berbagai negara dalam beragam aktivitas : 
  • Jepang : [1993, ketua delegasi mahasiswa Indonesia dan panelis The 40th International Student Conference]
  • Malaysia : [1994, pembicara di Simposium Dinamika Gerakan Mahasiswa Islam Asia Tenggara, 1995: pembicara dalam South East Asia University Student Conference]
  • Korea Selatan : [1994, ketua delegasi pemuda Indonesia dalam Korea-ASEAN Youth Cooperative Project dan menjadi peserta Saemaul Undong Training]
  • Filipina : [1994 : observer gencatan senjata Filipina-Moro, 1995: Ketua delegasi Indonesia dalam ASEAN Youth Day Meeting IV]
  • Amerika Serikat :[1995: peserta World Friendship Week di Virginia, Delegasi Indonesia dalam Konferensi LSM ke-48 di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York]
  • Taiwan [1996: Ketua Delegasi Indonesia dan pembicara dalam Asia-Pacific Youth Leadership Conference]
  • Rusia [1996: Pembicara Seminar National Build-up and Literary Process in South East Asia di Moskow dan St. Petersburg]
  • Thailand [1996: Konferensi ACRP V ]
  • Singapura [1997: Peserta Hitachi Young Leaders Initiative]
Tentu, siapapun yang membiayai acara-acara tersebut dan  mengirim FZ, seyogyanya faham dengan kualitas FZ muda saat itu dan berharap dia membawa ilmu-ilmu tadi kembali ke negeri ini dengan karya nyata dan pemikiran yang memperkuat bangsa ini. Lulusan ilmu sastra Rusia dan Master of Science (MSc) Development Studies dari The London School of Economics and Political Science (LSE) - Inggris ini memang akhirnya terjun ke dunia politik dan banyak berkecimpung dalam kelompok-kelompok kepemudaan dan ke-Islam-an seperti menjadi pengurus pusat Gerakan Pemuda Islam (1996-1999) dan sempat ikut mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB) pada tahun 1998 lalu menjadi salah satu Ketuanya hingga 2001 (lantas mengundurkan diri). Menarik mengapa kemudian FZ bergabung dengan PS mendirikan Gerindra sepuluh tahun kemudian. Mungkin FZ berfikiran sama dengan Amien Rais yang dulu pernah mengatakan "baju PBB kesempitan". 

Saya sebenarnya kurang suka dengan perilaku kolektor, karena Kyai Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA membenci perilaku pengkoleksi ini. Hampir semua politisi muslim era kemerdekaan menghindari mengoleksi benda-benda antik dan seni, dan hidup dalam kesederhanaan, entah itu Mohamad Natsier, Agus Salim atau Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Karena perilaku itu dianggap "berlebihan" dalam memiliki harta. Ide-ide sosialis juga menolak hal ini, kecuali dianggap dapat membangkitkan jiwa-jiwa revolusioner dalam diri seseorang. Itulah mengapa Soekarno turut "membatasi" karya-karya seni apa saja yang patut dikonsumsi masyarakat kita, karena pemahaman tersebut. Islam [kaum salaf] bahkan melarang Masjid diberikan lukisan kaligrafi berlebihan dan benda-benda seni walaupun  itu hanya jam bandul yang berdentang karena dapat mengurangi aktivitas ibadah mahdhoh seorang muslim. Fadli Zon yang aktif dalam gerakan Islam ini justru termasuk kolektor seni.  Yang dia koleksi sebagai berikut: 

Koleksi keris FZL
  1. Koleksi keris dan tombak dari berbagai kerajaan di Nusantara; 
  2. Koleksi prangko sejak pra-filateli awal abad 19,  prangko pertama Hindia Belanda (1864) hingga 2011; 
  3. Koleksi uang logam (coin), medal, dan uang kertas antara lain set coin zaman Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Samudera Pasai (Aceh), Banten, Jambi, Palembang, Cheribon hingga VOC, Hindia Belanda dan Republik Indonesia; 
  4. Koleksi lukisan dan patung dari sejumlah perupa terkemuka Indonesia; 
  5. Koleksi piringan hitam (long play) dari musisi/penyanyi Indonesia sejak 1930-an hingga 1980-an; 
  6. Koleksi rokok yang diproduksi di Indonesia; 
  7. Koleksi tekstil/kain tua dari beberapa daerah;  
  8. Koleksi kaca mata para tokoh seperti Bung Hatta, Mr. Sjafroeddin Prawiranegara, Mr. Mohamad Roem, Ruslan Abdulgani, BM Diah, Sumanang, Rosihan Anwar, Taufiq Ismail, Asrul Sani dan lain-lain.
Koleksi kacamata Mr. Sjafruddin Prawiranegara

FZ, tentu memiliki kekurangan juga sebagaimana saya melihat koleksi-koleksi-nya ini sebagai "penyimpangan kaum intelektual", tapi selalu ada hal positif yang dapat kita ambil dari manusia cerdas, muda dan sangat percaya diri ini. Rahmat Pambudy mengagumi FZ adalah karena kualitas intelektualitas anak muda ini yang seringkali membuatnya terpekur diam karena FZ berfikir 2-3 langkah di depannya. Saya menanggapi komentar Pak RP ini sebagai berikut, "Bapak dan FZ tentu saling membutuhkan karena Bapak juga memiliki karakter seorang guru yang senang dan menghargai sikap intelek. Orang yang tidak memiliki sifat guru, akan cenderung 'bersaing' dengan siapapun apalagi anak muda yang cenderung lebih pintar darinya..", suara Pak RP menghilang sepertinya Ia mencerna celetukan saya di seberang telepon. Sementara Pak Imam Soeseno sebagai sama-sama aktivis di HKTI Prabowo, sempat menyayangkan pola kampanye FZ yang dianggap tidak sempurna karena FZ sebagai tokoh intelektual muda juga melakukan cara-cara biasa dalam berkampanye (ambulan dengan nama dan foto FZ tercetak pada badan mobil, bakti sosial ala sinterklas dan program-program kampanye yang umum dilakukan caleg-caleg lain), inilah yang bisa dianggap kelemahan FZ yang saya dapat maklumi karena saat ini perpolitikan kita hidup dalam alam one man-one vote, sehingga logika berfikir kita musti "menyesuaikan" dengan logika pemilih dan kebutuhan pemilih secara umum.


Koleksi kacamata Bung Hatta

Bila kita amati lebih jauh perilaku masyarakat kita, misalnya mengapa tokoh-tokoh agama yang membawa simbol-simbol keagamaan, cenderung diikuti dan dituruti. Tokoh-tokoh ormas tsb, bahkan sengaja menggunakan isu SARA untuk kepentingan pribadi dan kelompok komunitas yang dibentuknya. Masyarakat kita tentu tahu hal ini, tetapi permasalahan hidup yang sulit dan tekanan ekonomi terus menerus menyebabkan komunitas-komunitas ini hidup dalam relung-relung hati masyarakat kita. Jangan heran mereka tampak "kuat" ketika ber-konvoi di jalanan dengan membawa panji-panji bersimbolkan agama dan ketuhanan. Ibadah diartikan secara militan mengikuti dengan taklid titah dari sang Kyai atau pemimpin mereka tsb. Grass root dan elit sama-sama "melacurkan" dirinya karena ada kue yang dibagi. 

Koleksi catur yang ditandatangani GM. Utut Adianto 

Saya pernah mengatakan dalam satu diskusi di grup whatsapp, bahwa Partai Keadilan Sejahtera itu beruntung memiliki Fahry Hamzah. Karena bila dilihat dari perspektif permainan catur, setiap partai pasti memiliki 1 orang raja (pimpinan) dengan beberapa jenis/karakter perwira. 

  • Ada Bishop (gajah) yg mewakili Ksatria Rohaniawan, yang terdiri dari dua sub-type yaitu Gajah/Peluncur putih dan Gajah/Peluncur hitam, keduanya berjalan diagonal dan hanya bisa menempati satu sisi sepanjang hidupnya. Karakter Gajah/Bishop ini saya anggap sebagai kaum agamawan, yang selalu berpijak pada dogma dan kepercayaan yang dianutnya saja, luwes (dikonotasikan dengan peluncur yang berjalan diagonal). Peluncur adalah perwira yang kuat jika mereka lengkap (keduanya masih hidup, baik hitam atau putih), bisa melumpuhkan Raja pihak lawan di permainan akhir jika sang Raja terampil "menggunakan" keduanya.
  • Perwira kedua adalah Knight / Kuda. Dua knight ini tidak bisa membunuh raja jika hanya keduanya yang tersisa di akhir permainan, walau dua-dua-nya dimiliki sang raja. Tetapi kuda sangat efektif di awal-awal perang, karenya knight adalah satu-satunya perwira yang langkahnya dapat melompati bidak-bidak yang lain. Langkah "L" kuda ini seringkali yang menyebabkan pihak lawan terkecoh olehnya. Karena langkahnya ini, kuda sering tampil di depan "publik" dan berpenampilan menawan untuk tim-nya maupun tim musuh, jenis perwira inilah yang biasanya paling duluan "dikorbankan" untuk membuat permainan menjadi lebih mudah atau mencari komposisi yang paling gampang dalam memenangkan permainan. Terkadang seorang pemain catur kebanyakan tak mampu dihadapkan dengan kompleksitas berlama-lama, sehingga terpaksa atau sengaja mengorbankan atau menukar perwira-perwiranya itu untuk posisi yang menguntungkan di tengah dan akhir permainan.
  • Benteng (Rook), adalah ksatria / perwira yang bisa digambarkan sebagai sosok yang keras dan bergerak selalu lurus. Rook adalah perwira terkuat kedua setelah Menteri / Queen. Jika Bishop dan Knight dihargai 2,5, maka satu bidak Rook dihargai tiga pion. Jika diibaratkan seorang perwira manusia, karakter Rook ini kokoh, tidak suka basa-basi dan menyampaikan apa adanya. Rook "digambarkan" mendampingi panji-panji seorang Raja, dia dapat bertukar posisi dengan Raja dan mengorbankan dirinya dalam posisi "siap diserang" sekaligus mengamankan posisi Raja. Saya mengibaratkan Ruhut Sitompul dan Fahry Hamzah berada dalam posisi ini.
  • Menteri (Queen) adalah perwira terkuat yang di miliki sebuah pasukan atau kerajaan atau partai. Perwira Menteri adalah satu-satunya perwira yang digambarkan memiliki jangkauan / langkah 3 perwira sekaligus, Peluncur putih, peluncur hitam dan sekaligus Benteng, nilai satu bidak Queen dalam catur dihargai sebanyak 5 pion. Menteri juga merupakan perwira yang kedudukannya paling dekat dengan Raja. Umumnya pemain catur mengeluarkan menteri bukan di awal-awal permainan. Saya membayangkan Anis Matta, Anas Urbaningrum dan Fadli Zon termasuk perwira dalam kategori Menteri. Karena kualitas berpolitik, melangkah dan daya jangkau ketiganya sangat kuat dan mengokohkan seluruh pasukan/partainya masing-masing. 
Saya menyukai Prabowo yang memiliki "perwira-perwira" kuat di sekelilingnya dan kualitas rekrutment politik yang baik menunjukkan kualitas hakiki seorang pemimpin. Silahkan bandingkan dengan kualitas rekrutmen yang dilakukan SBY misalnya, bagaimana Nazarudin, Angelina Sondakh, Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum dan kini Sutan Batugana harus berurusan dengan KPK dan demokrat membiarkan sama sekali "perwira-perwira"-nya "berubah warna" menjadi musuh yang efektif menghancurkan partai ini secara frontal.

Ini adalah bagian tulisan saya yang ketiga tentang dukungan saya ke Pak Prabowo Subijanto untuk posisi Presiden NKRI di 2014, walaupun saya membahas tokoh FZ, bukan berarti saya mendukung Gerindra. Sebagaimana saya kagum pada PKS yang berhaluan "kanan" maka saya pun kagum pada partai ini pada "sisi kiri". Gerindra cenderung mewujudkan cita-cita Soekarno dan Hatta sekaligus. Sementara PKS merupakan partai "Masyumi baru" dengan jejaring internasional yang mereka miliki. Sepertinya kedua partai ini dapat berbuat banyak di masa depan jika saja mereka mau berpayah-payah mempertahankan idealismenya dan mau mengkoreksi dari kesalahan-kesalahannya. Sudah banyak contoh kegagalan dan kesalahan memalukan yang dilakukan partai-partai besar karena "terpeleset" oleh gemilaunya kekuasaan. Awalnya mereka punya jargon yang sama seperti jargon-nya Prabowo : "Kalau bukan sekarang, kapan lagi, kalau bukan kita, siapa lagi!"


Sumber referensi :
kemungkinan masih bersambung.. 

12 January 2014

Mengapa saya mendukung Prabowo untuk Presiden RI 2014 - 2019 (Part 2)

Setelah memberikan gambaran sekilas tentang dukungan saya untuk Jokowi, maka berikut ini akan saya kemukakan alasan-alasan rasional mengapa saya mendukung Prabowo Subijanto sebagai calon presiden RI masa bakti 2014-2019. 

Prabowo Subijanto, masa remaja
Prabowo lahir dari salah satu keluarga elit di negeri ini. Saya sebut elit karena ayahanda beliau, Prof. Sumitro Djojohadikusumo adalah tokoh terpandang negeri ini. Sumitro juga merupakan mertua dari  Soedrajad Djiwandono, dan juga besan dari mantan Presiden Indonesia, Soeharto karena Prabowo menikahi salah satu putri Pak Harto yaitu Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto. Kalau ditarik lagi ke atas, Prabowo merupakan cucu dari  Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS (Dewan Pertimbangan Agung) pertama dan anggota BPUPKI. Dan jika diselusuri lebih jauh lagi, leluhur Prabowo adalah Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu), yang bernama Raden Tumenggung Kertanegara III. Prabowo juga terhitung sebagai salah seorang keturunan dari Adipati Mrapat, Bupati Kadipaten Banyumas Pertama. Dari segi "darah" dan keturunan, kita mustinya tidak meragukan lagi komitmen Prabowo untuk bangsa ini. Dia lahir dari keluarga pejuang, keluarga ningrat terhormat yang membangun kehormatan bangsa ini. Hal ini sangat penting dalam pembentukan karakter kebangsaan Prabowo sedari kecil.


Prabowo Subijanto : di awal karir militer

Sebagai salah satu anak keturunan pejuang dan pejabat penting, Prabowo tak kesulitan mendapatkan pendidikan berkualitas dari keluarganya. Ia sekolah di American School London, Inggris lulus tahun 1969, lalu melanjutkan ke Akabri Darat Magelang (1970-1974), lalu Sekolah Staf Dan Komando TNI-AD. Setelah itu beliau berkarir di dunia militer dari tahun 1974 s.d. 1998 yang diakhiri dengan fitnah, kecaman dan pengucilan dari bangsanya sendiri. Prabowo dicitrakan sebagai: penyiksa orang-orang tak bersalah di Timor Timur, penculik para aktivis pro-demokrasi, otak kerusuhan dan perkosaan di Jakarta bulan Mei 1998, konspirator kudeta yang gagal yang mencoba menyandera seorang presiden Indonesia. Silahkan baca sumber-sumber di media/internet, begitu jelas permusuhan pada Prabowo. Karir Prabowo yang dimulai dari Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha (1976) lalu diakhiri sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus - Danjen Kopassus (1996-1998), Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998) dan Komandan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (1998) habis terkikis oleh "ketidakseimbangan" berita dari media yang memojokkan beliau sehingga sang ksatria ini harus mengungsi dan menenangkan dirinya ke luar negeri.


Jendral Prabowo Subijanto di antara pasukan elit kebanggaan RI : KOPASSUS

Mungkin bukan hal yang aneh, anak-anak dari kalangan elit di negeri ini tiba-tiba menduduki pos-pos penting di birokrasi atau militer. Hanya saja, di antara kalangan elit tsb, pasti ada persaingan baik sehat maupun tidak sehat yang membuat mereka pantas atau tidak pantas menduduki kedudukan terhormat. Prabowo Subijanto (PS) sudah membuktikan pada dunia yang digelutinya yaitu di militer, bahwa dalam 24 tahun karir kemiliterannya, ia bisa membuktikan sebagai salah satu prajurit militer terkuat dan terbaik yang kita punya. Sistem rekrutment militer kita termasuk salah satu terbaik di dunia, Kopassus adalah salah satu pasukan elit terbaik di dunia. Di jelaskan dalam salah satu acara di Discovery Channel Military tentang pasukan khusus terbaik di dunia (Top Elite Special Forces In The World). Seluruh pasukan khusus di dunia dinilai kinerjanya dengan parameter-parameter tertentu, dan tentu saja dihimpun juga pendapat-pendapat dari berbagai pengamat militer dan para ahli sejarah. Menurut siaran tersebut terlihat hasil yang cukup membanggakan kita semua. Bahwa pasukan elit pertama ditempati oleh SAS (Inggris), peringkat kedua MOSSAD (Israel), dan peringkat ketiga adalah KOPASSUS (Indonesia). Narator dari Discovery Channel Military menambahkan mengapa pasukan khusus Amerika Serikat tidak masuk peringkat, ternyata dikarenakan mereka terlalu bergantung pada peralatan yang berbasis teknologi super canggih, akurat dan serba digital.

Prestasi PS sendiri di dunia militer adalah sbb : Membunuh pendiri dan wakil ketua Fretilin, yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Leste, Nicolau dos Reis Lobato. Lobato tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo, pada tanggal 31 Desember 1978;  memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma yang berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspediti Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka - 5 orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman; Memimpin dan memprakarsai Tim Nasional Indonesia ke Puncak Everest yang berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal, tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI ini mulai bergerak pada tanggal 12 Maret 1997 dan berhasil mencapai puncak Everest pada 26 April 1997. Prabowo menulis : "..Waktu itu kita mendengar bahwa Malaysia sudah mencanangkan akan mengibarkan bendera kebangsaan mereka pada tanggal 10 Mei 1997. Saya tidak rela bangsa Indonesia, sebagai bangsa 200 juta jiwa, harus kalah dengan bangsa lain di kawasan kita. Karena mencapai puncak tertinggi di dunia sudah menjadi salah satu tonggak ukuran prestasi suatu bangsa" tulis Prabowo dalam buku 'Di Puncak Himalaya Merah Putih Kukibarkan'. Seorang fighter sejati dimiliki bangsa ini...



  

11 January 2014

Mengapa saya mendukung Prabowo untuk Presiden RI 2014 - 2019 (Part 1)

Sudah lama rasanya tidak menulis lagi tentang politik. Tulisan-tulisan saya hanya berupa torehan-torehan lepas di jejaring sosial media yang saya ikuti. Mengalir, tanpa pemikiran mendalam, seperti memikirkan negara sambil lalu saja, ah, sebenarnya bukan memikirkan negara, tapi galau yang dibungkus dalam rasa nasionalisme. 

Sebelum saya menulis tentang Prabowo ada baiknya, saya ceritakan dulu satu penggalan kisah di lapangan Cikini, saat saya mendukung pasangan Jokowi - Basuki [Jakarta Baru]. 

Sertifikat Jasmev atas nama saya


Soal dukung-mendukung, mungkin inilah yang saya bisa lakukan, karena sudah terlalu banyak orang pintar, terlalu banyak orang bikin konsep, tapi dua hal yang luput di kita adalah : Menyeleksi pemimpin dengan benar dan Membudayakan kepemimpinan dengan benar. Untuk itu ya, terpaksa jadi "alay-alay" politik yang gemar bersimbol-simbol ria dengan sticker, kaos dan spanduk deh.. :-)

Saya sebenarnya menjadi simpatisan Jasmev (Jokowi Ahok Social Media Volunteer), sayang saya tidak bisa masuk ke ruang pertemuan di lt. 2 restoran bumbu desa cikini, karena saya tidak mendaftar acara tsb, saya kira karena saya sudah mendaftar lewat web jasmev, maka saya otomatis dapat berpartisipasi. Pertemuan ini sendiri digagas pengguna forum daring kaskus (biasa disebut kaskuser). Pernyataan Jokowi di media yang menyebut Kaskus sejajar dengan media sosial lain seperti Facebook & Twitter membuat bangga para kaskuser karena situs kesayangannya itu menjadi tambah populer, dan semakin menegaskan bahwa Jokowi sangat membela apa-apa yang berbau lokal & nasional (karena Kaskus adalah media sosial asli anak bangsa yang penggunanya paling banyak dan proven secara bisnis).


Di Jl. Borobudur sendiri saya datang agak siang karena paginya saya ngasuh anak, istri & saudara2 istri ke kolam renang, mertua lagi ke Padang sementara ipar saya yang sedang kuliah di Taiwan sedang berlibur di Jakarta, ya sudah kami manfaatkan waktu-waktu ini untuk rekreasi sederhana. Perlu dicatat bahwa mereka semua pendukung Hidayat-Didik (Dr. Hidayat Nur Wahid dan Prof. Didiek J. Rachbini) dan PKS mania heheheh... kecuali bapak mertua saya yang memang sering ngobrol persoalan-persoalan politik dengan saya, kayaknya sudah "kotak-kotak"!..
Sebagaimana prediksi, jalan Borobudur yang sering saya lewati sewaktu saya mengerjakan proyek water treatment di RSCM itu sangat penuh sesak dengan baju kotak-kotak, wajah-wajah masyarakat biasa, wajah-wajah garang dan gahar sering saya lihat sebagaimana sering kita lihat dari pendukung partai PDIP & Gerindra, jangan harap bertemu wajah2 yang jidatnya hitam berbaju putih-putih pakai sorban ya.. Saya kira Jokowi harus mengingat wajah-wajah ini dalam memorinya jika ia memenangkan pilkada, karena wajah-wajah inilah yang sedari awal mendukung dirinya dari putaran pertama.




Masuk ke sekretariat pemenangan Jokowi Ahok, Jl. Borobudur no. 22, sudah ada panggung sederhana yang diisi acara bernyanyi dari ibu-ibu pendukung Jokowi, di depan saya lihat para pemakai kursi roda, sementara di jalan masuk / gang saya lihat ada satu mobil Tawon (salah satu merk mobil lokal selain Esemka), dan di dalam gedung ada beberapa publik figur yang banyak dikenal orang. Pintu dalam gedung dikunci dan dijaga karena sudah penuh sesak, simpatisan berkumpul di luar.


Seorang ibu-ibu mengeluh karena tidak ada konsumsi, tidak ada bagi-bagi uang pengganti ongkos bahkan air minum sekalipun. Umumnya mereka membeli es atau minuman di warung-warung di sepanjang jalan borobudur. Saya dan seorang pria lalu berbicara satu sama lain, tentu kalau pendukung petahana, mereka bakal kenyang dan pulang dapat uang...



Karena saya terlambat datang, jadi saya tidak tahu acara sebelumnya yang mulai dari jam 10 pagi tadi. Tidak sempat lihat Rieke D. Pitaloka dan Dedi Miing Gumelar di panggung dan jalannya semua acara. Pada pukul 14.30 saya langsung meluncur ke lokasi kaskuser di restoran Bumbu Desa cikini yang di sana ternyata akan didatangi juga oleh Pak Jokowi.



Di Bumbu Desa sudah ada Wardah hafiz dari Urban Poor Consortium yang menunggu Pak Jokowi untuk membicarakan masalah lahan untuk kaum miskin, saya tak mengikuti pembicaraan secara detail walaupun sebenarnya memungkinkan karena Jokowi sama sekali tak menggunakan pengawal dan body guard. Mulai masuk lantai dua restoran (tempat relawan jokowi - ahok berkumpul) saja, jalan beliau harus tersendat dan rajin-rajin pasang senyum karena banyak orang minta foto bareng, belum lagi wartawan yang selalu mengikuti kemana saja beliau pergi.



Karena handphone saya lobatt, maka saya cari terminal listrik untuk nge-charge dulu, dan ngobrol santai dengan seorang bapak-bapak yang ternyata anaknya adalah relawan Jasmev yang sudah masuk di ruangan. Kami ngobrol dengan sumringah, karena kita menangkap semangat luar biasa dari semua orang yang hadir, ada semangat optimisme, semangat perubahan dan semangat kebersamaan di antara orang-orang. Berbeda dengan di jl. borobudur, di restoran ini yang datang umumnya bersih-bersih mukanya, banyak yang pakai kerudung, dan tidak sedikit yang pakai kacamata minus, kayaknya anak2 kaskuser alias geek internet kompakan datang ke sini. Dan nanti kita tahu, efek dari JASMEV ini sangat signifikan dalam "perang" kampanye JB vs HNW atau FOKE.

Cuplikan pengalaman kampanye bersama pasangan Jokowi Ahok tersebut menjadi catatan manis dalam perjalanan kehidupan berpolitik saya sebagai anak bangsa. Sebagai seorang yang berminat mendalami kehidupan berpolitik (bukan politik praktis), saya sangat bersyukur termasuk ke dalam anak bangsa yang mendengar, membaca dan menonton peristiwa politik lalu menentukan pilihan saya sendiri dan sedikit banyak mengajak orang lain mengikuti pilihan yang saya tentukan. Pilihan pada Jokowi Basuki untuk Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 ini akan menentukan pilihan saya, pada jabatan presiden NKRI periode 2014-2019. Alasan saya memilih Jokowi Basuki pada posisi Gubernur DKI, membuat saya harus menentukan figur lain untuk Presiden RI, karena saya tahu betapa sulitnya memenangkan Pilkada DKI dan "melawan arus" lingkungan saya yang umumnya mendukung Pak Hidayat Nur Wahid (kader terbaik PKS dan wakil rakyat dengan suara terbanyak di Indonesia, juga kita tahu Jakarta adalah basis PKS awal-awal partai ini berdiri dulu), selain itu Fauzi Bowo yang betawi asli dan pejabat karir di DKI sangat mengakar pada lingkungan masjid-masjid di Jakarta Selatan. Jokowi yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang kristen akan sangat sulit memenangkan pertarungan. Para Jokowi mania yang belakangan (terlambat) mendukung Jokowi, umumnya tidak tahu sampai sedalam ini, dan umumnya "latah" mengikuti trend yang berkembang para pendukung Jokowi yang semakin tinggi. Mereka, adalah orang-orang kebanyakan, yang hanya tau politik dari berita-berita media yang kadang tidak fair dan punya agenda-agenda sendiri sesuai korporasi-nya masing-masing.