Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh  keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5 lima buah 'pintu' yang  menuju ke tempat tersebut. Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing.  "Stop membanding dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak  membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap pembandingan akan  membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar," ujar Gede Prama.
Setiap  penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, menurut Gede Prama,  dimulai dari membandingkan. Presiden Direktur Dynamics Consulting ini kemudian  mencontohkan Michael Jackson, sebagai orang yang sering kali membandingkan  dirinya dengan orang lain. "Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk  operasi plastik. Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke  perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang Michael  Jackson. Leads you nowhere," kata Gede Prama dengan logatnya yang  khas.
Karena itu, Gede Prama mengajak peserta ke sebuah titik, mengalir  (flowing) menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu menjadi diri  sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja. Kita akan  menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya.  Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul. Kepercayaan diri ini berkaitan  dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam." Tidak ada kehidupan  yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang  sebenar-benarnya !" seru pengagum Kahlil Gibran dan Jalalluddin Rumi  ini.
Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi. Sebab  utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama, adalah untuk memberi.  "Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus memberi lebih  banyak," ujar pemilik gelar MBA dan MA di bidang perilaku organisasi ini. "Saya  melihat ada 3 tangga emas kehidupan. I intend good, I do good and I am good.  Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik kemudian saya menjadi orang  baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal  memberi," lanjut Gede Prama lagi.
Memberi tidak harus selalu dalam bentuk  materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian, dan setiap manusia  yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and happiness. "Saya  sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, ada yang pelit.  Saya melihat orang yang tidak suka memberi muka orang itu keringnya minta ampun.  Orang yang mukanya kering ini bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang  paling penting yang bisa saya bagi ke saya. Saya bilang : sleep well, eat well,"  ungkap Gede Prama sambil tersenyum.
Artinya memang, untuk ongkos untuk  menjadi bahagia tidak mahal. Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang  sudah rumit. Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika  diikuti dengan kegiatan memberi. "Tak perlu khawatir, setiap pemberian itu ada  yang mencatat. Jika atasan Anda di kantor tidak mencatat pemberian Anda, ada  'Atasan Tertinggi' yang
mencatatnya. Mirip dengan petani, orang-orang yang  suka memberi akan memanen hasil-hasil yang tidak diharapkan," tutur Gede  Prama.
Cahaya Di Dalam
Pintu ketiga untuk menuju keindahan dan  kebahagiaan adalah berawal dari semakin gelap hidup Anda, semakin terang cahaya  Anda di dalam. Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika  langitnya gelap. Sedangkan, lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika  ruangannya gelap. Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan cobaan  dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam. "Jika Anda punya suami yang  keras dan marah-marah, jangan lupa mengucapkan terima kasih pada Tuhan. Karena  suami yang keras dan marah-marah, diciptakan untuk Anda, membuat sinar dari  dalam diri Anda bercahaya. Anda punya istri cerewetnya minta ampun. Ucapkan  terima kasih pada Tuhan, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik.  Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran. Jika Anda punya  atasan diktatornya minta ampun, itu sengaja ada yang kirim. Agar Anda belajar  tentang kebijaksanaan," ujar Gede Prama membesarkan hati.
Orang yang pada  akhirnya menemukan keindahan dan kebahagiaan, menurut Gede Prama, biasanya telah  lulus dari universitas kesulitan. Semakin banyak kesulitan hidup yang kita  hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin  Rumi, semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang  tidak terbayangkan. "Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek  juga berguna. Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat jadi  tambah cantik," kata Gede Prama disambut tawa peserta. "Jadi semuanya ada  gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness," tegasnya.  
Pintu keempat adalah surga bukanlah sebuah tempat, melainkan adalah  rangkaian sikap. "Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan,  maka neraka tidak ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang," ujar Gede  Prama. Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap Anda  benar. Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala
sesuatunya, dan  coba yakinkan diri bahwa everything will be allright.
Setiap kali kita  beribadah, berdoa dan memuja Tuhan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut.  Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan terhadap Tuhan. "Kalau Anda  berdoa tapi masih takut, mending jangan berdoa karena tidak yakin. Lebih baik  Anda yakin, hidup ini berjalan sempurna, doanya pas-pasan tapi Anda yakin jauh  lebih baik," kata Gede Prama. "Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika  Anda mencintai yang kecil," sambung konsultan manajemen yang dulu sempat  terpikir untuk mengoperasi hidungnya yang besar ini.
Pintu kelima menuju  keindahan dan kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan. Gede  Prama bercerita tentang Ada cerita tentang kumpulan binatang yang hendak bikin  sekolah karena mereka tidak mau kalah dengan manusia. Semua binatang mengikuti  kursus berlari, berenang dam terbang. Tetapi 11 tahun kemudian, binatang-bintang  tersebut merasa lelah sekali. Burung tetap hanya bisa terbang, ikan tetap hanya  bisa berenang, dan serigala tetap hanya bisa berlari. Akhirnya mereka sampai  pada sebuah kesimpulan, bahwa mereka harus tahu diri. Ikan mesti tahu diri hanya  bisa berenang, burung mesti tahu diri hanya bisa terbang sedangkan serigala  harus tahu diri hanya bisa berlari. Sehingga, seperti hewan-hewan tersebut,  manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu  keindahan dan kebahagiaan.
"Sumur kehidupan yang tidak pernah kering  berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita  bisa mengetahui diri kita sendiri," kata Gede Prama. Seandainya diri sendiri  telah ditemukan, maka artinya kita kemudian mengetahui kehidupan.
Sumber:  Unknown (Tidak Diketahui) 
No comments:
Post a Comment