Baru 1 bulan sejak AC-FTA disepakati kami petani jeruk di Kab.Karo sudah menjadi korban. Saat ini memang panen raya, Desember lalu harga jeruk masih mencapai Rp.5-6 ribu/kg tapi sejak 1 januari 2010 harga menungkik tidak tertahan, saat ini bukan hanya harga jeruk jatuh menjadi Rp 2 ribu/kg, itupun para pedagang antar pulau tidak ada yang mau beli.
Pemandangan memilukan (banyak rekan saya yg tidak mau ke ladang) tidak tega buah jeruk sudah berserakan karena matang. Hilanglah sudah semua harapan, bahkan tabungan. Bayangkan biaya perawatan jeruk di Kab.Karo sekitar Rp. 40-50 juta / ha/tahun dengan jumlah tanaman sekitar 400 pohon.
Secara rata –rata produksi per ha mencapai 30 ton/tahun/ha.Semestinya tiap petani jeruk akan memperoleh penghasilan bersih Rp.70-80 jt/ha kalau hargsa juah mencapai Rp.4000 seperti tahun tahun yang lewat.
Kami bisa menghitung, dari luasan sekitar 14.000 ha lahan jeruk , yg berpproduksi sekitar 8000 ha (yang lain adalah tanaman baru atau sudah mati tdk terawatt karena gejolak dan kelangkaan pupuk 2 tahun yang lalu), semestinya ada Rp.800 miliar uang yang mengalir ke Kab.Karo dan itulah yg kini tinggal hayalan.
Kebijaksanaan Pemerintah pusat pasti sudah diperhitungkan dengan sangat matang oleh para petinggi Negara yang sangat pintar-pintar (well experienced and educated), Kebijaksanaan tersebut pasti sudah digodog oleh para anggota Dewan yg terhormat.
Kami di Kab.Karo memang hanya segelintir 0.15 % dari penduduk NKRI, kecil lah itu dibandingkan dengan 220 jt penduduk NKRI. Apakah kami memang menjadi tumbal kebijaksanaan macro para Pejabat??? Yang mungkin mau membangun citra di level Internasional dengan perdagangan bebasnya ???
Dulu hati kami sangat berbunga-bunga mendengar kampanye para capres dan cawapres, kenyataannya saat ini kami sangat menderita.
Yang paling menyakitkan hati kami statement pak mentan di salah satu media electronic (situs internet) beliau katakan : …. Dengan berlakunya CAFTA peningkatan export bisa dikhususkan pada produk perkebunan seperti CPO,Kakao,Karet dan Kopi….. dst…dst. Untuk prooduk buah buahan seperti jeruk perlu peningkatan daya saing didalam negeri. Kalau tidak mungkin ditingkatkan daya saingnya lebih baik tidak terjun di produk sejenis dan dialihkan ke komoditas yang lain….
Kami tertegun pernyataan sang menteri yg Doktor lulusan IPB ini…. Sepertinya asal bunyi saja. Siapakah yang tidak mengerti soal peningkatan daya saing??? Pertanyaannya apakah kondisi di NKRI sudah kondusif?? Apakah semua sudah dijalankan dengan benar khususnya para pejabat ?? Kenyataannya pupuk subsidi baru diperioritaskan untuk tanaman pangan. Apakah yg namanya dinas pertanian/perkebunan ada memberikan solusi atau bimbingan ?? memang ada bimbingan hanya sekedar menghabiskan dana project / APBD. Apakah ada dinas terkain membuat kebun percontohan tempat kami belajar meningkatkan efisiensi / daya saing???
Pengalihan komoditas….. memang sangat gampang mengatakannya…. Itu perlu waktu 3-4 tahun, lantas selama kurun waktu itu kami makan apa??? Kami petani tidak bisa berbuat apa-apa… yang jelas saat ini semua sepi di tempat kami tidak ada usaha apapun dari pemerintah dan stakeholder lainnya. Terkadang (mungkin karena emosi) kami berfikir apakah ada gunanya pemerintah bagi kami rakyat khususnya petani ini???
Selain komoditas jeruk semua komoditas pertanian khsusnya hortikultura saat ini juga mengalami hal yang sama, bayangkan kentang, tomat yang menjadi handalan di Kab.Karo harganya ikut menungkik.
Kami memang akan tetap bertahan untuk hidup…. Biarlah kami merenungkan nasib kami karena siapa lagi yang kami harapkan bisa membantu…..Selamatlah bagi semua petinggi Negara yang membuat keputusan… nikmatilah fasilitas anda karena apapun yang anda lakukan toch kami sudah menjadi korban pertama keputusan……
Wassam,
PS….Petani di Kabupaten Karo.
Anggota HKTI