08 September 2006

7 Hambatan Menjadi Kreatif

Siapa bilang kreativitas hanya milik para seniman?
Siapa bilang kreativitias hanya milik orang muda?
Siapa bilang orang sukses saja yang kr
eatif?

Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap orang memiliki kreativitas. Bahkan, mereka yang sudah di atas 45 tahun sekalipun masih
dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif. Pendeknya, selama otak masih
berfungsi, kreativitas masih mengalir dalam diri seseorang. Lalu, jika
demikian mengapa banyak orang belum mampu memanfaatkan kreativitas mereka
secara optimal?
Ternyata ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, 7 diantaranya dapat
Anda simak disini. Kenali hambatan-hambatan tersebut, siapa tahu beberapa
diantaranya dapat Anda temukan disini? Lalu ambilah strategi dan tindakan
untuk mengasah kembali daya kreativitas Anda.

Hambatan 1: Rasa Takut

"Mengapa kamu tidak mencoba cara baru saja untuk menyelesaikan pekerjaan
ini dengan lebih cepat?" "Ah, saya takut gagal. Kalau saya gagal atau
salah, saya pasti dimarahi, bos! Jadi lebih baik saya kerjakan saja sesuai
dengan yang diperintahkan. " Yah, rasa takut gagal, takut salah, takut
dimarahi, dan rasa takut lainnya sering menghambat seseorang untuk berpikir
kreatif. Tahukah Anda bahwa Abraham Lincoln sebelum menjadi presiden,
berkali-kali kalah dalam pemilihan sebagai senator dan juga presiden?
Tahukah Anda bahwa Spence Silver (3M) yang gagal menciptakan lem kuat,
akhirnya menemukan `post-it' notes?
Hambatan 2: Rasa Puas
"Mengapa saya harus coba sesuatu yang baru? Dengan begini saja saya sudah
nyaman." "Saya sudah sukses. Apa lagi yang harus saya cemaskan?" Ternyata
bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan. Kesuksesan, kepandaian dan
kenyamananpun bisa jadi hambatan. Orang yang sudah puas akan prestasi yang
diraihnya, serta telah merasa nyaman dengan kondisi yang dijalaninya
seringkali terbutakan oleh rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga
orang tersebut tidak terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru,
belajar sesuatu yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru. Apple
Computer yang pernah menjadi nomor satu sebagai produsen komputer, pernah
tergilas
oleh para pemain baru di industri ini karena Apple telah terpaku pada
keberhasilannya sebagai yang nomor satu, sehingga menjadi lengah untuk
menawarkan sesuatu yang baru pada target pasar sampai perusahaan ini
terhenyak dengan munculnya pesaing yang berhasil menggeser kedudukan Apple.
Namun, belajar dari kesalahan, Apple berusaha bangkit kembali dengan
produk-produk baru andalan mereka.

Hambatan 3: Rutinitas Tinggi

"Coba-coba yang baru? Aduh mana sempat? Pekerjaan rutin saja tidak ada
habis-habisnya. " Apakah kalimat ini pernah Anda ucapkan? Jika ya, berarti
rutinitas pernah menjadi hambatan bagi Anda untuk memanfaatkan kemampuan
Anda untuk berpikir kreatif. Mungkin Anda perlu menyisihkan waktu khusus
untuk mengisi `kehausan' Anda akan kreativitas, misalnya baca buku tiap
minggu (anda bisa menemukan ide brilian yang bisa Anda adaptasi, atau
perbaiki), perluas lingkungan sosial Anda dengan mengikuti
perkumpulan- perkumpulan di luar pekerjaan Anda (siapa tahu Anda bertemu
dengan orang-orang yang bisa mendukung Anda ke jenjang sukses). Tahukah
Anda bahwa Mariah Carey sengaja menyisihkan waktu dari kegiatan rutinnya
sebagai penyanyi latar untuk memperluas pergaulannya? Mariah berusaha masuk
ke lingkungan pergaulan para petinggi di dunia musik internasional sebelum
akhirnya bertemu dengan produser musik yang bersedia mensponsori album
pertamanya yang langsung menjadi hit dunia?

Hambatan 4: Kemalasan Mental
"Untuk mencoba yang baru berarti saya harus belajar dulu. Aduh, susah.
Terlalu banyak yang harus saya pelajari. Biar yang lain saja yang belajar."
"Memikirkan cara lain? Wah, sekarang saja sudah banyak yang harus saya
pikirkan. Lagipula memikirkan cara baru bukan tugas saya, biarlah atasan
saya saja yang memikirkannya. "Ini merupakan beberapa contoh kemalasan
mental yang menjadi hambatan untuk berpikir kreatif. Tidak heran jika orang
yang malas menggunakan kemampuan otaknya untuk berpikir kreatif sering
tertinggal dalam karir dan prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas
untuk mengasah otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba
yang baru. Tahukah Anda bahwa Thomas Alva Edison tidak berhenti berusaha
untuk memikirkan cara yang lebih baik dari eksperimen sebelumnya sampai
puluhan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar? Bayangkan apa yang
akan terjadi jika pada kegagalan pertama, Edison malas berpikir untuk
mengasah kreativitasnya dan melanjutkan ke eksperimen-eksperim en
berikutnya?

Hambatan 5: Birokrasi
"Saya bosan menyampaikan ide lagi. Ide saya yang enam bulan lalu saya
sampaikan, belum ada kabarnya apakah diterima atau tidak?" Seringkali
karyawan atau pelanggan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak
ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan keputusan
yang lama, atau karena proses birokrasi yang terlalu berliku-liku. Kondisi
seperti ini sering mematahkan semangat orang untuk berkreasi ataupun
menyampaikan ide dan usulan perbaikan. Biasanya semakin besar organisasi,
semakin panjang proses birokrasi, sehingga masalah yang terjadi di lapangan
tidak bisa langsung terdeteksi oleh top management karena harus melewati
rantai birokrasi yang panjang. Belajar dari pengalaman dan hasil studi di
bidang manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri
menjadi unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar
bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para
pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.

Hambatan 6: Terpaku pada masalah
Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang
menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki ataupun
mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan adanya masalah,
kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar dapat menemukan cara
lain yang lebih baik, lebih cepat, lebihefektif. Tahukah Anda bahwa Colonel
Sanders menghadapi kesulitan dalam menjual resep ayam goreng tepungnya?
Namun, ia tidak terpaku pada kesulitan tersebut, ia memanfaatkan
kreativitasnya sampai akhirnya ia mendapat ide untuk menggunakan sendiri
resep tersebut dengan mendirikan restoran cepat saji dengan menu utama ayam
goreng tepung. Idenya ini terbukti manjur membukukan suksesnya sebagai
salah satu pebisnis waralaba terbesar di dunia.

Hambatan 7: "Stereotyping"
Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat umum
terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam berpikir
kreatif. Misalnya saja pada zaman Kartini, masyarakat menganggap bahwa
sudah sewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah saja, tidak perlu
pendidikan tinggi, dan hanya bertugas untuk melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah.

Apa jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika, Tjut Njak Dhien menerima
saja semua pandangan umum yang berlaku di masyarakat saat itu? Mungkin
Indonesia tidak akan pernah menikmati jasa yang diperkaya oleh keterlibatan
para wanita profesional, misalnya: mendapatkan layanan dokter wanita,
menikmati kreasi arsitek dan seniman wanita, mendapatkan hasil didikan guru
wanita, mengirim diplomat wanita sebagai duta Indonesia, atau bahkan
dipimpin oleh seorang presiden direktur, bahkan presiden (pimpinan negara)
wanita.

Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses lainnya.
Tetapi, orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan kreativitas mereka bisa
menggeser mereka yang tidak memanfaatkan kreativitas mereka. Lalu,
bagaimana jika Anda mengalami hambatan untuk mengoptimalkan kreativitas
Anda? Tidak perlu panik. Kenali hambatannya, atasi, dan ambil tindakan
untuk mengasah kembali kreativitas Anda. Kreativitas itu ibarat sebuah
intan, semakin diasah semakin berkilau. Jadi sudah siapkah Anda untuk
membuat kreativitas Anda agar semakin berkilau?
Selamat mencoba !!

Be creative.

1 comment:

  1. artikel yg cukup menggugah motivasi dikala bisnis lagi bermasalah
    thx

    ReplyDelete