15 October 2009

45 lessons life taught me, by Regina Brett, 90 years old

Dapat kiriman dari Pak HS Dillon dari milis linkers...
isinya inspiring bangets..



------

Written by Regina Brett, 90 years old, of The Plain Dealer,
Cleveland, Ohio, USA.

"To celebrate growing older, I once wrote the 45 lessons life taught me.

It is the most-requested column I've ever written."

My odometer rolled over to 90 in August 2009, so here is the column once more:

01. Life isn't fair, but it's still good.

02. When in doubt, just take the next small step..

03. Life is too short to waste time hating anyone...

04. Your job won't take care of you when you are sick. Your friends
and parents will.
Stay in touch.

05. Pay off your credit cards every month.

06. You don't have to win every argument. Agree to disagree..

07. Cry with someone. It's more healing than crying alone.

08. It's OK to get angry with God. He can take it.

09. Save for retirement starting with your first paycheck.

10. When it comes to chocolate, resistance is futile.

11. Make peace with your past so it won't screw up the present.

12. It's OK to let your children see you cry.

13. Don't compare your life to others. You have no idea what their
journey is all about.

14. If a relationship has to be a secret, you shouldn't be in it.

15. Everything can change in the blink of an eye. But don't worry;
God never blinks.

16. Take a deep breath. It calms the mind.

17. Get rid of anything that isn't useful, beautiful or joyful.

18. Whatever doesn't kill you really does make you stronger.

19. It's never too late to have a happy childhood ... but the second
one is up to you and no one else.

20. When it comes to going after what you love in life, don't take no
for an answer.

21. Burn the candles, use the nice sheets, wear the fancy lingerie.
Don't save it for a special occasion. Today is special !!!

22. Over-prepare, then go with the flow.

23. Be eccentric now. Don't wait for old age to wear purple.

24. The most important sex organ is the brain.

25. No one is in charge of your happiness but you.

26. Frame every so-called disaster with these words 'In five years,
will this matter ?!?'

27. Always choose life.

28. Forgive everyone everything.

29. What other people think of you is none of your business.

30. Time heals almost everything. Give time time.

31. However good or bad a situation is, it will change.

32. Don't take yourself so seriously. No one else does ...

33. Believe in miracles.

34. God loves you because of who God is, not because of anything you
did or didn't do.

35. Don't audit life. Show up and make the most of it now.

36. Growing old beats the alternative -- dying young.

37. Your children get only one childhood.

38. All that truly matters in the end is that you loved.

39. Get outside every day. Miracles are waiting everywhere.

40. If we all threw our problems in a pile and saw everyone else's,
we'd grab ours back.

41. Envy is a waste of time. You already have all you need.

42. The best is yet to come ...

43. No matter how you feel, get up, dress up and show up.

44. Yield.

45. Life isn't tied with a bow, but it's still a gift.

Its estimated 93% won't forward this. If you are one of the 7.00% who
will, forward this with the heading . . . "I am in the 7.00%"

13 October 2009

Joke > Pakistani Tourist

A Pakistani tourist after a long walk in one of very fancy clean
streets of Delhi found himself needing to urinate badly.

After a long search he could not find any place to you-know,

and eventually couldn't control himself and chose a silent corner of a
clean street to release himself.

As soon as he had just started you-know-what, a Delhi police official
approached him, "Hey, What do you think you're doing here?" Pakistani
tourist: "Sorry I have to Pee" Police : "No PP here okay ? Follow me."
The Police officer took him to a beautiful garden nearby with lots of
grass, flowers and singing birds around.

Police: "PP here..... and have a nice day".

Pakistani tourist : "Oh Sir, ....... that's very nice of you, is this
Indian courtesy?" Police: "No.......this is The Pakistani Embassy!"

12 October 2009

Menyikapi SMS Gempa dan ayat-ayat Quran

Dari sebuah milis, cukup menjawab keraguan dan was-was saya selama
ini. Ada juga sumber lain dilihat dari ilmu salaf.

---


Pertanyaan

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mohon pencerahan dari ustadz tentang ramainya SMS tentang kecocokan
antara jam terjadinya gempa dengan nomor ayat Quran yang kelihatan ada
keterkaitannya. Pertanyaannya : apakah hal ini bisa diterima atau hanya
kebetulan saja. Dan bolehkah kita mempercayai hal-hal seperti ini?

Terima kasih atas jawabannya.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kita harus mendoakan para korban dan keluarganya agar tabah menjalani
cobaan dari Allah. Kita juga harus mengambil banyak pelajaran dari
musibah gempa di Padang dan Sumatera umumnya. Pasti ada banyak hikmah di
balik peristiwa itu. Kita yakin bahwa tiap kejadian pasti tidak lepas
dari qadha' dan qadar dari Allah SWT.




Tapi mengait-ngaitkan jam kejadian gempa dengan nomor dan ayat Quran,
rasanya aneh. Saya memang berkali-kali menerima pertanyaan serupa, baik
lewat SMS, email, atau pun pertanyaan langsung.

Jawaban singkatnya hal itu tidak benar dan tidak ada hubungannya. Hanya
orang yang kurang wawasan dan pengetahuan dengan ilmu-ilmu Al-Quran yang
mudah terjebak dengan otak-atik angka ayat dan surat di Quran.

Mengapa saya katakan demikian?

Sederhana saja, karena ternyata penomoran surat dan ayat di Al-Quran
bukan ditetapkan langsung dari langit, alias bukan atas ketetapan dari
Allah. Penomoran itu dilakukan oleh manusia, tentu para ulama Quran.
Tetapi yang jelas kalau penomoran itu dilakukan manusia, maka
nomor-nomor kode surat dan ayat itu buan termasuk wahyu dari Allah.
Sebagaimana perbedaan penulisan teks Al-Quran di sekian banyak mushaf
yang pasti berbeda jumlah halamannya. Jadi bukan firman Allah.

Lafadz Al-Quran itu memang dari Allah, tetapi penomoran surat dan ayat
hanya buatan manusia, meski tetap berdasarkan petunjuk dari Rasulullah
SAW. Tetapi penomoran itu tidak baku, sangat mungkin berbeda dan
bervariasi.

Jadi sangat tidak relevan kalau dikaitkan dengan jam kejadian Gempa di
Padang yang katanya terjadi jam 17.16. Kebetulan saja kalau kita buka
Al-Quran pada surat yang ke-17 ayat ke-16, kita akan dapati
terjemahannya sbb):

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),
kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."

Oleh mereka yang kurang paham, ayat yang bercerita tentang penghancuran
suatu negeri ini ternyata dikait-kaitkan dengan gempa di Padang. Hanya
lantaran nomor ayat dan suratnya cocok dengan jam kejadiannya, yaitu jam
17:16. Hmm, kok lucu ya? Kok bisa-bisanya nomor ayat dikait-kaitkan
dengan jam kejadian gempa?

Kemudian, terjadi ladi gempa susulan di tempat yang sama. Konon katanya
terjadi pada jam 17.58. Kalau kita buka surat ke-17, Al Israa' ayat
58, kita akan menemukan terjemahanannya sbb :

"Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami
membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan
azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab
(Lauh Mahfuz)."

Wah, kok kayak kebetulan ya, kok ngepas sekali ayat itu dengan jam
kejadian gempa susulan? Kira-kira begitu kita diajak berpikir. Apalagi
masih ditambah dengan info yang berikutnya :

Yang tambah bikin penasaran, esoknya terjadi gempa lain, kali ini di di
Jambi. Konon kejadiannya pada pukul 8.52. Surat ke-8 itu adalah Surat Al
Anfaa. Kalau kita buka ayat nomor 52, terjemahannya sbb :

"(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari
ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan
dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras
siksaan-Nya."

Tidak Nyambung

Jawaban saya tetap bahwa intinya hal itu tidak benar. Malahan sangat
tidak benar Kenapa? Ada banyak ketidak-sesuaian dan ketidak-sambungan
logika meski terasa sangat dipaksakan.

Bukti sederhana ketida-nyambungnya adalah ketika kita bandingakn dengan
sejarah gempa lain di negeri kita. Ambillah contoh gempa di Yogya 27 Mei
2006 yang terjadi jam 05.55 pagi. Coba buka ayat Quran surat ke-5
(Al-Maidah) ayat 55, apa isinya?

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka
tunduk (kepada Allah).

Tidak nyambung kan? Tidak ada kaitannya dengan gempa-gempaan atau
musibah atau hal-hal sejenis. Alih-alih bicara gempa, ayat di atas malah
bicara tentang sistem kepemimpinan. Mana gempanya?

Kita buktikan lagi dengan Gempa dan Tsunami di Aceh yang terjadi pada 26
Desember 2004. Dalam catatan kejadiannya tepat pada pukul 7:58. Coba
buka surat ketujuh yaitu Al-A'raf ayat 58, apa isinya?

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh
merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur.

Sekali lagi, mana gempanya? Mana mushibahnya? Mana adzabnya? Nggak ada
tuh. Ayat ini sama sekali tidak menyebut-nyebut gempa atau mushibah.
Jadi memang tidak ada kaitannya.

Ada begitu banyak ketidak-sesuaian, ketidak-sambungan, dan juga
pemaksaan atas sebuah logika yang tidak nyambung. Apalagi kalau kita mau
telaah lebih dalam lagi, maka akan semakin tidak nyambung.

Coba kita lihat fakta-fakta berikut ini :

Pertama : Al-Quran Tidak Mengenal Penghitungan Jam

Sistem penghitungan waktu yang dikenal Al-Quran hanya penghitungan hari,
bulan dan tahun. Misalnya :

* Al-Quran menyebut hari Jumat (QS. Al-Jumuah : 9), hari Sabtu (QS.
Al-Baqarah : 65)
* Al-Quran menyebut nama bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah : 185).
* Quran juga menyebut lama waktu dengan hitungan bulan, seperti pada
penangguhan orang yang meng-ila' istrinya, yaitu selama 4 bulan,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Baqarah : 226.
* Juga masa 'iddah wanita yang ditinggal mati suaminya, yaitu selama
4 bulan 10 hari, sebgaimana disebutkan dalam Al-Baqarah : 234).
Sedangkan yang sudah menopuse masanya adalah 3 bulan, seperti disebutkan
dalam At-Thalaq ayat 4.
* Demikian hukuman diyat salah satunya berpuasa 2 bulan
berturut-turut sebagaimana disebutkan dalam Al-Nisa' ayat 92.
* Menyusui dan menyapih bayi selama 30 bulan, sebagaimana disebutkan
dalam surat Al-Ahqaf ayat 15.
* Malam Qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan (Qs. Al-Qadr : 3)
* Al-Quran bercerita tentang orang yang ingin diberi umur 1.000 tahun
(QS. Al-Baqarah : 96)
* Masa penyusuan anak idealnya 2 tahun (QS. Al-Baqarah : 233)
* Orang yang hampir meninggal berwasiat untuk memberi nafkah kepada
istri untuk 1 tahun lamanya (QS. Al-Baqarah : 240)
* Allah mematikan orang selama 100 tahun kemudian menghidupkannya
(QS. Al-Baqarah : 259)
* Allah menyesatkan orang yahudi sehingga berputar-putar kebingungan
di muka bumi selama 40 tahun (QS. Al-Maidah : 26)
* Nabi Yusuf menyarankan untuk bertanam selama 7 tahun karena akan
datang masa paceklik selama 7 tahun (QS. Yusuf : 47-48)
* Ashhabbul Kahfi ditidurkan selama 300 tahun plus 9 tahun (QS.
AL-Kahfi : 25)
* Usia Nabi Muh alaihissalam adalah 1.000 tahun kurang 50 tahun (QS.
Al-Ankabut : 14)
* Sehari di sisi Allah seperti 1.000 tahun dalam perhitungan kita
(QS. As-Sajdah : 5)
* Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya 50.000 tahun. (QS. Al-Ma'arij :4)

Tapi tidak pernah sekali pun Al-Quran menyebut-nyebut ukuran waktu
dengan format jam. Kenapa?

Mudah saya, karena sistem penghitungan waktu dengan jam yang kita
gunakan saat ini, hanya buatan manusia. Berlakunya hanya berlaku di
zaman kita ini saja.

Pada saat Al-Quran diturunkan 14 abad yang lalu, manusia belum mengenal
pembagian waktu yang sehari 24 jam. Di satu sisi, Al-Quran adalah kitab
yang abadi, sementara penggunaan sistem waktu dan jam akan selalu
berubah. Bagaimana mungkin Al-Quran menyimpan pesan yang hanya
dikhususkan untuk satu zaman saja?

Di masa mendatang boleh jadi kita akan meninggalkan sistem penghitugan
jam yang sekarang ini dengan sitem yang lain. Kalau sehari sekarang ini
kita hitung menjadi 24 jam, boleh jadi kapan-kapan kita buat menjadi 100
jam dengan ukuran sama yaitu sehari semalam.

Atau boleh jadi kita akan menggunakan sistem jam bintang (baca:stardate)
seperti yang diperkenalkan dalam serial film StarTrek. Kalau pakai
stardate, gempa di Padang yang jam 17:16 itu adalah -313252.8234398783.
Masih minus karena stardate baru akan dimulai pada 1 Januari tahun 2323.

Lalu siapa yang menetapkan bahwa satu hari terdiri dari 24 jam, 1 jam
terdiri dari 60 menit, dan 1 menit terdiri dari 60 detik? Yang pasti
ketentuan itu tidak datang dari langit sebagai wahyu. Konon besaran itu
diambil dari peradaban Babylonia yang mengenal sistem penghitungan
sexagesimal yang berbasis angka (60). Sedangkan istilah `jam` konon
sudah digunakan oleh peradaban Mesir kuno sebagai 1/24 dari mean
matahari.

Yang jadi pertanyaan, apakah Al-Quran mengakui hitungan-hitungan itu
lalu menyelipkan informasi di sela-sela nomor ayat? Kok jadi mirip film
X-files?

Kedua : Jam Kita Adalah Jam Politis

Selain Al-Quran tidak mengenal penghitungan waktu dengan jam, pada
dasarnya sistem jam yang kita gunakan ini bersifat politis. Gempa di
Padang itu hanya dianggap terjadi pada jam 17:16 kalau menurut hitungan
waktu Indonesia Bagian Barat. Karena Padang itu terdapat di wilayah
NKRI.

Tapi seandainya -ini hanya seandainya- kota Padang itu bukan bagian dari
Negara Indonesia, tentu gempa tidak terjadi pada jam 17:16, tetapi bisa
saja malah jam 18:16 atau jam 16:16. Semua tergantung kebijakan
pemerintahannya.

Kok gitu?

Ya memang begitu. Mari kita buat pengandaian. Seandainya kota Padang itu
bagian dari Singapura, maka kejadian gempa itu pastinya bukan jam 17:16,
tetapi jam 18:16. Sebab meski letaknya lebih di Barat dari Jakarta, tapi
secara kebijakan Pemerintah Singapura menetapkan jam mereka lebih dulu
dari Indonesia. Kalau Jakarta atau WIB itu GMT+7, ternyata Singapura
malah GMT+8.

Padahal posisi Singapura lebih ke Barat dibandingkan Jakarta. Seharusnya
Jakarta lebih dulu dari Singapura. Tapi sekali lagi karena ini hanya
urusan politis dua negara yang beda pemerintahan, maka akhirnya
Singapura yang lebih dekat ke kota Padang malah punya jam yang lebih
dulu dari jam Jakarta.

Jadi angka 17:16 yang katanya merupakan surat ke-17 ayat ke-16, kalau
dikait-kaitkan dengan jam kejadian gempa Padang, tentu 100% dusta,
hanyalah ilusi, hayal, dan tidak tepat. Kenapa? Karena penetapan
hitungan jam itu bersifat nisbi.

Salah satu bukti bahwa penetapan jam itu semata-mata politis adalah
kalau kita berada di negeri sub-tropis. Setiap ganti musim baik dari
musim panas ke musim dingin atau sebaliknya, pemerintah punya kebijakan
untuk mengubah atau melompat jam secara massal. Yang tadinya jam 07.00
pagi, secara massal di bawah perintah penguasa, rakyat diminta mengubah
jamnya jadi jam 08.00. Heboh kan?

Konon sejarah gonta-ganti jam ini belum lama. Awalnya dimulai pada saat
krisis minyak pada tahun 1970-an. Waktu krisis minyak tersebut, harga
minyak menjadi berlipat ganda dan minyak pun menjadi barang langka.
Berhubung minyak diperlukan untuk seluruh industri dan berbagai
keperluan sehari-hari lainnya, pemerintah Swiss (dan beberapa negara
Eropa lainnya, kalau nggak salah) memutuskan memajukan satu jam.

Dengan cara itu berarti negara ini menghemat satu jam pemakaian minyak,
lantaran satu jam dianggap hilang. Jadi kalau ditetapkan pada tanggal
sekian waktu dimajukan satu jam pada jam 12 malam, pada waktu jam
menunjukkan 24.00, semua jam dimajukan menjadi jam 01.00. Ini artinya
waktu antara 24.00-01.00 tidak eksis alias hilang.

Tapi kemudian `hilang`-nya waktu ini pun diganti pada waktu pergantian
jam di musim dingin, dengan diundurnya waktu selama satu jam. Artinya
kalau tanggal X harus ganti waktu musim dingin pada jam 12 malam,
sewaktu jam menunjukkan pukul 24.00, seluruh jam diundur menjadi 23.00.
Artinya waktu 23.00-24.00 berulang dua kali, dua jam. Impas kan. Ribet
ya?

Tapi intinya saya cuma mau bilang bahwa penghitungan jam itu sangat
nisbi dan sangat politis. Tidak layak Al-Quran memberi informasi
berdasark kebijakan politis sebuah pemerintahan.

Ketiga : Sistem Penomoran Ayat Quran Cuma Ijtihad Manusia

Lafadz Al-Quran memang dari Allah SWT yang sampai kepada kita sepanjang
14 abad dengan proses periwayatan yang mutawatir. Tetapi urusan
penomoran ayat-ayatnya ternyata tidak merupakan ketetapan dari Allah
SWT.

Karena itulah kita menemukan para ulama berbeda pendapat dalam
menetapkan jumlah total ayat Al-Quran. Ternyata jumlahnya yang konon
6.666 ayat itu malah tidak ada rujukannya. Cobalah iseng-iseng ambil
kalkulator lalu jumlahkan semua ayat yang ada di 114 surat, hasilnya
pasti bukan 6.666.

Lho kok?

Nah, biar mudahnya silahkan baca tulisan saya sebelumnya tentang
perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jumlah total ayat Al-quran,
silahkan klik di link ini
<http://www.ustsarwat.com/web/ust.php?id=1194076695&cari=ayat&tanya=subj\
ect> .

Perbedaan dalam menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak menodai
Al-Quran. Kasusnya sama dengan perbedaan jumlah halaman mushaf dari
berbagai versi percetakan. Ada mushfah yang tipis dan sedikit mengandung
halaman, tapi juga ada mushfah yang tebal dan mengandung banyak halaman.

Yang membedakanya adalah ukuran font, jenis dan tata letak (lay out)
halaman mushaf. Tidak ada ketetapan dari Nabi SAW bahwa Al-Quran itu
harus dicetak dengan jumlah halaman tertentu.

Lalu apa kaitannya dengan tema yang kita sedang bahas?

Kaitannya adalah bahwa nomor ayat itu juga bersifat nisbi. Kalau angka
jam digital menyebutkan 17:16, lalu dianggap itu merupakan kode isyarat
nomor surat dan ayat di Al-Quran, maka nomor itu mau menggunakan versi
yang mana?

Kalau pakai mushaf yang umumnya kita pakai memang barangkali ada
kebetulannya untuk cocok, tetapi kita harus ingat bahwa ada berjuta
jenis dan versi mushaf di dunia ini, dimana nomor surat dan ayat 17:16
belum tentu terkait dengan musibah gempa.

Keempat : Al-Quran Bukan Buku BMG

Al-Quran sejak awal diturunkan tidak pernah disebutkan mengandung
informasi dunia teknologi. Apalagi hanya dikaitkan dengan nomor-nomor
surat atau nomor-nomor ayat di dalamnya. Nomor-nomor itu 100% buatan
manusia, sama sekali tidak datang dari Allah SWT. Jadi kalau dipercayai
sebagai bagian dari wahyu, sungguh sebuah kekeliruan yang fatal.

Memang benar bahwa Al-Quran adalah kitab petunjuk, tetapi tentu saja
bukan petunjuk yang terkait dengan hal-hal teknis. Kita tidak akan
menemukan tatacara membangun gedung, membikin mobil, menangkap ikan,
menanam padi di sawah, atau mengetahui kapan terjadi bencana alam. Jelas
sekali Al-Quran tidak diturunkan untuk kebutuhan seperti itu.

Kalau Al-Quran diyakini sebagai buku referensi teknologi, berarti kita
secara tidak langsung telah menuduh Nabi Muhammad SAW telah zalim atau
tidak mengerti Al-Quran.

Kok gitu?

Ya, karena Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang sah ditugaskan untuk
menjelaskan isi Al-Quran, bahkan disebutkan bahwa beliau adalah Al-Quran
yang berjalan. Kalau di dalam Al-Quran itu ada info tentang kapan
terjadi bencana alam, lalu Nabi SAW diam saja tidak bilang apa-apa,
berarti Nabi SAW itu zalim, karena tidak memberikan peringatan dini. Itu
kalau kita anggap Nabi SAW tahu semua isi Al-Quran.

Tapi kalau kita bilang bahwa Nabi SAW tidak tahu ada informasi seperti
itu di dalam Al-Quran, maka kita juga telah menuduh yang salah kepada
beliau. Masak ada info tentang gempa di dalam Al-Quran, Nabi SAW malah
tidak tahu? Lalu buat apa jadi nabi? Nabi kok tidak tahu info dalam
Al-Quran?

Lebih parah lagi, kenapa Allah SWT terkesan `menyembunyikan` info akan
terjadi gempa di dalam Al-Quran? Apakah Al-Quran itu merupakan buku
teka-teki? Apakah kita disuruh untuk bermain puzzle dengan nomor ayat
Quran? Untuk itukah Quran diturunkan?

Betapa naifnya kalau memang begitu. Quran kitab yang agung itu ternyata
tidak lebih hanya dijadikan buku teka-teki yang angka di dalamnya
diotak-atik, mirip orang kecanduan judi buntut.

Astaghfirullahal-Adzhiem.

Jadi kesimpulannya, informasi bahwa ayat Al-Quran mengandung misteri
terselubung yang berupa data-data akan terjadi gempa tidak lain hanyalah
klenik abad 21 yang dimainkan oleh mereka yang bermental Bani Israil,
karena tidak lebih dari sekedar asathir (dongeng), levelnya sederajat
dengan kisah-kisah israiliyat versi yahudi laknatullahi alaihim.
Sayangnya, banyak juga yang terkecoh dengan ilusi model beginian.

Kepercayaan semacam itu sama sekali tidak memberikan nilai tambah apa
pun buat Al-Quran. Malah sebaliknya, Quran jadi direndahkan selevel
dengan kitab primbon atau mujarobat. Naudzu billah tsumma nauzdu billah.

Wallahu a'lam bishshawab, wasalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc



05 October 2009

Photo keluarga

Setelah tegukan terakhir kopiku, kuletakkan cangkir kesayanganku dan
menaruh koranku. Seperti biasanya, mataku akan tertuju ke photo
keluarga yang ada di dinding rumahku ini. Sudah ratusan hari kulalui
dengan ritual kopi, koran, benturan pandangan mata ke dinding dan
segera bersiap ke kantor. Entah bagaimana, hari ini, setelah melihat
photo keluargaku yang besar itu, aku tidak segera bergegas bersiap
mengganti pakaian kerja. Mataku tertuju pada photo di dinding itu
seolah ada kekuatan magis yang memanggil aku mendekatinya.




Kupandangi photo itu, di photo itu ada aku berdiri di bagian belakang,
tangan kananku memegang bahu istriku, tangan kiriku memegang bahu si
sulung, sementara istriku menggendong si bungsu, yang saat itu masih
berusia 8 bulan, sedangkan si sulung yang saat itu berusia 10 tahun,
memegang bahu putri kedua kami. Semua yang ada di photo itu tampak
bahagia. Aku kembali mengingat kejadian saat hendak pembuatan photo
itu.. Istriku tampak sedang kewalahan habis mengganti popok si bungsu,
si sulung tak habisnya mengisengi adiknya dengan menarik-narik pita
rambutnya. Sementara aku sibuk merapikan dasi yang tampaknya hari itu
tidak mau rapi juga. Beberapa kali aku berteriak minta tolong istriku
membetulkan posisi dasiku, beberapa kali ia telah menjawab, "iya,
yah", tapi dia tidak bisa juga datang menghampiriku karena tangannya
harus mengurus bayi kami, matanya harus mengawasi dua anak kami
lainnya yang bertengkar dan beberapa kali menegur si sulung,
menasihati pula sang adik, "kakak, berhentilah menarik pita Rena, Rena
tidak perlu berteriak-teriak begitu. Ayo, Rena, tolong jaga adikmu
sebentar, ibu mau membantu ayahmu membenarkan dasinya." Dan.. Saat
pengambilan photo pun, sungguh tidak mudah, dari bayi kami yang tidak
mau melihat ke depan, Rena yang sibuk memegangi kuncirannya dan merasa
bahwa kuncirannya itu menjadi miring karena ditarik-tarik sang kakak.
Sang kakak yang tidak mau tersenyum, ia tampak tegang melihat kamera..
7 kali kamera harus dijepret untuk mendapatkan gambar photo yang ada
di dinding itu.

Kutelusuri lagi semuanya ke belakang, oh! Betapa banyaknya hari-hari
yang penuh tantangan, ketika bayi kami beberapa kali mengalami demam
tinggi dan kami harus bolak-balik ke beberapa dokter. Ada pula saat
istriku harus memperjuangkan kelahiran putri kedua kami yang sungsang.
Ada hari-hari dimana si sulung terus berulah di sekolah, sehingga
panggilan guru ke sekolah adalah langganan kami.

Keluarga istriku yang
terus menerus menghasutnya untuk meninggalkanku karena keadaan ekonomi
kami yang serba pas-pasan, sementara keluarganya sangat berada. Dan
diriku.. Yang selalu bertanya, apakah aku sanggup menghidupi keluarga
ini.. Dari malam ke malam, rasa takut itu berada satu selimut
denganku.. Bagaimana aku bisa melayakkan hidup keluargaku, bagaimana
jika aku dipecat, bagaimana membayar uang sekolah anak-anak yang
semakin mahal, bagaimana membahagiakan istriku yang berasal dari
keluarga yang berkecukupan.. Bagaimana, bagaimana, bagaimana?
Bagaimana masa depan keluarga kecilku ini??

Aku kembali memandang
photo keluarga kami di dinding.. Dari semua hari-hari yang penuh
tantangan, nyatanya, ada pula waktu dimana aku mampu menyatukan
mereka. Photo ini tidak bohong, kami semua tampak bahagia.. Itulah
sebagian masa depan yang dulunya sering kutakutkan, nyatanya.. Tuhan
tidak membiarkan keluarga kami berhamburan. Di dalam photo itu, kami
semua tersenyum.. Mungkin saja karena telah diatur.. Yah, semuanya
memang indah jika diatur. Dan di dalam perjalananku DIA telah mengatur
hidup keluargaku. Terimakasih Tuhan atas penyertaanMU selama ini, aku
tertunduk bersyukur, aku tahu masa depan keluargaku akan baik-baik
saja jika kami berjalan denganNYA..

"Yah, tidak ke kantor?" Tiba-tiba suara istriku membuyarkan lamunanku,
di tangannya ada celana panjang dan kemejaku. "Ya, aku akan ke kantor,
bu." Aku pasti akan ke kantor, sayang, dan senantiasa berjalan maju
memperjuangkan keluarga anugerah Tuhan yang indah ini.

Tulisan ini saya persembahkan untuk semua keluarga Indonesia.

Yacinta Senduk



Joke > Film-film Hollywood, Sundanese Version 1.0

Versi Sundanese untuk Film-film Hollywood, kiriman Teh Nelly Oswini di milis IPB-Linkers.. aya2 wae...! :D


*Enemy At The Gate - Musuh Ngajedog di Pager
*Die Hard - Teu Paeh2
*Die Hard II - Can Paeh Keneh
*Die Hard III With A Vengeance - Nya'an euy! Hese Pisan Paehna!
*Die Hard IV - Geus Paeh Acan?!
*Rocky - Osok Neunggeulan Batur
*There's Something About Marry - Ari Ceu Meri Teh Kunaon?!
*Mission Impossible - Moal Bisa
*Titanic - Tilelep
*Paycheck - Nganjuk Heula
*Reign of Fire - Beubeuleuman
*Sleepless In Seattle - Cenghar Di Ciateul
*Silence of The Lambs - Embe Pundung
*Bad Boys - Budak Bangor
*Are We There Yet? - Lila Teuing Nepina Euy?
*Home Alone - Tinggaleun
*Casablanca - Mengkol Ti Sudirman
*Gone In Sixty Seconds - Ujug2 Leungit
*The Awakening - Hudang Sare
*After The Sunset - Tereh Maghrib
*The End of Days - Se'ep Waktosna
*Hulk - Buta Hejo
*Independence Day - Agustusan
*The Road To Eldorado - Kalereun Surabi Enhaii
*Batman Begin - Kakara Jadi Kalong
*Meet The Parents - Seserahan
*Hide and seek - Ucing Sumput
*Farenheit 9/11 - Hareudang Euy!
*Finding Nemo - Kamana Atuh si Nemo Teh?
*The Day After Tommorow - Isuk Pageto
*Fearless - Wanian
*Dejavu - Inget2 Poho
*Lost - Kasasab
*Face Off - Lesot Beungeutna
*Storm - Guludug
*Take The Lead - Mangga Ti Payun
*XMen - Mantan Jelema
*Men In Black - Jalma Harideung
*Gone With The Wind - Hiber Katiup Angin
*The Terminal - Leuwi Panjang
*Tropic Thunder - Guludug Beurang2
*I Know What You Did Last Summer - Kuring Nyaho Kalakuan Maneh Halodo Kamari!
*I Still Know What You Did Last Summer - Tuh Nya, Teu Percayaeun, Meni Keukeuh!!


Wass
Neng Nelly

SBY dielu-elukan mahasiswa Harvard

rada idealis dikit nih...
cukup membuat kita bangga juga ...
kiriman dari Mbak Nelly Oswini di milis IPB-Linkers...

---------- Forwarded message ----------

Saya ingin sharing berita di Kompas.com ttg SBY di Harvard….

Pujian bagi SBY di Harvard

KOMPAS.com — Sekelompok mahasiswa Universitas
Harvard yang dilengkapi spanduk berdiri di luar gedung kampus Harvard
di Boston, Selasa petang waktu setempat atau Rabu (30/9) pagi WIB,
sesaat sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tiba di kampus
tersebut untuk menyampaikan kuliah umum.

Mereka berunjuk rasa untuk menyampaikan terima kasih atas
kepemimpinan Presiden Yudhoyono dan Indonesia dalam memperjuangkan penanganan terhadap perubahan iklim. Michelle Kissenkoetter, Dominic Maxwell, Michael Blomfield, dan Joel Kenrick, berteriak-teriak sambil membentangkan poster-poster yang mereka bawa ketika iring-iringan kendaraan yang membawa Presiden Yudhoyono dan rombongan melintas untuk memasuki gerbang kampus.

Mereka adalah mahasiswa Master in Public Policy di John F Kennedy
School of Government di Universitas Harvard. Poster-poster berwarna
kuning dan merah muda yang mereka usung itu antara lain bertuliskan
"Thank You Indonesia", "Harvard Says, Indonesia's Our Climate Change
HERO", "President Yudhoyono Climate Change World Leader" dan "The
Earth Our Future, Thank You Yudhoyono". "Kami ini adalah mahasiswa
Harvard dari berbagai bangsa. Kami ingin masyarakat Indonesia tahu
bahwa apa yang telah dilakukan oleh pemimpin negara Anda sangat kami hargai, dihargai oleh Amerika dan dunia," kata Michelle kepada
wartawan. Dominic, sementara itu, mencatat kontribusi besar yang
diberikan oleh Indonesia, yang melalui KTT Perubahan Iklim di Bali dua
tahun lalu mampu merekatkan negara-negara untuk melakukan perundingan dalam menangani pemanasan global.

"Apa yang telah dilakukan Indonesia sangat berarti karena
negara-negara setelah itu (KTT Bali) mau melakukan perundingan, dan
sekarang perundingan telah mengarah ke pertemuan di Kopenhagen,
Denmark," kata Dominic. Kopenhagen pada Desember 2009 nanti akan menjadi tuan rumah pertemuan tentang perubahan iklim yang diharapkan akan menghasilkan kesepakatan global tentang langkah-langkah yang akan dijalankan pasca berakhirnya Protokol Kyoto tahun 2012 tentang penanganan perubahan iklim. Saat berita ini diturunkan,

Presiden Yudhoyono sedang menyampaikan pidato di depan para mahasiswa dan akademisi Universitas Harvard dengan mengangkat 'harmonisasi peradaban' sebagai tema utama pidatonya. Joel Kenrick mengatakan, dirinya tidak dapat mengikuti kuliah umum Presiden Yudhoyono karena kehabisan tiket tanda masuk ruangan, yang pada Selasa petang dipenuhi sekitar 800 orang. Pihak Universitas memang mengharuskan para mahasiswa dan akademisi untuk mendaftarkan diri jauh-jauh hari sebelumnya guna mendapatkan tiket mengikuti kuliah umum oleh Presiden Yudhoyono.

"Tapi tidak apa-apa (tidak bisa masuk ke ruangan tempat SBY
memberikan kuliah umum). Yang penting kami ingin menunjukkan kepada banyak pihak bahwa kami sangat menghargai peranan Indonesia dalam menangani perubahan iklim," katanya Untuk berpihak kepada petani, tidak usah menunggu siapa-siapa, kita sendiri yang harus memulainya. Mulailah sekarang!!! Merdeka!!!

http://www.facebook.com/linkers