Tanggapan tulisan Prof. Fahmi Amhar : Menantang Ide Khilafah
Sebenarnya yg bikin ummat Islam gak nyaman dengan ide Khilafah HTI itu karena HTI tidak mengikuti dasar ushul fiqh soal siyasi dalam Islam. Islam mengatur "urusan keduniaan" sebagai sesuatu yg asalnya boleh (mubah), sementara yg haram itu hanya perkara ibadah. Jadi dasar hukum itu awalnya hanya ada 2.
Perkara yg mengatur ibadah itu awalnya haram KECUALI Ada ayat yg mengatur, kalau mengada2 disebut bid'ah. Sementara kalau perkara keduniaan berlaku boleh kecuali ada dalil yg melarang, sebagaimana dikarangnya riba atas jual beli, dikarangnya berzina atas pernikahan.
Sementara HT mengajarkan "ajaran baru" yang disebut Khomsatul Ahkam: hukum yang lima. Entah ajaran siapa mengelompokkan dasar hukum menjadi 5 bagian sehingga kemasyarakatan, hukum dan Khilafah yg sifatnya diserahkan pada kita menjadi baku dan saklek.
Aktivis HTI kebanyakan yg saya temui umumnya senang berfikir deduktif (dari teori dulu baru ke praktek), terserang kerinduan kejayaan masa lalu (sebagaimana sebagian besar komponen bangsa yg terpuruk selalu begitu) dan gagal memahami urut-urutan keislaman mulai dari "thoharoh" sampai "Tarbiyah jihadiyah", gak melaksanakan Islam dari "ibda bin nafsik" - "quu anfusikum wa ahlikum naaroo" sampai "barangsiapa terbangun di pagi hari tidak memikirkan ummatku, maka dia bukan ummatku", bahkan banyak di antaranya gak kuat memahami teori sistem yg dikuatkan dengan sirah nabawiyah, padahal dari terbaginya Qur'an menjadi makkiyah dan madaniyah saja mustinya menjadi tanda buat orang-orang yang berfikir.
Jadi kelemahan HTI sebenernya lebih banyak pada oknum2 yg kurang mumpuni pada HTI itu sendiri, secara konsep sebenarnya HT atau Khilafah adalah konsep yg bagus, sempurna dan layak kita pakai. Cuma cara memakainya, tahapan melaksanakannya gak difahami oleh kebanyakan oleh aktivis HTI.
Kembali pada perjuangan dakwah yg diusung kawan-kawan NU, Muhammadyah, Persis, Al-Irsyad dan kawan-kawan Salafy sebenarnya inti perjuangan ummat saat ini lagi-lagi memang kembali ke pendidikan: "Tarbiyah & Tasyfiyah", karena kegelapgulitaan ummat berada dari sana.
Saya mengajak komponen HTI untuk ngaji juga kepada bagian ummat lainnya, bukan malah menghakimi dan mengundang untuk diserang seperti yg dilakukan BKIM pada parpol ormas Islam di awal saya masuk IPB dulu, atau bahkan BKIM menolak untuk berkantor di Al-Hurriyah misalnya. Ini jelas ketololan harokah, gak punya adab ukhuwah sama sekali.
Pada pergerakan 212, saya menemukan komponen HTI yang mau dikomando dan digerakkan oleh komponen ulama lain, buat saya pergerakan ini sudah menemukan frekuensi yang sama, jalinan ukhuwah yang baik serta komunikasi konstruktif yg proven. "Pertukaran" aktivis seperti keluarnya Abangda Gatot Al-Khathath A20 membangun jejaring Forum Ummat Islam juga merupakan "infaq" yang diberikan HTI pada ummat ini. Hasilnya sungguh efektif membangun kekuatan pergerakan Islam di Indonesia, cikal bakal "Khalifatul fii Induunisia" semakin tampak jelas.
Apa yang dibangun oleh adinda Felix Siauw A38 dengan komunikasi yang ringan dan berbobot khas kedalaman materi sejarah Islam dan sistem Islam juga menyajikan logika-logika dan argumentasi bernas ala intelektual Islam yang sudah dibangun ormas Islam. Cara Felix Siauw bukan ala anak-anak HTI yg cenderung ogah berdiskusi dan mengajak mad'u untuk datang ke halaqoh mereka dengan dijejali oleh pemikiran-pemikiran dan argumen - argumen yg sudah disiapkan. Felix Siauw menjadi corong ide-ide orisinal Islam dengan content berkualitas hasil riset dia karena kedisiplinan menggali keindahan Islam yang semakin mudah didapat di era digital ini.
Jadi, selamat bergabung HTI. Anda bagian dari ummat ini. Ada satu tugas kalian, bantu kami di Pilkada serempak dan Pilpres 2019. Tutup rapat mulut kalian tentang haramnya demokrasi, atau kami biarkan kalian dihabisi oleh rezim ini dan merasa kalian kuat dalam shaft kalian sendiri.
Sirod M. Rasoma
Aktivis 98, founder Jundullah Cyber Army
No comments:
Post a Comment