21 July 2002

Tulisannya pak Basith (dosen gue di TIN) tentang Pendidikan

Terus terang saya tidak bisa menulis seperti anda. Saya cuma mau urun rembug
sedikit soal terobosan monumental ini. Kalau kita mau jujur, terobosan itu
hanya bisa terlaksana kalau para pemikir dan peneliti di perguruan tinggi
bisa bekerja dengan tenang untuk memikir bukan untuk pusing kalau berpikir.

Saya masih ingat, pada waktu fateta punya ekspert dari Jepang untuk AP4
tempo hari. Salah satunya (prof Matsuyama) selalu komplain tentang buruknya
etos kerja ilmuwan kita (yang katanya sudah disekolahkan dengan biaya mahal
tetapi setelah pulang tidak betah nongkrong di lab menekuni ilmunya). Anda
tahukan jawabnya? Kalau mereka nongkrong di lab, dapur di rumah bisa tidak
berasap lagi. Sementara pak Matsuyama dengan nongkrong di lab dibayar
puluhan kali lipat gaji prof kita. Jadi UUD (ujung2nya duit kan?

Ini ada contoh menarik lagi. Teman saya pulang dari kanada setelah
menggondol PhD di bidang genetika. Begitu pulang dia disibukkan dengan
urusan penempatan kembali dan nguber penghasilan tambahan. Walhasil ilmu
genetikanya tak terpakai. One day he went to Thai for a seminar and visited
his friend yang dulunya satu lab di kanada. Teman dia tinggal di rumah yang
not bad, berpenghasilan not less than his beasiswa sewaktu di Kanada, punya
mobil bagus dll. Teman saya bertanya, how did you get all of these? Working
at University, kata si orang Thai. Ngerjain apa ? tanya temanku. Reasearch,
kata si orang Thai. Singkat cerita, rupanya sejak pulang dari Kanada, dia
diberi tugas oleh Univ untuk meneliti tentang kerbau dari A sampai Z selama
15 tahun berturut-turut and asked not to worry about his kitchen matter.
Cuma itu. Tapi hasilnya bisa anda bayangkan: pasti terobosan monumental
tadi, karena penelitian dilakukan dengan serius selama kurun waktu yang
memadai. Tull nggak?

Nah gitu mas. Itulah faktanya. Kalau soal ini mau diurai-urai sulitnya bisa
seperti mengusut benang kusut yang sudah luaamaaa sekali kusut. Tapi
bagusnya, kan sudah ada orang-orang pilihan yang sudah dan sedang bekerja
keras untuk melakukan hal itu. Kalu kita mau urun rembug silahkan, tapi beri
kesempatan mereka bekerja dengan tenang. But we must do something else !

Buat saya, yang tidak berada pada kapasitas sebagai pengurai benang kusut,
lebih baik memikirkan pemberdayaan diri dulu. Kata orang bijak, you cant
help the weak if you are weak. You cant feed the hunger if you are hungry,
and you cant help the poor if you are poor. Good intention alone is not
enough. Ngomel tak akan membuat orang kelaparan jadi kenyang. Some one some
where some how must do something, right?

Untuk yang terakhir ini sayangnya kita tidak bisa menunggu sampai benang
kusut terurai. Blaming others all the time juga bukan sikap yang benar. We
have to get up and fight. Do some thing for our life. Make a life not just a
living. (he he he ... kayak judul buku saja)

Mudah2an kita tidak seperti ratusan orang yang ketika ditanya: siapa yang
ingin mendapatkan hadiah lotre 1 milyard? semuanya angkat tangan. Tapi
ketika ditanya, siapa yang sudah beli kupon lotrenya hari ini? tak satupun
angkat tangan. Wow.

Sekian dulu. Wilujeng diajar.

aba

No comments:

Post a Comment