Saat ini memang kita sedang dilanda krisis multidimensi. Bukan hanya masyarakat awam, kaum intelektual di negeri ini pun ramai-ramai mencobot baju intelektualitasnya demi rekam jejak digital bersama penguasa untuk menjadi jalan kenikmatan dan akses resources. Walaupun seperti biasa, kecenderungan tersebut diawali dengan kalimat "saya pun tak ada kaitan bisnis pak Jokowi" hehehe.. ah becanda bapak ini, kalau dosen mah bukan kaitan bisnis dengan penguasa dong ya, masa dosen kok berbisnis, dengan Presiden lagi? sebuah pernyataan yang memukau bagi kaum yang berfikir pendek.
Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri, Saya Muhammad Sirod, alumni IPB masuk tahun 1997 (dari jurusan Teknologi Industri Pertanian, angkatan ke-34 semenjak IPB lahir dan memisahkan diri dari Universitas Indonesia pada tahun 1963). Saya bukan siapa-siapa juga, hanya satu dari ratusan ribu alumni IPB yang independen mencari nafkah, tidak menjadi Aparatur Sipil Negara, Karyawan BUMN atau menjadi konsultan dari lembaga-lembaga pemerintahan sebagaimana umumnya alumni IPB memilih profesinya.
Di sinilah kekuatan alumni IPB secara umum, siapapun penguasanya, alumni IPB selalu menjadi bagian kontributor bagi negara. Menjelaskan posisi ini penting, karena menghindari bias dan untuk menilai "kemerdekaan berfikir".
Saya sendiri tidak mengenal Prof. Arya Hadi Dharmawan secara pribadi. Di IPB banyak guru besar, dan nama-nama besar misalnya Prof. Eriyatno pakar sistem guru saya sendiri, Prof. Kudang B. Suminar dan Prof. Marimin pakar komputasi & Fuzzy Logic, Prof. Muhammad Firdaus yang aktif menulis soal ekonomi pertanian, atau sederet guru-guru besar yang juga alumni IPB yang telah saya "lalap" pemikiran-pemikiran besarnya untuk negeri ini seperti Prof. Bustanul Arifien. Sementara Arya Hadi Dharmawan, seperti terlewat dari jajaran pemikir-pemikir besar bangsa ini. Mungkin memang saya kurang membaca dan mengamati lagi jajaran orang-orang hebat di negeri ini sampai-sampai nama Prof. Arya Hadi Dharmawan, kok bisa terlewat.
Lewat mesin pencari Google saya coba telusuri sosok beliau dengan mengetikkan nama "Arya Hadi Dharmawan", maka didapat sitasi dari Google scholar yang membuktikan bahwa ybs memang seorang akademisi/peneliti. Saya coba amati dan gulung ke bawah laman hasil pencarian, ternyata hasil pencarian lebih banyak menunjukkan profil beliau dari beragam situs web. Ada yang dari laman resmi IPB, laman berita politik seperti RMOL, laman diskusi Kaskus, blog gratisan seperti wordpress sampai platform medsos di facebook dan instagram. Wah, ternyata dosen gaul ini, pikir saya. Agak aneh, seorang professor bukan banyak menulis artikel ilmiah atau opini publik di media nasional (online) tapi malah bernarsis ria di media sosial. Pasti banyak opini-opini yang membuat rinduh rendah jagat maya nih, pikir saya.
Dalam sebuah laman berita, dan berita resmi IPB maka didapat posisi beliau sekarang menjabat Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dalam Fakultas Ekologi Manusia IPB. Sebuah fakultas yang cukup baru di IPB dan baru saja melahirkan rektor baru Dr. Arif Satria yang sebelumnya memimpin dekanat berkode huruf I ini.
Pada tahun 2012, Prof. Arya ini pernah mempermalukan institusi IPB dengan menulis sebuah surat terbuka kritik pada SBY Surat terbuka Arya Hadi ke SBY , sehingga ditegur IPB karena mencantumkan logo IPB pada surat terbukanya tanpa koordinasi dengan institusinya terlebih dahulu. Beliau dalam tulisan yg dirilis Andi Irman juga menuliskan mendukung Prabowo pada 2009, seingat penulis, Prabowo saat itu berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri dan dikalahkan SBY - JK. Dari dua info ini silahkan ditafsirkan sendiri arah dukungan Pak Dosen pada politik di negeri ini. Bisa jadi beliau bukan mendukung Prabowo, tetapi mendukung Megawati hehehe..
Tulisan yg tersebar itu dimulai dengan soal filsafat ilmu, soal value dalam ilmu, kemudian diarahkan pada kuliah sosiologi pedesaan dan ekologi manusia lalu diakhiri dengan menyimpulkan dukungan pada Jokowi, funny. Bagaimana seorang guru besar bisa cacat logika mendukung seorang jokowi melalui alur berfikir seperti ini? Apakah beliau ingin menggiring opini bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang sangat membela Desa? atau sosok ndeso?
Beliau menulis Jokowi membangun bendungan-bendungan. Perlu difahami bahwa bendungan-bendungan besar di Indonesia itu sudah diinisiasi oleh birokrat-birokrat kita salah satunya Pak Basuki Hadimulyo yg sekarang menjadi menteri PUPR. Ada 39 bendungan yang diulas pada International Conference on Large Dams di Bali yang penulis hadiri. Kini Pak Menteri menyatakan bahwa cuma ada 16 bendungan yg dirancang di era SBY sementara pak Jokowi ada 49 bendungan, total jadi 65 bendungan. Silahkan dicari sendiri data siapa yang akurat, karena saya sendiri yang mendapat data tsb pada ICOLD beberapa tahun lalu di Bali.
Vidio Progress Bendungan di Indonesia dari International Conference on Large Dams di Bali 1-6 Juni 2014
Biodiesel? rupanya pak Dosen ini tidak membaca bagaimana sejarah Biodiesel berkembang di negeri ini dan kemudian menimpakan semua jasa pengembangan biodiesel ke Pak Jokowi. Baiknya beliau banyak baca tulisan-tulisan Dr. Kiman Siregar, dosen UNSYIAH Aceh yang juga lulusan IPB dari Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Beliau bukan pakar bendungan/hydrology bicara bendungan, beliau bukan pakar Biodiesel, bicara biodiesel. Apakah begini kualitas intelektual kita saat ini?
Maka buat saya, tulisan Arya Hadi Dharmawan itu lebih baik dianggap angin lalu, karena itu bukan tulisan yg layak ditanggapi serius.
Muhammad Sirod
Praktisi Air Perpipaan dan Bendungan
ReplyDeleteSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut