17 June 2018

Pengantar Islam untuk Sekuleris

Saat ini betapa banyak serangan pemikiran terhadap pemahaman Islam yang dikemukakan oleh mereka yang sengaja memahami Islam sepotong-sepotong. Saya katakan sengaja dikarenakan yang mempertanyakan dan menyerang pemahaman tersebut memang berada di luar barisan kaum Muslimin, tetapi menyandang status sebagai muslim. Sebagaimana kaum jahiliyah Makkah saat Rasulullah SAW melanjutkan risalah kenabian dahulu, kaum musyrikin di sana bukan tidak tahu mana benar mana salah, tetapi karena dalam kacamata mereka, agama yang dibawa Muhammad SAW akan membahayakan mata pencaharian dan kejayaan kelompok mereka. 

Pertentangan kepada Islam/kebenaran sebenarnya sudah ada sejak Nabi Adam a.s. diturunkan ke muka bumi. Kisah Kabil dan Habil mewarnai bagaimana kemungkaran berbuah pada kekejian kemanusiaan, mencederai akhlak dan merusak peradaban. Islam adalah aturan hidup dan jalan hidup (way of life) yang didesain oleh Allah SWT sendiri untuk kelanggengan manusia dan peradaban makluk-Nya. Keindahan jalan tesebut hanya dapat difahami jika setiap manusia ikhlas dalam menjalaninya.

Makna LaailaahaIllallah

Kemerdekaan manusia pada hakekatnya bukanlah bebas dari semua yang dicenderunginya. Tidak ada manusia yang bebas dari kecenderungan atau dominasi. Manusia pada hakekatnya terpesona oleh sesuatu yang indah pada pandangannya. Kecenderungan itu bisa saja pada harta (emas, uang, property, kendaraan, barang koleksi), kekuasaan (pengaruh, jabatan), wanita (lawan jenis), popularitas (follower) dan semua yang menyebabkan seseorang menduduki stratifikasi sosial dalam masyarakat. 

Sejarah mencatat, perjuangan manusia dari abad ke abad sebenarnya hakekatnya adalah perjuangan manusia untuk melawan dominasi atau membebaskan diri mereka dari kecenderungan yang tidak adil. Kemerdekaan pada satu bangsa ternyata adalah kebebasan bangsa tersebut pada satu keadaan penjajahan atas satu kekuasaan dari satu raja lalim kemudian beranjak pada kehidupan dengan dominasi lain. Terkadang seiring waktu manusia terbebas dari pejajahan fisik, berubah menghamba pada materlialisme yang memperbudak mereka menjadi binatang kapitalis (capitalist slave). 

Maka Islam yang dibawa para Nabi sesungguhnya mengingatkan manusia untuk menghambakan diri sepenuhnya pada Tuhan yang Maha mencipta dunia dan jagat raya ini. Kecenderungan manusia dibawa kepada Zat yang tidak tergantung pada apapun, bahkan menjadi sumber ketergantungan. Kemerdekaan hakiki manusia diangkat ke tempat yang tinggi sekali, menjadi makhluk (yg diciptakan) yang memiliki sandaran khalik (pencipta), visi vertikal pada kehidupan horisontal. Jadi, makna "Tiada Tuhan selain Allah" sesungguhnya adalah: Inna shalati, wanusuki, wamahyaya, wamamati lillahi rabbil ‘alamin, semua sendi ketundukan, kehidupan bahkan kematian dipersembahkan hanya kepada sesuatu yang Maha Kuat, Maha Dominan dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebuah sandaran kehidupan yang sangat beralasan, logic dan mengagumkan. 

Sungguh suatu kehinaan jika seseorang yang sudah ber-syahadat, mengakui bahwa ia hanya didominasi, dikendalikan dan diatur oleh Allah SWT, tetapi dalam kehidupannya berani mencederai perintah Allah hanya karena misalnya: takut terhadap kekuasaan seorang penguasa, takut tidak populer di kalangan manusia, khawatir budaya dan tradisi leluhurnya sirna, gak rela hartanya habis, tidak ridho anak istrinya tidak bergelimang harta dan kemudahan atau kehilangan akar budayanya. Semuanya merupakan "illah", kecenderungan, hal-hal yang dikagumi, dicari, dijadikan tujuan yang justru mengalahkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Padahal, "illah-illah" tadi merupakan kreasi-Nya juga.

Islam dan Arab

Ada kekeliruan yang menghinggapi pemahaman manusia pada umumnya, orang-orang awam terutama, yang beranggapan bahwa Islam itu datang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan diturunkan di Jazirah Arab. Padahal Islam itu merupakan Agama yang dibawa sejak Adam a.s. bahkan sebelum ia diciptakan. Silahkan dicek di Al-Qur'an, kisah penciptaan Adam sebagai manusia pertama pun diceritakan dengan jelas. Islam kemudian diturunkan per wilayah sesuai Nabi/Rasul-nya masing-masing, seperti Nabi Isa a.s. yang khusus untuk masyarakat Jerussalem, Musa a.s. untuk Bani Israel (Mesir dsk) sampai kemudian risalah ini disempurnakan dan dibuat global untuk semua manusia oleh Allah SWT dengan diangkatnya Nabi Muhammad SAW dengan Al-Qur'an-nya di jazirah Arab. Para nabi dan rasul tsb memiliki tautan keturunan yang tidak terputus, semuanya merupakan satu galur murni keturunan para Nabi sampai pada Adam a.s, MasyaaAllah.. 

Para Nabi diturunkan di banyak suku/kabilah/wilayah. Menurut Hamka, ada ribuan Nabi, dan banyak yg tidak tertulis di Al-Qur'an, bisa saja Lao Tse, Khong Fu Tse dan Sidharta Gautama itu adalah para Nabi mengingat ajaran-ajaran ketuhanan dan kemanusiaan yang diajarkan sangat dekat dengan Islam. Menurut Qur'an dan Sunnah, risalah itu tidak pernah putus, sambung-menyambung untuk mengarahkan manusia pada satu jalan yang lurus, jalan kebenaran. Dan penyimpangan-penyimpangan itu selalu berulang, berkaitan dengan "illah-illah" tadi, ia mengalihkan ketaatan manusia, tergoda pada sesuatu yang fana, sepintas bisa membahagiakan tetapi ujung-ujungnya hanya berakhir pada kehinaan dan kehampaan. 



Video 1: Ust. Adi Hidayat: Islam mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban Islam

Kesempurnaan Islam


Adalah satu takdir Allah jika risalah-Nya kemudian diteruskan oleh seseorang yang merupakan keturunan Nabi Ismail a.s. yang membentuk bangsa arab di kemudian hari, lalu menjadikan keturunan terbaiknya menjadi Nabi sekaligus Rasul penutup dari semua Nabi & Rasul. Ajaran mulia tentang peradaban luhur manusia itu disempurnakan melalui lembaran-lembaran (suhuf) suci yang dinamakan Al-Qur'an. Kesempurnaan Islam ini dijelaskan dalam ayat terakhir dalam kitab ini:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu (Al-Maidah: 3).

Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadits kesempurnaan agama ini:

Dari Shahabat Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian (HR. At-Thabrani)


Video 2. Dr. Zakir Naik menjelaskan keotentikan Al-Qur'an

Untuk itu tidak berdasar jika ada pemahaman yang berkembang yg misalnya menganggap ada Nabi/Rasul yang melanjutkan risalah kenabian ini selepas Nabi Muhammad SAW, atau ada aturan ibadah yang dianggap (logika, nafsu, dan perasaan) menyempurnakan aturan-aturan sebelumnya atau tambahan-tambahan larangan terhadap sesuatu yang sebelumnya tidak dilarang. Menambah-nambah atau mengurangi adalah satu penyimpangan dari sikap orang-orang beriman dan lurus pada syariat agama ini. 

Islam dan Agama-agama lain


Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Al-Imran: 19)

Ayat di atas menjelaskan bahwa satu-satunya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam. Ayat ini merupakan ayat yang sangat jelas, tidak memerlukan penjelasan panjang lebar karena sangat tegas dan menunjukkan konsistensi ajaran Islam. Dikarenakan datangnya wahyu pada Nabi Muhammad SAW merupakan kelanjutan risalah-risalah sebelumnya, maka ayat ini mempertegas bahwa selama ini begitu banyak ajaran-ajaran, agama-agama yang sebenarnya merupakan penyimpangan dari Islam itu sendiri.


Video 3: Dr. Zakir Naik, kesamaan semua agama 

Tentunya menganggap Islam menjadi satu-satunya agama yang benar bukan berarti bersikap ignorance dan tidak bertoleransi pada pemeluk agama lain, karena hal ini sangat dilarang oleh Islam itu sendiri.


لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (al-Mumtahanah: 8)

Artinya, meyakini dan konsisten pada keyakinan syariat itu paling penting tetapi menjaga hubungan baik pada sesama manusia yang berbeda pemahaman juga diperintahkan oleh agama mulia ini.

Islam dan Budaya

Ahmad Fuad Effendi menjelaskan soal budaya dan agama dalam tulisan yang sangat bernas di blog CakNun sebagai berikut:

Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama bersumber dari Allah, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah “karya” Allah, sedangkan budaya adalah karya manusia. Dengan demikian, agama bukan bagian dari budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Ini tidak berarti bahwa keduannya terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Melalui agama, yang dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang Pencipta menyampaikan ajaran-ajaran-Nya mengenai hakekat Allah, manusia, alam semesta dan hakekat kehidupan yang harus dijalani oleh manusia. Ajaran-ajaran Allah, yang disebut agama itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh manusia-manusia yang memeluknya.
Tetapi terkadang ada saja yang beropini bahwa Agama adalah bagian dari budaya dikarenakan intervensi manusia pada produk-produk yang dianggap agama. Biasanya opini begini muncul di kalangan sarjana-sarjana barat yang memang di sana ada sejarah pertentangan agama dan sains (jaman kegelapan, pra renaissance) di mana diakui oleh para sarjana-sarjana kristen sendiri bahwa kitab suci mereka, Bibble terjadi intervensi baik oleh gereja maupun kekuasaan politik. Sayang, pemahaman Islam mereka minim (atau sengaja diabaikan) sehingga men-generalisir hal ini dan memasukkan Islam ke dalam agama yg "tercemar" itu.

Ada di antara mereka bahkan beragama Islam namu Islam yang sekedar saja, Islam abangan. Mereka tidak memahami Islam sebagai satu kesatuan sistem yang sempurna, melainkan (biasanya) hanya sebagai ritual biasa. Islam dianggapnya sama seperti agama-agama lain yang hanya meliputi ritual ibadah khusus, tidak menjadi way of life bagi pemeluk-pemeluknya.