07 October 2018

Pindah ke Telegram dan Linkedin

Akun influencer Linkedin favorit saya milik Om Oleg Vishnepolsky yang selalu inspiratif
Akhir-akhir ini content dari whatsapp group penuh dengan diskusi politik (dari dulu sih). Saya sendiri adalah pelaku pembuat grup politik tsb salah satunya. Saya rawat dan kembangkan grup-grup tersebut sebagai salah satu alat untuk mendapatkan informasi kekinian soal politik, baik politik kebangsaan sampai kebangsatan, Politik adiluhung sampai politik ajimumpung dari politik praktis sampai politik najis. 

Menjalani sebagai seorang pebisnis saya memerlukan asupan-asupan positif. Untuk itu saya mulai mencari ruang-ruang sosial digital yang baru. Jawabannya adalah Telegram dan Linkedin ternyata, mengapa? karena kanal-kanal digital di internet seperti Facebook, Twitter dan bahkan termasuk Instagram skrg dipenuhi content-content politik. Mau gak mau ketika kita menonton atau menyimaknya kita akan terbawa suasana negatif. Persis seperti pagi ini, saya misuh-misuh karena mendapati fakta yg saya baca dari salah satu grup WA bahwa negara (menteri sosial) kehabisan uang untuk dana bencana, sementara di sisi lain di Bali terjadi pesta pora penyambutan tamu-tamu dari International Monetary Fund dan World Bank secara luar biasa. Wajar sih kalau otak bisnis melihat hal ini, kalau duit negara dibagi-bagikan ke korban bencana kita sebut cost, tapi kalau dibuat pesta meriah menyambut para pemberi pinjaman, banker-banker luar negeri kita bisa sebut investasi. Saya sampaikan argumen saya tsb kepada beberapa grup yang banyak para pendukung pemerintah-nya, agar common sense mereka tetap menyala dalam hati sanubarinya, karena saya gak yakin para elit dan pejabat tinggi kita masih memiliknya.

Kembali ke medsos tadi, Linkedin, platform jejaring sosial yang tadinya diperuntukkan untuk para pencari kerja profesional di India ini telah dibeli Microsoft, ia juga terkoneksi dengan Linda.com (situs penyedia training berkualitas) dan Slideshare.net yaitu situs medsos penyedia slide presentasi. Saya mulai mengalihkan jam-jam internet saya pada linkedin karena banyak para pesohor di dunia bisnis & profesional memanfaatkan linkedin untuk empowering sesamanya.

Begitu juga Telegram, platform internet chat gratisan ini menurut saya arsitekturnya jauh lebih baik daripada whatsapp, selain ringan karena didesain berbasis cloud sehingga tidak memakan banyak memori HP kita, Telegram juga memberikan fitur-fitur lebih luas dalam pilihan grup atau personal sebagaimana Facebook dengan FB Group dan FB Fanpages. Saya sudah 2 kali ini memberikan kulgram (kuliah di Telegram) atau Sharegram (sharing di Telegram) di sebuah jejaring bisnis besutan Dewan Pengurus Cabang (DPC) HA IPB Bogor. Saya sangat bersemangat karena dengan adanya telegram ini kebutuhan saya untuk "Belajar sambil Mengajar" terpenuhi, yg dalam platform lain terasa kurang pas, misalnya Whatsapp (karena berat, member sedikit, dan fitur admin yg terbatas). Bisa saja sharing di Instagram atau Facebook dengan Live Video Streaming, tetapi jauh lebih boros data internet dan terkadang saya merasa "kurang PD" melakuan sharing dengan video seperti itu hehehe..

Sesi sharegram/kulgram yang baru saja selesai semalam di salah satu forum daring yg dikelola DPC HA IPB


So, saya sarankan mari kita pindah beramai-ramai ke Telegram dan Linkedin, karena lebih banyak manfaat untuk membangun bangsa ini. Tapi saya tetap menunggu kawan-kawan aktivis pergerakan dan penyuka topik2 politik baik di Twitter ataupun Facebook lho hehehe..

Kang Sirod