26 June 2017

TERPISAH PATI DARI AMPAS




"..I'm a dad, I'm a husband, I'm an activist, I'm a writer and I'm just a student of the world.." - Michael J. Fox

Pertemuan Tim 7 GNPF dengan Presiden Jokowi, Menkopolhukam Wiranto dan Sekretariat Kepresidenan 1 Syawal 1438 Hijriah atau 25 Juni 2017 kemarin ditanggapi beragam oleh aktivis nasionalis, aktivis Islam sampai aktivis seleb. Pro kontra wajar saja dikemukakan, karena pemerintah yang Jokowi pimpin selama ini dianggap repressif dan gagal menyejahterakan rakyat kecil.

Pasca Pilpres 2014 lalu memang dunia aktivis seakan kompak mengkritik, mengoreksi dan men-jewer rezim ini dengan beragam aksi simpatik, heroik sampai aksi-aski tak mendidik. Aktivis sejatinya memang akan terus hidup, bilamana ketidakadilan masih dirasakan banyak orang. Mereka seperti Michael J. Fox katakan, adalah orang-orang biasa, mereka bersuara karena kejujuran dalam nurani mereka masih bersuara. Bukan laksana ikat mati yang hanyut terbawa arus.

Hanya saja, ummat Islam dan kaum nasionalis konservatif musti faham bahwa tidak semua aktivis itu "merdeka" lalu "beradab", seperti ujaran kata-kata  berikut:

"..I am a technological activist. I have a political agenda. I am in favor of basic human rights: to free speech, to use any information and technology, to purchase and use recreational drugs, to enjoy and purchase so-called 'vices', to be free of intruders, and to privacy.." - Bram Cohen

Cohen menyebut dirinya aktivis sampai pada kebebasan individu, sangat sekuler liberal, persis pada kelompok yang ada di belakang Jokowi saat ini. Bibit-bibit sekuler liberal ini juga menghinggapi kelompok yang tadinya kompak jelang aksi mengagumkan dari GNPF MUI dari 411 sampai 212 tahun lalu itu. Beragam exponen bersahutan dari aktivis yang mengenal Tuhan sampai aktivis selebritis yang dipuja-puja di laman-laman social media.

Bob Marley berkata "..Life is one big road with lots of signs. So when you riding through the ruts, don't complicate your mind. Flee from hate, mischief and jealousy. Don't bury your thoughts, put your vision to reality. Wake Up and Live!.."

Munculnya kalimat nyinyir dari aktivis medsos yang seperti merasa PALING SUCI, PALING HEBAT dan PALING KUAT itu sebenarnya adalah pertanda kehidupan. Bahwa saringan kehidupan sedang berjalan. Jika sebelumnya Bangsa ini terpisah dari mana yang berteriak salam dua jari dan salam tauhid, maka saat ini bangsa ini kembali tersaring dari yang mana teguh pada komando ulama dan mana yang terombang-ambing ikuti arus popularisme dan syahwat disebut hebat.

Lambat laun Tuhan akan tunjukkan apa itu Al-Furqan - Pembeda, mana yang benar-benar berjuang, mana yang tujuannya mencari RUANG dan UANG. Mana yang benar-benar kenal dengan Habieb Rizieq, mana yg sok kenal sok dekat dengan beliau. Aktivis seleb ini mungkin lupa, bahwa kemenangan hanya akan didapat dari kelompok yang justru mentalitasnya tidak merasa terlalu senang ketika menang, dan tidak terlalu kecewa ketika didera duka.

Maka wahai para aktivis Seleb, aktivis salon dan yang isi rumahnya dihiasi perabotan hasil hadiah dari para ponggawa negeri atau pencuri, diamlah. Kalian bukan rujukan kami lagi, kalian ini gagal. Revolusi Indonesia bukan dimulai dari cafe ke cafe, Revolusi ini akan dilanjutkan dari teriakan takbir dan dzikir dari musholla Allah di seluruh penjuru negeri.


Sirod M. Rasoma
Koordinator Forum Alumni Peduli NKRI
Co. Founder Komunitas Merah Putih

No comments:

Post a Comment