Van Breen ditugaskan oleh Departement Waterstaat
pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan studi
pencegahan banjir di Batavia. Akhirnya, Van Breen
melahirkan sebuah konsep spektakuler dan visioner pada
jaman itu yang dikenal dengan proyek Banjir Kanal
Barat dan Banjir Kanal Timur. Ide konsep itu
sederhana, yaitu membatasi volume air yang masuk ke
Batavia melalui 13 sungai, diantaranya Sungai Cakung,
Jati Kramat, Buaran, Sunter, Cipinang, Ciliwung,
Cideng, Krukut, Grogol, Sekretaris, Pesanggrahan,
Mookervart, dan Angke. Selanjutnya, limpahan debit air
akan dibuang melalui sisi kiri dan kanan kota ke laut.
Pada tahun 1922, dimulailah pembangunan tahap pertama, yaitu Banjir Kanal
Barat. Setelah Indonesia merdeka, Mimpi Herman Van Breen untuk melanjutkan
pembangunan Banjir Kanal Timur sebagai tahap kedua untuk membebaskan Batavia
dari banjir tidak pernah terwujud.
Proyek Banjir Kanal Timur baru disahkan dalam rencana
Tata Kota DKI pada tahun 1973. Sekarang sudah 34 tahun
Banjir Kanal Timur masuk rencana Tata Kota DKI, tetapi
hanya 7 km dari 23 km dalam rencana Banjir Kanal Timur
yang sudah digali.
Betapa visionernya rencana Van Breen, saat itu luas
Batavia hanya 2.500 Ha, tetapi sudah membuat rencana
penggalian Kanal Barat dan Timur sebesar itu.
Proyek Banjir Kanal Barat yang berhasil diwujudkannya telah menyelamatkan
wilayah Batavia dari banjir selama 40 tahun. Sekarang wilayah Jakarta sudah
seluas 65.000 Ha atau 26 kali Batavia, tetapi bukannya Banjir Kanal
Timur diwujudkan, malah Banjir Kanal Barat tidak
pernah dipelihara dengan baik dan diperluas.
Sutiyoso beralasan bahwa untuk mewujudkan Banjir Kanal
Timur dibutuhkan dana yang sangat besar, yaitu sekitar
4,9 Trilyun dan Pemda DKI tidak mampu menyediakan dana sebesar itu. Tetapi
tahukah anda bahwa proyek Busway 40 koridor menghabiskan dana 21 Trilyun dan
harus diselesaikan selama dua tahun. Padahal busway yang direncanakan
bukanlah jalur-jalur penting yang bisa
mengalihkan pengendara mobil pribadi ke busway kecuali
Koridor I yang melalui jalur Sudirman - Thamrin.
Betapa bodohnya pemimpin bangsa ini.
Bila saja Herman Van Breen menyaksikan banjir yang
menenggelamkan 2/3 Jakarta saat ini dan tidak pernah
terwujudnya proyek Banjir Kanal Timur selama 89 tahun
sejak dia cetuskan, pastilah dia akan menangis
tersedu-sedu, "Betapa bodohnya inlander-inlander ini".
WIDO HANGGORO
Research and Development Department
Indonesia Meteorological and Geophysical Agency (BMG)
Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran 10720
Jakarta Pusat, Indonesia
No comments:
Post a Comment