30 June 2017

MEMBANGUN SEMANGAT REVOLUSI MELALUI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN

Pesantren Kreatif iHaqi 21 Februari 2017, Pelatihan Media Sosial untuk sebagai media dakwah (Republika online


Kang Sirod (blogger, entrepreneur, tukang di arus.co.id)
-disampaikan di WA Group Seni Sastra dan Budaya

#Activism #Revolt #Seni&Budaya

Ada 3 kata penting yang akan disampaikan dalam sharing online di jejaring media sosial whatsapp group ini: Revolusi, Kesenian dan Kebudayaan. Bukan topik yang ringan buat seorang ayah beranak 3, dengan 1 istri, tanpa prestasi apa-apa dalam kesenian dan kebudayaan.

Kalaupun ada prestasi seni, mungkin hanya juara lomba adzan di tingkat RT di sebuah kampung bernama Ngamprah Padalarang saat saya kelas 5 SD, atau jika itu satu pencapaian mungkin juara 3 puisi di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat saat usia 10 tahunan.

Tak layak juga disebut Revolusionist jika disandingkan pada pesohor sejarah yang merubah cara hidup dan nasib banyak orang karena karya-karyanya. Tetapi mungkin sebuah sistem terintegrasi pengolahan air di rumah sakit pertama di Indonesia, sebuah rumah sakit kanker & jantung milik swasta di Semanggi. Sistem ini sering dibangga-banggakan karena itulah pencapaian tertinggi bagi seorang praktisi air bersih seperti saya.  Sistem ini merupakan konsep baru yang merubah sistem air bersih di seluruh rumah sakit - rumah sakit di Indonesia.

MUSIK DIGITAL

Revolusi, Seni, Budaya, adalah tiga kata yang saya gandrungi sebagai seorang penikmat seni "rendahan". Saya bisa menikmati pop jazz seperti Joss Stone, tetapi kesulitan menikmati musik jazz sebenar-benarnya jazz.

Saya juga bisa menikmati musik indah nusantara seperti Kacapi Suling seperti ini: https://soundcloud.com/phiank/kacapi-suling-sunda-bangbara?in=muhammad-sirod-rasoma/sets/kacapi-suling

sampai alunan ritmik dari tanah batak seperti ini: https://soundcloud.com/riki-rotwoa-nababan-1/batak-instrument-indonesia-bii?in=muhammad-sirod-rasoma/sets/musik-nusantara

Sengaja saya nyalakan musik dari ranah minang seperti ini, agar mertuaku yang asli Pantai Painan dapat senang hatinya:



sungguh suatu kenikmatan menjadi awam ilmu musik, miskin budget dengan sedikit ketikkan kata kunci di Soundcloud saya menikmati alunan indah karya seni musikus jenius, tanpa harus repot-repot sebagaimana penikmat musik jaman dulu.

Sesekali boleh juga ketika menyetir, meracau mencurahan isi hati. Entah penyesalah entah motivasi, yang penting narsis tak mengapa, diniatkan untuk ibadah, walau karya itu dianggap sampah, ya pasrah saja..

misalnya:  Memahami komunikasi ala Soekarno: https://soundcloud.com/muhammad-sirod-rasoma/kemampuan-komunikasi-soekarno



Jika Soundcloud berisi cipta karya musikus yg merdeka, maka Joox merupakan gudang musik dari label-label berjaya di industri musik, bolehlah diunduh sebagai pelipur lara saat mengendara. Pilihan lirik di aplikasi lumayan lah pengganti bernyanyi di kamar mandi..

Fasilitas Lyrics Card pada Aplikasi Joox.



PUISI BLOG

Jika pilihan kata menunjukkan kasta, maka puisi adalah gubahan hati sanubari yang tak perlu dikritisi. Puisi saat ini bisa dinikmati dengan hanya mengetikkan beberapa kata kunci, ribuan sastrawan asli sampai gadungan bermunculan.

Tapi bolehlah jika seorang tukang seperti saya mengungkapkan rasa berupa untaian kata yang tak berirama karena saya bukan musikus ternama, ia hanya ungkapan keindahan dan kekaguman atau kebencian yang dipendam atau dibaca sebagai pengingat diri, seperti di sini: http://pujangga-tanggung.blogspot.co.id/2016/03/hidup.html

18 Agustus 2015 di perairan kepulauan seribu
Hidup...

Hidupku kawan, seperti seorang nelayan
pergi di keheningan malam, pulang dalam belaian terik mentari pagi..
tergopoh-gopoh ke pantai membawa sedikit ikan,
menawarkan dengan sisa tenaga di pelelangan,

hidup seperti ini kawan,
mengarungi samudera luas ciptaan sang Maha Kaya,
berjuang demi anak dan istri di rumah,
yang menanti rejeki baik dari kita.

indahnya berjuang itu kawan,
seperti nelayan yang perkasa,
siraman air garam pada tulang dan kulit legam hitam,
menjadi berkah ibadah,
menjadi bukti keikhlasan diri,

Kukusan, 21 Maret 2016



Sedikit sekali karya puisi saya itu. Pernah di kalbar dulu sewaktu SD saya menuliskan puisi dalam sebuah buku, mungkin sudah puluhan saya tulis, tapi ia lenyap dimakan rayap. Jika nanti saya bertemu Tuhan, saya ingin buku itu ia ciptakan kembali. Aamiin..


MEMBACA & MEMBUAT RESENSI BUKU

Membaca, satu kemewahan buat saya kini. Kenapa? karena waktu untuk membaca buku harus ditukar oleh kesibukan lain. Sibuk berdiskusi bertukar fikiran di media sosial. Alhamdulillah, ada penulis-penulis yang telaten menulis dan saya berteman dengan penyalintempel, puluhan whatsapp group saya ikuti, tulisan sama saya baca berulang hehehe..

Tak mengapa, masih tersisa sedikit waktu dulu, ada buku pop (lagi2 pop, karena ringan dan gak butuh kening berkerut), yang saya baca, hasil hadiah dari sebuah provider telekomunikasi. Buku itu ternyata salinan dari sebuah film Hollywood, tentang cerita seorang pencuri baik hati dari seramnya hutan sherwood: http://sirod.blogspot.co.id/2010/10/robin-longstride.html

Ulasan novel Robinhood yg merupakan adaptasi dari film Hollywwod - Russel Crowe

Saya ternyata bukan Indonesia, belum berani ngaku Pancasila juga 😀, karena ada 12,125% saya berdarah China. Bukan China di Glodok yang bicara Hokkian, atau China Medan & Batam yang fasih berbahasa Kanton, ini benar-benar China Daratan (mainland) yang kini disalahmengerti penduduk negeri.

Sila pergunakan geni.com untuk membuat silsilah atau pohon keturunan kita, siapa tahu kita benar-benar memang keturunan bangsawan, pahlawan atau orang-orang hebat untuk sekedar memberi harapan palsu di sekelebat pemikiran kita hahaha..


Jatidiri, begitu orang bilang. Adalah sejujur-jujurnya darah dan kultur yang diberikan Tuhan kepada kita. Tak perlu bangga berbangga karena semua manusia punya suku bangsa, bahasa dan budaya, tak perlu lupa karena ia bukan pilihan melainkan warisan, tak perlu mencaci, karena Tuhan mencipta berbeda untuk salingsapa, bukan dibuat jurang pemisah antara, menguak disparitas menjauhkan solidaritas.

Walau sunda campuran, yang katanya ada trah pangeran, bergelar raden dari seorang perempuan. Dialah Rd. Siti Hawa nenekku, membuat saya mencoba menggali apa kelebihan-kelebihan seorang sunda yang bangsawan. Maka dibacalah sebuah buku, karangan jepun ber-ilmu. Sila ketik kata kunci dalam mesin pencari: "kebudayaan sunda site:sirod.blogspot.com" maka inilah saduran dari buku yang saya baca:

Saduran hasil membaca buku karya Mikihiro Moriyama

Berkompromi dengan Kolonialisme demi kemajuan Budaya Sunda -
http://sirod.blogspot.co.id/2010/12/berkompromi-dengan-kolonialisme-demi.html

Beberapa alternatif media seni budaya tsb dapat diakses dengan mudah, murah meriah dan lumayan melupakan jenuh deru membosankan ibukota. Belum lagi saya bahas betapa banyak karsa dan karya warga indonesia bertemu berinteraksi sampai berbuah cinta seperti saya. Ya! saya menemukan istri dari sebuah kopi darat dari mailing list berbahas inggris.

Betapa revolusi budaya telah terjadi, siap gak siap kita berada di pusaran cepat-nya. Mari eksplorasi, sinergi dan organisasikan semuanya, demi manfaat besar bangsa ini. Bangsa yang ribuan tahun telah ada sebelum puluhan tahun berbentuk negara. Bangsa yang katanya dahulu kala terbentuk dari peradaban atlantis, menyemangati banyak orang untuk optimis.

tempa besi, kena bakar,
tempat buaya, ke penangkar,
tanpa seni jadi kasar,
tanpa budaya, jadi barbar

bersampan ke Kalimantan, malah menepi di Pelalawan
negeri batubara, dalam hutan hujan tropika.
aku bukan seniman apalagi sastrawan
hanya pengembara keindahan di bumi Nusantara


3 comments:

  1. Pertanyaan/Tanggapan 01: Pak Sutawidhya di WAG SSB:

    Jadi, Kang Sirod yang bergelut dengan lautan, ternyata pengamatannya pada daratan sangat tinggi. Bukti nya musik talempong ia nikmati cukup banyak. Menurut Anda, apakah pelestarian adat di suatu daerah berpengaruh terhadap hasil karya kebudayaan, baik berbentuk musik atau lain nya? Sejauh mana Adat itu penting untuk menjaga keberadaan bangsa bangsa asli Nusantara ini?

    -----

    tanggapan 01:

    Waduh, ini pertanyaan berat nih, jangan ngalelewe (nyindir) ya pak :D heuheue.. Saya cuma penikmat seni, memang hampir semua musik masuk di otak saya, saya juga bingung mendefinisikan kriteria yg enak dan nyaman itu. Tetapi umumnya alunan musik ansamble dan instrument memang saya sukai.

    Hasil diskusi kemarin dengan salah satu member tentang musik keroncong, Pak Adi B. Wiratmo (sayang beliau keluar dari grup SSB), ternyata keroncong itu untuk "bertahan" memerlukan kata "konservasi" bukan "pelestarian", karena konvservasi artinya ada adaptasi terhadap perubahan, sementara kalau pelestarian, konotasinya statis, seperti barang peninggalan purbakala.

    Jelas, seni & budaya harus digali, disinergikan dan diproduk secara simultan, bukan sekedar dilestarikan, ini pemahaman saya. Harus dicari keterkaitan antara ungkapan seni budaya terhadap perubahan dalam masyarakat itu sendiri. mohon dikoreksi oleh para pakar & penggiat budaya & seni...

    ReplyDelete
  2. Pertanyaan/Tanggapan 02: Pak Saipul Zantux, WAG SSB 2

    Klo boleh tau dgn karya2 yg prnah d tulis mana di antara nya yg mengandung makna dlm k hidupan kang sirod,
    Sampai sekarang yg masih melekat...?

    ----------

    Pak Saipul ysh, sebagai tukang yang senang mengungkapkan rasa dalam bentuk tulisan, saya sering membaca dan membuka kembali apa-apa yang sudah saya tulis tsb. Terkadang ada iseng dalam diri, tulisan itu saya coba bandingkan dengan penulis lain, ada keinginan untuk dibaca lebih banyak orang, tapi ada juga keinginan karya tsb supaya kelihatan "lebih dalam" atau "lebih canggih" :D

    Tapi lebih dari itu, jika karya tulis itu bentuk sebuah kejujuran, apapun bentuknya, maka karya tulis itu apakah puisi, apakah sebentuk status facebook, resensi buku, atau tulisan kritik sosial, maka akan memberikan manfaat "self healing" buat saya.

    saat ini medsos seperti Facebook memiliki fitur Facebook this day, sehingga status-status lawas facebook yang pernah kita tulis, pada tahun-tahun lalu akan muncul di linimasa kita, aih saya menikmati sejarah kerangka fikir dan sejarah pengetahuan saya saat itu.

    ReplyDelete
  3. Infiltrasi asing terhadap budaya dengan murah, mudah dan masif dilakukan. Sedang adat tidak bisa diinfiltrasi oleh asing sedemikian mudah. Budaya dirusak oleh bangsa asing melalui kuliner dan kesenian. Sedangkan adat, yang turun temurun tidak bisa mereka rusak

    -------

    Jawab:

    Ini lagi-lagi satu pernyataan/tanggapan yang cukup berat. Saya tidak memiliki kajian khusus, tapi saya dapat memahami jika adat satu daerah atau suku yang dipertahankan cenderung aman dari infiltrasi (pengaruh) budaya luar ya. Turun temurun adat tsb menjadi warisan berharga bagi generasi berikutnya.

    Misalnya dalam adat pernikahan suku sunda yg saya tahu: saweran dan injak telur, masih sering kita lihat. Memang belum ditemukan misalnya saweran dengan satu aplikasi yang mengeluarkan bilangan random terus tiba2 keluarga pengantin akan mentransfer jumlah uang tertentu pada yang dapat saweran :D,

    atau misalnya budaya injak telur kemudian diganti oleh telur khusus sehingga tidak membuang-buang pangan kaya protein ini xixixi.. entahlah itu pekerjaan para pegiat dan pakar budaya, saya cuma penikmat saja pak..

    ReplyDelete