14 May 2017

Kepada sobat muslimku yang keluar dari barisan

Mohon maaf buat kawan-kawan pemilih Ahok yg cerdas, dan tampak saleh dalam pandangan saya, yang saya kenal memiliki banyak kemuliaan jauh melebihi diri saya.

Sejak pengumuman pemenang pilkada DKI, sebenarnya saya banyak menahan diri. Status-status fb saya dalam 1 minggu itu kebanyakan bertemakan yg ringan-ringan. Namun kemudian setelah melihat beberapa kawan facebooker terutama banyak di antara mereka yg muslim mengeluarkan argumen sbb:

  • kalahnya Ahok menunjukkan kalahnya pemilih berakal seolah-olah kelompok yang tidak memilih Ahok adalah kelompok bodoh dan dogmatis.
  • menunjukkan "islami"-nya Ahok dengan menampilkan perilaku-perilaku positif dia, tapi abai pada kearogansian dan kepongahannya
  • ungkapan kasihan dan prihatin pada anak & istri Ahok yang harus ditinggal karena dia ditahan 2 tahun, tetapi lupa membandingkan dengan kasus penistaan agama lain yg lebih berat, apalagi ratusan keluarga tak berpunya yang digusur paksa tanpa belas kasihan, anak-anak dan keluarganya terlantar jauh lebih menderita daripada Ahok sang penguasa Jakarta.

Saya tergerak untuk menyampaikan tulisan ini. Jujur, sisi kemanusiaan saya dan sisi spiritual saya sebagai muslim merasa dikerdilkan oleh pernyataan-pernyataan tersebut, sikap partial thinking dan ketidakadilan keberpihakan itu memperparah situasi politik di mana muslim menjadi minoritas di beberapa wilayah Indonesia seperti Kalbar dan Sultra, dan ketidakadilan yg dilakukan kepolisian, kejaksaan, presiden dan tentunya "Media korporasi" yang memang menjadi bagian sakit sistemiknya negeri ini

Saya makin heran saja, di antara mereka banyak yang punya perangai yang santun jauh dari perilaku yang dibelanya, halus beropini dan mengeluarkan ujaran pendapat, beberapa di antaranya berjilbab, secara materi sangat mumpuni dan dalam kehidupan sosial saya perhatikan punya tabiat  berbagi pada sesama. Dari sisi intelektual mereka bukan sembarang warga biasa. Mereka kelas menengah, sebaik-baiknya sepanjang saya bercengkerama dengan berbagai kalangan.

Makin tebal keyakinan saya bahwa mengapa Aqidah dan Tauhid menjadi fondasi dalam Islam. Betapa tampilan permukaan,  misalnya citra rajin puasa senin kemis, citra rajin tahajjud dan amalan-amalan yg biasa dilakukan orang-orang saleh itu langsung sirna ketika Allah tampakkan sikap kawan-kawan saya itu terkait kejadian penistaan agama dan ayat kepemimpinan muslim ini. Rupanya konsep Islam bagi kawan-kawan yang rasa-rasanya jauh lebih mulia dari saya ini, sebatas ritual dan sosial saja.

Memang gak gampang jadi orang saleh, saleh sebenar-benarnya. Saya belajar dari kawan-kawan  saya tersebut untuk lebih halus, berbagi, bersopan-santun, tapi rupanya tabir-tabir kemunafikan itu dibukakan oleh Allah SWT dengan begitu jelasnya.

Tidak ada orang atau kelompok yang maha sempurna di sisi Allah selain Rasul-Nya dan para Nabi. Kita tidak bisa meng-klaim diri kita atau kelompok yg satu lebih baik, karena yg berhak menilai memang Allah (begitu kata Cak Nun), tapi jangan lupa panduan dan penilaian Allah sudah dijabarkan secara terbuka dan mendetail semuanya. Hanya kemunafikanlah yg menutupi kebenaran, jadi teringat satu ayat yang saya sangat takuti sepanjang hayat saya ini.. bergetar rasanya kalau membaca ayat ini..

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)

Ayat tersebut bukan saja memberikan panduan kepada para penyampai risalah (dan itu wajib bagi setiap muslim sesuai kadar maqomnya masing-masing) tetapi juga penghibur hati bilamana dalam diri ini kita bersedih, betapa orang-orang yg ada dan mampir dalam sanubari kita (beberapa bahkan kita do'akan dalam sunyi sepi tanpa sepengetahuan mereka, agar menambah bobot diijabahnya do'a kita sebagai teman/sahabat tsb) yang memiliki segala kelebihan-kelebihan dan kemuliaan  dalam asumsi kita, adalah orang-orang yang diberikan hidayah dan petunjuk, ternyata belum tentu begitu di pandangan Allah. Dia-lah yang paling tahu kualitas dan akseptabilitas kesempurnaan keislaman seseorang.

Aku tujukan kepada sahabat-sahabat fb-ku yg aku anggap kalian lebih mulia, lebih ber-akhlak mulia pada manusia, tetapi mendukung si penista agama dan berbetah diri dalam barisan mereka....


Tanah Abang, 14 Mei 2017

No comments:

Post a Comment