31 October 2005

Happy B'Day from Diana

From: Diana
Date: Friday, October 28, 2005 17:03:00
Subject: Happy B'Day
Message: Assalamualaikum Sirod...

Selamat Ulang Tahun (Kalo gue ngga salah ultah
loe akhir Oktober deh..maaf kalo salah)...
So sorry pas nikahan loe, gue ngga bisa
datang...pas lagi ada tugas luar kota....Gimana
rasany sudah menikah...jangan nambah ya..cukup
satu aja...jangan sampe kita berantem gara2
masalah 'itu' kayak dulu...syukur kalo loe dah
ngga inget lagi ...he..he..
Iya..gue pake jilbab dari januari lalu..kan ketemuan
pas reuni gue dah pake jilbab...
Eh sekalian Minal Aidin wal faidzin...mohon maaf
lahir dan batin...
isi testimony loe ntar aja ya abis lebaran...

28 October 2005

21 Reasons why the English language is so hard to learn

JokesSP18.com ? Jokes ini bagus juga yah.. :D

21 Reasons why the English language is so hard to learn:

1. The bandage was wound around the wound.
2. The farm was used to produce produce.
3. The dump was so full that it had to refuse more refuse.
4. We must polish the Polish furniture.
5. He could lead if he would get the lead out.
6. The soldier decided to desert his dessert in the desert.
7. Since there is no time like the present, he thought it was time to present the present.
8. A bass was painted on the head of the bass drum.
9. When shot at, the dove dove into the bushes.
10. I did not object to the object.
11. The insurance was invalid for the invalid.
12. There was a row among the oarsmen about how to row.
13. They were too close to the door to close it.
14. The buck does funny things when the does are present.
15. A seamstress and a sewer fell down into a sewer line. li>To help with planting, the farmer taught his sow to sow.
16. The wind was too strong to wind the sail.
17. After a number of injections my jaw got number.
18. Upon seeing the tear in the painting I shed a tear.
19. I had to subject the subject to a series of tests.
20. How can I intimate this to my most intimate friend?

22 October 2005

Lenteng Agung bakal maceeeet... Bazar murah PDIP baru akan dibuka pukul 14.00 WIB

Jakarta - Kemacetan di Lenteng Agung dan sekitarnya bakal lama. Bazar murah PDIP baru akan dibuka pukul 14.00 WIB. Padahal 3.000-an warga sudah tumpah ruah sejak pukul 09.00 WIB. Fiuhhh!

"Kupon baru bisa ditukar dengan sembako setelah Ibu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri) membuka acara bazar murah pukul 14.00 WIB," seru seorang panitia dari atas panggung. Hhhuuuuuu...!!! Sorak warga yang kecewa.

Tapi kekecewaan warga tidak berlangsung lama. Sebab panitia segera menyuguhkan hiburan rakyat. Apalagi kalau bukan acara dangdutan. Warga pun bergoyang ria dengan wajah ceria.

"Saya datang dari pagi, sekitar jam 07.30 WIB loh. Tapi ya mau diapain lagi, nunggu aja, ngapain pulang, lumayan ntar bisa sekalian lihat Ibu Mega," ujar Ibu Neneng yang ditemani 2 putranya.

Suasana hiruk-pikuk pun menyelimuti acara bazar murah yang digelar di halaman kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (22/10/2005).

Antrean kendaraan bermotor bukan kepalang panjangnya, bahkan berdampak hingga Depok dan Tanjung Barat. Beberapa panitia berjaket hitam dengan logo PDIP tampak berupaya mengatur lalu lintas.

Tapi apa daya, padatnya ribuan warga yang sebagian besar kaum ibu dan anak, belum lagi banyak tukang jualan mainan dan makanan yang nongkrong di pinggir jalan, membuat para pengendara harus ekstra sabar.

PDIP menjual paket sembako seharga Rp 40 ribu yang dilego cuma Rp 10 ribu. Isinya 2 kg gula pasir, 2 kg beras, 1 kg minyak sayur, 1 kg tepung terigu, dan 10 bungkus mi instan.

Warga harus membeli kupon lebih dulu di loket, barulah kemudian ditukar dengan paket sembako. Loket sudah dibuka pukul 09.00 WIB. Namun sejam kemudian penjualan kupon dihentikan. Loket baru akan dibuka lagi setelah Mega datang. (sss)

07 October 2005

Sabda Rupert Murdock: "Media Cetak, Wassalam!"

RUPERT Murdock skeptis melihat masa depan koran. "Saya yakin, banyak
editor dan reporter yang sudah kehilangan relasi dengan pembacanya,"
kata Rupert Murdock. Berbicara di hadapan Asosiasi Editor Surat Kabar
Amerika pada April lalu, dengan percaya diri Murdock meramalkan bahwa
kematian koran dan media cetak lain tinggal menunggu waktu.

Media cetak akan bernasib seperti dinosaurus. Punah oleh evolusi.
Wassalam. Sebabnya, perusahaan yang memasang iklan di media cetak
akan mengalihkan strategi mereka ke media elektronik dan internet.
Pada akhirnya, media elektronik juga harus bersaing dengan internet.
Terutama dengan produk seperti blog dan news portal. "Sekarang
perusahaan media, termasuk perusahaan saya, harus lebih paham soal
internet," katanya.


Ramalan era kematian koran sebenarnya bukan hal baru. Para peneliti
media pun sebelumnya mengatakan hal serupa. Bedanya, kini yang
mengucapkan kalimat itu tidak lagi seorang peneliti, melainkan Murdock,
sang raja media. Ramalan itu beralasan. Berdasarkan data tahun 1995-2003
dari Asosiasi Surat Kabar Dunia, oplah koran terus menurun: antara lain
turun 5% di Amerika, 3% di Eropa, dan 2% di Jepang. Bila pada 1960-an
empat dari lima orang Amerika membaca koran, di tahun 2005
perbandingannya menjadi dua dari lima orang. Yang tiga lagi sudah masuk
dunia elektronik atau digital.

Tapi, meski peluang media elektronik untuk bersaing dengan internet
masih cukup besar, Murdock tidak ingin terlambat. Ia terbiasa bertindak
cepat. Itulah filosofi bisnisnya, mungkin juga hidupnya. "Tidak ada
istilah yang besar mengalahkan yang kecil. Yang benar adalah yang cepat
mengalahkan yang lambat, "ujarnya. Karena itu, bisa dipahami mengapa
Murdock bergerak cepat. Semacam upaya "restrukturisasi" antara sayap TV
dan sayap internet pun dilakukan. Bila TV memproduksi klip video atau
berita, maka selain di jaringan TV itu sendiri, tayangan itu bisa
diputar di media online. Integrasi yang manis antara jaringan TV yang
dimiliki Murdock - dengan jaringan online-nya yang baru berkembang -
bisa terwujud.

Meski bagi media cetak ramalam semacam itu relatif menakutkan, jelas
keliru bila menyangkalnya. Memang benar tak semua media online dibaca -
seperti halnya tidak semua koran dibaca. Tapi media online bisa berperan
penting, bisa jadi lebih penting dari media tradisional seperti koran
dan majalah. Buktinya adalah peran blog dalam pemilihan presiden Amerika
Serikat terakhir lalu.

Matthew Hindman, professor politik dari Universitas Arizona, mengatakan
bahwa blog-blog top selalu lebih dikunjungi dibandingkan dengan halaman
opini di koran. Karena itu, jelas salah bila menganggap blog bersifat
netral terhadap media cetak. Media online cenderung mengancam eksistensi
media cetak. Seringkali sebuah blog membantah, atau bahkan membuktikan,
bahwa media cetak keliru memberitakan.

Juga salah menganggap para blogger tidak bisa melakukan reportase
layaknya media cetak. Contohnya adalah OhmyNews di Korea Selatan, yang
menganut konsep "setiap warga adalah reporter". Dalam waktu lima tahun,
OhmyNews punya 2 juta pembaca dan memiliki sekitar 3.000 reporter. Para
reporter-warga itu adalah sukarelawan yang memasukkan berita yang diedit
dan dicek faktanya oleh 50 staf permanen.

Jadi, sampai kapan media cetak bertahan? Menurut buku Saving The
Vanishing Newspaper: Journalism in The Information Age karangan Philip
Meyer, bila trend digital semacam ini terus berlanjut, diperkirakan
tahun 2040 masih ada sisa-sisa pembaca koran. Lewat tahun itu, semua
goes digital.

Basfin Siregar

Majalah GATRA edisi 8 Oktober 2005 halaman 73

Ungkapkan opini Anda di:

http://mediacare.blogspot.com

http://indonesiana.multiply.com