"Blog ini berisi catatan, opini atau bahkan copy paste dari source yang saya pikir dibuang sayang"
31 October 2006
Artikel Keluarga > Anak-Anak Karbitan
Anak-anak yang digegas
Menjadi cepat mekar
Cepat matang
Cepat layu...
Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana
orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan
yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan
pendidikan yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa,
di kota hingga ke desa. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga
bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini
amat beragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per
bulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan pintar
berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui
kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini
betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan
yang terkadang menguras isi kantung orangtua ...
Captive market I
Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita
amati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet dan
lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia
dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besar
penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di
samping ketidak patutan yang dilakukan oleh orang tua akibat
ketidaktahuannya!
Anak-Anak Yang Digegas...
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak.
Di antaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan
intelektual secara dini. Akibatnva bermunculanlah anak-anak ajaib dengan
kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi
dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan
akademik dl dalam dan di luar sekolah.
Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini
terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi
pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra scorang
psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College
walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu
mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi
berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian ? James Thurber
seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari menemukan seorang pemulung
mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang
begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada bcberapa
waktu silam.
Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada
scorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, dimana
seorang Ibu yang bemama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen
menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif
anaknya sejak si anak masih benapa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya
telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian
diajak berbicara dengan mcnggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang
bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh
mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah dapat berbicara dengan kalimat
sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopedi
Britannica. Usia 6 tahun ia membaca enam buah buku dan Koran New York Times
setiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk universitas. Ketika usianya
menginjak 15 lahun la menjadi guru matematika di Michigan State University .
Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan
kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun khabar Edith selanjutnya
juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih
anak saat ia mcnjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam
kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa.
Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil
mengguncang dunia
dengan pcnemuannya. Di saat mereka kecil mereka hanyalah anak-anak biasa
yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. Seperti halnya
Einsten yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap
sebagai anak bebal yang suka melamun.
Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di
masa depan sangat ditentukan oleh faktor kogtutif. Otak memang memiliki
kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyak orangtua
dan para pendidik tergoda untuk melakukan "Early Childhood Training". Era
pemberdayaan otak mencapai masa keemasanmya. Setiap orangtua dan pendidik
berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super
(Superkids). Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif
yang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan
hanya mendapat porsi 10% saja. Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua
belahan otak dalam proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini
terjadi sekarang dimana-rnana, di Indonesia...-.
"Early Ripe, early Rot...!"
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1960 di
Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya
pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila
mereka tidak segera mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan
menulis sejak dini maka mereka akan kehilangan "peluang emas" bagi
anak-anak mereka selanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak mereka sesegera
mungkin ke Taman KanakKanak (Pra Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan
senang hati menerima anak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun.
Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan membaca dan berhitung secara
formal sebagai pemula.
Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amcrika sudah
dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "Era
Headstart" merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu optimis untuk
membelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka
(tiada berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang anak, apa
yang mereka butuhkan dan inginkan sebagai anak.
Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome Bruner,
seorang psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah buku terkenal
" The Process of Education" pada lahun 1960, la menyatakan bahwa kompetensi
anak untuk belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang
mereformasi kurikulum pendidikan di Amerika. "We begin with the hypothesis
that any subject can be taught effectively in some intellectually honest
way to any child at any stage of development"-.
Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikan oleh
banyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan dilaksanakan
dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dan
cepat busuk... early ripe, early rot!
Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD.
Di rumah para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitu
mengajarkan sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn Doman
menuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi membaca.
Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep
"kesiapan-readiness-" dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang
mendapat banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang "biological
limitiions on learning'. Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan
intervensi dini dan rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka
segera siap belajar apapun.
Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolah
membuat anakanak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi "miniature orang
dewasa ". Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah
sebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa,
berlaku pun juga seperti orang dewasa. Di sisi lain media pun merangsang
anak untuk cepat mekar terkait dengan musik, buku, film, televisi, dan
internet. Lihatlah maraknya program teve yang belum pantas ditonton
anak-anak yang ditayangkan di pagi atau pun sore hari. Media begitu
merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar orang dewasa. sebagai
seksual promosi yang menyesatkan. Pendek kata media telah memekarkan
bahasa. berpikir dan perilaku anak lumbuh kembang secara cepat.
Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak? Apakah
faktor emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti
halnya kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya
sendiri yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja anak terlihat
berpenampilan sebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidak
seperti orang dewasa. Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai
hal tetapi tidak di semua hal. Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan
tumbuh mekarnya kecerdasan (intelektual) anak. Oleh karena perkembangan
emosi lebih rumit dan sukar, terkait dengan berbagai keadaan, Cobalah
perhatikan, khususnva saat perilaku anak menampilkan gaya "kedewasaan ",
sementara perasaannya menangis berteriak sebagai "anak".
Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anak
laki-laki "Heintje" di era tahun 70-an... I'm Nobody'S Child
I'M NOBODY'S CHILD
I'M nobody's child I'm nobodys child
Just like aflower I'm growing wild
No mommies kisses
and no daddv's smile
Nobody's louch me I'm nobody's child
Dampak Berikutnya Terjadi... ketika anak memasuki usia remaja
Akibat negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasuki
usia remaja. Mereka tidak segan-segan mempertontonkan berbagai macam
perilaku yang tidak patut. Patricia 0' Brien menamakannya sebagai "The
Shrinking of Childhood'. " Lu belum tahu ya... bahwa gue telah melakukan
segalanya", begitu pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun kepada
teman-temannya. "Gue tahu apa itu minuman keras, drug, dan seks " serunya
bangga.
Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan
bagaimana pengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai
gangguan kepribadian dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua menjadi
cepat mekar.... kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan!
Sementara anak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan
untuk berkembang, .... sebuah proses dalam kehidupannya !
Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke atas yang
berkarier di luar rumah tidak menuliki waktu banyak dengan anak-anak
mereka. Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia lebih
mengandalkan tenaga "baby sitter" sebagai pengasuh anak-anaknva. Colette
Dowling menamakan ibu-ibu muda kelompok ini sebagai "Cinderella Syndrome"
yang senang window shopping, ikut arisan, ke salon memanjakan diri, atau
menonton telenovela atau buku romantis. Sebagai bentuk ilusi rnenghindari
kehidupan nyata vang mereka jalani.
Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di lembaga
pendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai Ies,
dan mengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyi cilik, lomba model ini
dan itu. Para orangtua ini juga sangat bangga jika anak-anak mereka
superior di segala bidang, bukan hanya di sekolah. Sementara orangtua yang
sibuk juga mewakilkan diri mereka kepada baby sitter terhadap pengasuhan
dan pendidikan anak-anak mereka. Tidak jarang para baby sitter ini
mengikuti pendidikan parenting di Iembaga pendidikan eksekutif sebagai
wakil dari orang tua.
ERA SUPERKIDS
Kecenderungan orangtua menjadikan anaknva "be special " daripada "be
average or normal sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak
mereka menjadi "to exel to be the best". Sebetulnya tidak ada yang salah.
Nanun ketika anak-anak mereka digegas untuk mulai mengikuti berbagai
kepentingan orangtua untuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam kegiatan,
seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa, renang, basket, balet, tari
ball, piano, biola, melukis, dan banyak lagi lainnya...maka lahirlah
anak-anak super---"SUPERKIDS'-". Cost merawat anak supcrkids ini sangat
mahal.
Era Superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua saling
berkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya "earlier is better".
Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam pengetahuan ke dalam
diri anak mereka, maka itu akan semakin baik. Neil Posmant seorang sosiolog
Amerika pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anak tercabut dari masa
kanak-kanaknya, maka lihatlah...ketika anak-anak itu menjadi dewasa, maka
ia akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan!
BERBAGAI GAYA ORANGTUA
Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan
berbagai gaya orangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan
-"miseducation" terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya.
Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan,
antara lain:
Gourmet Parents-- (ORTU B0RJU)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah bagus,
mobil mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gaya
hidup kebarat-baratan. Apabila menjadi orangtua maka mereka akan cenderung
merawat anak-anaknya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuh
dengan ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahu isu-isu
mutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas
pengasuhan yang baik seperti halnya membangun karier, maka "superkids"
merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagai orangtua.
Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknva baju-baju mahal bermerek
terkenal, memasukkannya ke dalam program-program eksklusif yang prestisius.
Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak
tamasya keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita
melihat sebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek
mobil terkenal, maka itulah sekolah dimana banyak kelompok orangtua
"gourmet " atau- kelompok borju menyekolahkan anak-anaknya.
College Degree Parents --- (ORTU INTELEK)
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke
atas. Mereka sangat pcduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering
melibatkan diri dalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya
membantu membuat majalah dinding, dan kegiatan ekstra kurikular lainnya.
Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan
hidup. Terkadang mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka "Superkids
", Apabila si anak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang
mereka juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius
sebagai buku bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik
tentu juga harus dibayar dengan pantas.
Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum
yang dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan dalam banyak hal mereka
banyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah,
Gold Medal Parents --(ORTU SELEBRITIS)
Kelompok ini adalah kelompok orangtua Yang menginginkan anak-anaknya
menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan
anaknya ke berbagai kompctisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu
pengetahuan seperti Olimpiadc matematika dan sains yang akhir-akhir ini
lagi marak di Indonesia . Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi,
kontes menari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka
tempuh agar anak-anaknya dapat meraih kemenangan dan merijadi "seorang
Bintang Sejati ". Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi
"Sang Juara", mulai dari juara renang, menyanyi dan melukis hingga none
abang cilik kelika anak-anak mereka masih berusia TK.
Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang puluhan
anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu di mulainya
lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acara yang
molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta.Anak--anak mulai resah,
berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi mascara mata kecil
mereka. Para orangtua masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar.
Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagai
pemenang. Sementara pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipas
kertas.Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku
ambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an
seorang gadis kecil pesenam usia TK rnengalami kelainan tulang akibat
ambisi ayahnya yang guru olahraga. Atau kasus "bintang cilik" Yoan Tanamal
yang mengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa kanak-kanaknya.
Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba hingga menjadi
penghuni penjara. Atau bintang cilik dunia Heintje yang setelah dewasa
hanya menjadi pasien doktcr jiwa. Gold medal parent menimbulkan banyak
bencana pada anak-anak mereka!
Pada tanggal 26 Mei lalu kita sasikan di TV bagaimana bintang cilik "Joshua
" yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya. Orangtua
Joshua berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang bintang dengan
kembali menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita tentu masih ingat
bagaimana lucu dan pintarnya.Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Dia
muncul di TV sebagai anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama
kepala negara. kemudian di usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik
terkenal. Kita kagum bagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja
di salon dapat membentuk dan menjadikan anaknya seorang "superkid "
--seorang penyanyi sekaligus seorang bintang film,....
Do-it Yourself Parents
Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan
menyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional di
bidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat
ibadah., di Posyandu dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan
anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan
keuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan
anak-anaknya "Superkids"---earlier is better". Dalam kehidupan sehari-hari
anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan
merawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini
merupakan kelompok penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang
bersih.
Outward Bound Parents--- (ORTU PARANOID)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat
memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka
sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan
permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya.
Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka Iebih memilih sekolah
yang nyaman dan tidak melewati tempat-tempat tawuran yang berbahaya.
Seperti halnya Do It Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja
juga terkadang terpengaruh dan menerima konsep "Superkids " Mereka
mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat
melindungi diri mereka dari berbagai macam marabahaya. Terkadang mereka
melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan
anak-anaknya "Karate, Yudo, pencak Silat" sejak dini. Ketidakpatutan
pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka
terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah
panik dan ketakutan melihat situasi yang selalu mereka pikir akan membawa
dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi "steril"
dengan lingkungannya.
Prodigy Parents --(ORTU INSTANT)
Merupakan kelompok orangtua yang sukscs dalam karier namun tidak memiliki
pendidikan yang cukup. Merceka cukup berada, narnun tidak berpendidikan
yang baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan
bakat scmata. Oleh karena itu mercka juga memandang sekolah dengan sebelah
mata, hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya.
'Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat
dan sukses seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang
cocok diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu mereka sangat mudah
terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah.
Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat mereka sukai. Misalnya buku
tentang "Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca" karangan Glenn Doman, atau
"Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika " karangan Siegfried, "Berikan
Anakmu pemikiran Cemerlang " karangan Therese Engelmann, dan "Kiat-Kiat
Mengajarkan Anak Dapat Membaca Dalam Waktu 6 Hari " karangan Sidney Ledson
Encounter Group Parents--(ORTU NGERUMPI)
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka
terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang
tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga
merupakan kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya. Mereka
menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalam membina
hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnya kelompok ini sering melakukan
ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan berbagai perilaku "gang
ngrumpi" yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak
membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehingga mengabaikan fungsi mereka
sebagai orangtua. Atau pun jika mereka memiliki aktivitas di kelompokya
lebih berorientasi kepada kepentingan kelompok mereka. Kelompok ini sangat
mudah terpengaruh dan latah untuk memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya.
Menjadikan anak-anak mereka sebagai "Superkids" juga sangat diharapkan.
Namun banyak dari anak-anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan
prestasi yang diharapkan. Namun banyak dari anak-anak mereka biasanya
kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.
Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak
yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis.
Mereka cendcrung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya
dengan tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang
anak-anak mereka dengan penuh dukungan. Kelompok ini tidak berpeluang
menjadi oraugtua yang melakukan "miseducation " dalam merawat dan mengasuh
anak-anaknva. Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya
dengan penuh perhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang
tua.
Mereka memenuhi rumah tangga mercka dengan buku-buku, lukisan dan musik
yang disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan,
bersahabat dan menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka
untuk tumbuh mekar segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun
meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah yang menyebabkan.
Kehangatan hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak
untuk percaya diri dan antusias dalam kehidupan belajar. Kelompok ini
merupakan kelompok orangtua yang menjalankan tugasnya dengan patut kepada
anak-anak mereka. Mercka bcgitu yakin bahwa anak membutuhkan suatu proses
dan waktu untuk dapat menemukan sendiri keistimewaan yang dimilikinya.
Dengan kata lain mereka percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan
sendiri kekuatan didirinya. Bagi mereka setiap anak adalah benar-benar
scorang anak yang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik!
KAMU HARUS tAHU BAHWA TIADA SATU PUN YAN6 LEBIH TIN66I, AtAU LEBIH KUAT,
ATAU LEBIH BAIK, ATAU PUN LEBIH BERHARGA DALAM KEHIDUPAN NANTI DARIPADA
KENAN6AN INDAH TERUTAMA KENAN6AN MAN1S DI MASA KANAK-KANAK. KAMU MENDEN6AR
BANYAK HAL TENTAN6 PENDIDIKAN, NAMUN BEBERAPA HAL YAN6 INDAH, KENAN6AN
BERHARGA YANG TERSIMPAN SEJAK KECIL ADALAH MUNGKIN ITU PENDIDIKAN YANG
TERBAIK. APABILA SESEORANG MENYIMPAN BANYAK KENAN6AN INDAN DI MASA
KECILNYA, MAKA KELAK SELURUH KEHiDUPANNYA AKAN TERSELAMATKAN. BAHKAN
APABILA HANYA ADA SATU SAJA KENAN6AN 1NDAH YAh'6 TERSIAMPAN DALAM HATI
KITA, h1AKA ITULAH KENAN6AN YAN6 AKAN MEMBERIKAN SATU HARI UNTUK
KESELAMATAN KITA"-DESTOYEVSKY'-S BROTHERS KARAM0Z0V---
PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya
juga terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada
produk daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah
"Industri" dengan tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak.
Ada program akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang
menumpuk.
Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang
sibuk sebagai "Operator kurikulum" dan tidak punya waktu mempersiapkan
materi ajar karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah Sebagai guru
kelas yang mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya
dapat menjadi "pengabar isi buku pelajaran " ketimbang menjalankan fungsi
edukatif dalam menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah
akan menggunakan "mesin-mesin dalam menskor" capaian prestasi yang
diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata
pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di
sckolah. Pikiran mereka diforsir untuk menghapalkan atau melakukan
tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai anak. Manfaat apa yang
mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan organisasi sebuah
birokrasi ? Manfaat apa yang dirasakan anak jika mereka diminta membuat PR
yang menuliskan susunan kabinet yang ada di pemerintahan? Manfaat apa yang
dimiliki anak jika ia disuruh menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam
buku pelajaran ? Tumpulnya rasa dalam mencerna apa yang dipikirkan oleh
otak dengan apa yang direfleksikan dalam sanubari dan perilaku-pcrilaku
keseharian mereka sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu
banyak tentang pengetahuan yang dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran
yang ada dalam kurikulum persekolahan, namun mereka bingung
mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sepanjang hari mereka bersekolah
di sekolah untuk sekolah--- dengan tugas-tugas dan PR yang menumpuk....
Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuh bersekolah untuk
menyongsong kehidupannya !
Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 %
kognitif dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan bahwa sekolah telah
melakukan "pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Dimana
guru mengajar anak diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu
apa-apa, guru berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak
mendengarkan, guru mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih dan
mendesakkan pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anak
hanya membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program
dan anak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek
dari proses pembelajaran (Freire, 1993). Model pembelajaran banking system
ini dikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan terbesar. Belum lagi
persaingan antar sekolah. dan persaingan ranking wilayah....
Mengkompetensi Anak--- merupakan `KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN ?"
"Anak adalah anugrah Tuhan... sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi
citra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasaYanig
bertanggungjawab.-.. "(Nature versus Nurture).
bagaimana ? Karena ada dua pengertian kompetensi----= ` kompetensi yang
datang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendir
Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson
(psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadi
apapun sesuai kehendak kita-sebagai komponen sentral dari konscp
kompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pebelajar, maka mereka juga dapat
dibentuk melalui pembelajaran dini.
Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut :
" Give me a dozen healthy infants, well formed and my own special world to
bring them up in, and I'll guarantee you to take any one at random and
train him to become any type of specialist I might select--doctor, lawyer,
artist, merchant chief and yes, even beggar and thief regardless of this
talents, penchants.,;-, tendencies, vocations, and race of his ancestors ".
Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi dini "
setelah mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada anak-anaknya.
Ada sebuah kasus kontroversi yang terjadi di Institut New Jersey pada tahun
1976. Dimana guru-guru melakukan serangkaian program tes untuk mengukur
"Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic Skill) "dalam mata pelajaran
membaca dan matematika. Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan
kolomnis pendidikan Fred Hechinger kepada New York Times sebagai berikut :
`The improvement in those areas were not the result of any magic program or
any singular teaching strategy, they were... simply proof that
accountability is crucial and that, in the past five years, it has paid off
in New Yersey".
Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti
Eleanor Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang diilustrasikan
sebagai anak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik
ketika mereka bersekolah di SD kelas rendah. semestinya kita dapat
menyimpulkan bahwa pendidikan dini sangat berbahaya jika dibuatkan
kompetensi-kompetensi perolehan pengetahuan hanya secara kognitif. Ulah
karena hingga hari ini sekolah belum mampu menjawab dan dapat menampilkan
kompetensi emosi sosial anak dalam proses pembelajaran. Pendidikan anak
seutuhnya yang terkait dengan berbagai aspek seperti emosi, sosial,
kognitif pisik, dan moral belum dapat dikemas dalam pembelajaran di sekolah
secara terintegrasi. Sementara pendidikan sejati adalah pendidikan yang
mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki anak sebagai kompetensi yang
beragam dan unik untuk dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untuk di tes
dan di skor saja !. Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasan
pembelajaran yang berkeping-keping, tetapi bagaimana secara spontan anak
dapat terus menerus merawat minat dan keingintahuan untuk belajar. Anak
mengenali tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan dalam
kehidupannya.
Perilaku keingintahuan -"curiosity" inilah yang banyak tercabut dalam
sistem persekolahan kita.
Akademik Bukanlah Keutuhan Dari Sebuah Pendidikan ! "Empty Sacks will never
stand upright"---George Eliot
Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melalui
kecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun
secara bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak
didiknya. Membelajarkan secara serempak pikiran, hati. dan pisik anak akan
menumbuhkan semangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilah
dibutuhkannya peranan guru scbagai pendidik akadcmik dan pendidik sanubari
"karakter". Dimana mereka mendidik anak menjadi "good and smart "-terang
hati dan pikiran
Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada anak
didik mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada anak
didiknya bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi, dengan
berpikir kritis, dan cakap memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi
sebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan yang terbina dengan baik
yang melibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkan berbagai
kreativitas.
Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya ber jam
jam untuk belajar anatomi tubuh manusia.
Thomas Edison mengatakan bahwa "genius is 1 percent inspiration and 99
percent perspiration ". Semangat belajar ---"encourige' - TIdak dapat
muncul tiba-tiba di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati---kesukaan
dan kecintaan--- belajar_ Sementara di sekolah banyak anak patah hati
karena gurunya yang tidak mencintai mereka sebagai anak.
Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan
"moral litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa
kecerdasan saja tidak cukup. Kecerdasan plus karaktcr inilah tujuan sejati
sebuah pendidikan (Martin Luther King, Jr). lnilah keharmonisan dari
pendidikan, bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antara
kecerdasan hati dan pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan
perbuatan yang baik ....
PENUTUP
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang
terang hati dan terang pikiran--- "good and smart "--- merupakan tugas kita
bersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang
mesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya
antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang
tidak berorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan
segala potensi yang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah
ketidakseimbangan yang cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan
faktor emosi.
Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini
kepada anak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS". Inilah
fenomena yang sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari lahirnya
era anak-anak karbitan ! Lihatlah nanti...ketika anak-anak karbitan itu
menjadi dewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa yang ke
kanak-kanakan.
Sumber: Anak-Anak Karbitan oleh Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation.
Artikel Management > Jangan Membenarkan Kebiasaan (Larangan Mengirim Parcel)
Imbauan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar pejabat berhenti
menerima parsel terkait jabatan dan tugasnya menuai kontroversi.
Sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Parsel
Indonesia (APPI) protes dan lalu mengeluhkan imbauan KPK itu kepada
DPR.
Katanya imbauan yang jelas-jelas menyebut paket bingkisan yang
biasanya berisi makanan--dan kemudian berkembang diisi peralatan
kristal dan bahkan kunci mobil itu-- telah mematikan banyak pengusaha
parsel. Sejak imbauan itu dilakukan dua tahun ini, kata ketua APPI,
separuh dari 400-an anggota APPI sudah gulung tikar.
"Padahal rata-rata anggota APPI masing-masing mempekerjakan 50-an
orang sehingga imbauan itu telah mematikan mata pencaharian sekitar
10.000 pekerja. Selain itu, omzet pengusaha parsel anggota kami rata-
rata turun 50%," kata sang ketua yang putri seorang menteri yang
masih aktif.
KPK pun dengan penuh keyakinan memberi tanggapan. Bahwa sebutan
gamblang tak boleh menerima parsel semata-mata karena tak ada istilah
lain untuk menyebut bingkisan yang dikirim dalam masa-masa puasa dan
Idul Fitri. Bahwa prinsipnya KPK ingin menegakkan aturan: pejabat
dilarang menerima apapun terkait tugas dan jabatannya.
"Kami mau bilang kepada 20.000-an pejabat dari 3,7 juta pegawai
negeri di republik ini: sudahlah akhiri terima-terima hadiah semacam
itu," ujar salah satu direktur KPK seraya menambahkan bahwa imbauan
ini bukan upaya pengalihan perhatian atas masih banyaknya koruptor
yang melenggang dengan bebas.
Sejumlah kejanggalan
Tanggapan para pengusaha parsel ini dari satu sisi menunjukkan betapa
upaya mengubah satu kebiasaan tak semudah membalik telapak tangan.
Bagaimana upaya penerapan aturan yang sesungguhnya sudah sangat jelas-
larangan bagi pejabat untuk menerima hadiah-yang sesungguhnya hanya
merupakan pengulangan itu tidak mudah.
Betapa larangan yang tujuannya sungguh sangat baik demi tercapainya
keadaban pribadi maupun sosial yang lebih tinggi itu justru
disalahpahami kalau tak mau disebut mendapat perlawanan. Siapa lagi
kalau bukan dari pengusaha yang selama ini telah menikmati manfaat
dari pasar yang bisa dikatakan captive yaitu rekanan orangtuanya.
Namun hal itu sekaligus menjadi sangat ironis karena ekspresi
kesalahpahaman itu malah menunjukkan bahwa industri parsel, kalau
boleh dibilang industri, selama ini memang ditopang budaya nyogok.
Betapa parsel yang dikirim ke pejabat yang proporsinya, kata ketua
APPI, hanya 30% itu sungguh jadi pendorong dan penunjang utama
industri ini.
Yang tak kalah janggal yang protes bukan pejabatnya yang mendapat
larangan. Seperti karambol atau biliar, larangan menerima parsel itu
justru menyentil 'pihak lain'. Yang dilarang diam-diam saja mungkin
mulai merasa bersalah dan telah berlaku kurang etis dengan kebiasaan
tak bisa menolak rezeki. "Rezeki kok ditolak," dalih mereka dulu.
Tegasnya larangan itu sudah pada jalur yang benar karena yang dikenai
larangan sudah disumpah saat diangkat untuk tidak menerima apapun,
tentunya termasuk parsel, terkait jabatan dan tugasnya. Imbauan KPK
hanya sekadar rambu tambahan karena seperti biasa ada asumsi aturan
dibuat untuk dilanggar. Apalagi kalau tak ada yang mengawasi
pelaksanaannya.
Membiasakan yang benar
Jelas salah-kaprah dalam memberi dan menerima parsel ini tak bisa
terus dibiarkan. Apalagi kalau bukan mengingat aliran hadiah itu
selama ini memang tidak rasional. Bukannya pejabat lebih tinggi yang
lebih mampu yang memberi, tapi justru mereka yang kurang membutuhkan
inilah yang kebanjiran parsel setiap lebaran dan tahun baru.
Padahal kalau mau benar-benar beramal, tak ada maksud yang lain,
mengapa pemberi parsel tidak menyalurkannya ke para pihak yang kurang
mampu yang ada di lingkungannya. Juga para korban yang sekarang
banyak itu--dari yang kena gempa, kebakaran sampai yang rumahnya
terendam lumpur panas.
Penentangan itu sedikit banyak menunjukkan pola pikir: biarkan saja
ada korupsi asal tetap kebagian. Ada kesan tak peduli
disangkutpautkan bahkan membela tindakan tak terpuji tersebut dengan
dalih bila pembatasan dilakukan akan mempersempit lapangan kerja.
Apalagi sebutan yang tepat kalau bukan sekadar membela kepentingan
kelompok sendiri dengan menutup mata bahwa selama ini korupsi--yang
difasilitasi parsel-memarsel itu--kalau dihitung merugikan berapa
ratus ribu, atau bahkan juta warga yang dilanggar haknya. Satu
konsekuensi yang nyaris jadi hukum dalam bisnis.
Jadi sungguh suatu sikap yang susah dimengerti dari para pengusaha
parsel apabila keniscayaan menuju transparansi dalam segala proses
tersebut terus dilawan. Hal ini mengingat hakikat pengusaha sejati
adalah survival dan cepat beradaptasi. Selain juga ada pengingat:
jangan membenarkan kebiasaan, tapi membiasakan yang benar.[]
Sumber: Jangan Membenarkan Kebiasaan oleh Rab A. Broto. Rab A. Broto
adalah penulis buku "Psikologi Duit" (Bornrich, 2006)
yang sejak lama menekuni ihwal pelatihan peningkatan motivasi
berprestasi.
30 October 2006
Artikel Management, Marketing >> Seharusnya selesai Kemarin
Tiga minggu yang lalu, Yuli bertemu dengan Pak Samsul. Beliau adalah
atasannya pada waktu Yuli masih bekerja di perusahaan sebelumnya.
Sebenarnya Yuli sudah pindah dari perusahaan tersebut sekitar empat
tahun lalu. Cukup lama sih. Tapi, dalam pertemuan tadi, mereka berdua
sama-sama gembira dan antusias. Masing-masing ingin menanyakan
perkembangan yang terjadi sejak Yuli keluar.
Akhirnya mereka menyempatkan diri untuk minum kopi bersama, sekedar
saling bertukar informasi. Pak Samsul gembira karena Yuli sekarang
sudah bisa disebut sukses dengan jabatan sebagai manajer pemasaran.
Dulu Yuli masih sebagai staf pemasaran. Sebaliknya, Yuli juga senang
karena Pak Samsul yang dulu marketing manager, kini menjabat sebagai
presiden direktur.
Pertemuan tersebut tidak lama, tapi cukup untuk saling bercerita,
bertukar kartu nama dan nomor handphone agar bisa tetap saling
berhubungan. Yuli sangat senang. Pak Samsul masih tetap sangat baik
dan sangat tenang. Kebaikan beliaulah yang dulu memotivasi Yuli untuk
terus belajar dan meningkatkan dirinya. Pak Samsul tidak pernah kasar
atau marah-marah penuh emosi, tapi selalu mengajak Yuli berbicara
empat mata dan memberikan teguran, nasehat atau petunjuk apabila Yuli
melakukan kesalahan.
Meskipun sebelum itu Yuli pernah bekerja di tempat lain, tapi
kebanyakan hanya sebentar. Sehingga praktis, bisa dikatakan, Pak
Samsul adalah atasannya yang pertama. Karena itu banyak tingkah laku
Yuli yang terinspirasi oleh sikap beliau. Pak Samsul tidak pernah mau
berhenti bekerja sebelum berhasil. Yuli kini juga begitu.
Yuli ingat satu hal yang pernah dikatakan oleh Pak Samsul dulu, yang
hingga kini masih hidup dalam hatinya dan memberikan banyak inspirasi
dan motivasi baginya. Suatu kali Yuli diminta membuat sebuah rencana
pemasaran. Saat itu Yuli dengan polos langsung bertanya:"Kapan harus
selesai pak?" Yuli ingin tahu kapan harus selesai karena dengan
demikian dia bisa mengatur waktunya. Tapi Yuli kaget mendengar
jawaban yang diberikan oleh Pak Samsul. Dengan serius tapi ramah,
beliau menjawab: "Kemarin".
"Hah??? Kemarin???, Kan bapak baru menyuruh saya mengerjakannya
sekarang?" kata Yuli tidak mengerti.
Kemudian Pak Samsul berkata:"Demikianlah dalam pemasaran. Semua
tindakan dalam marketing yang akan dilakukan hari ini, seharusnya
sudah selesai kemarin. Jadi apapun yang kita lakukan, selalu sudah
terlambat. Jadi, jangan tanya kapan harus selesai. Karena jawabannya
adalah, seharusnya sudah selesai kemarin."
Yuli menangkap maksud pak Samsul. Sejak itu dia tidak pernah bertanya
kapan harus menyelesaikan suatu tugas. Semua tugas selalu diusahakan
selesai secepatnya karena semua tugas selalu sudah terlambat.
Motivasi dan semangatnya dalam bekerja meningkat sangat tinggi.
Segala sesuatu harus selesai secepat mungkin. Sungguh pelajaran yang
sangat berharga baginya.
Setelah pertemuan dengan Pak Samsul, Yuli terinspirasi untuk langsung
mencoba menerapkan ilmu 'kemarin' tersebut ke semua timnya. Seluruh
product manager dan karyawan bagian marketing lainnya dikumpulkan dan
dia membagikan tentang ilmu'kemarin' tersebut. Semua orang bisa
merasakan semangat yang meningkat. Mereka harus lebih cepat dan lebih
optimal bekerja. Strategi Pemasaran harus selesai secepatnya karena
sekarang sudah terlambat. Seharusnya selesai kemarin! Sejak itu, wow,
semua orang langsung bekerja.
Tadi pagi atasannya, memujinya karena kecepatan kerjanya beserta tim
dalam mempersiapkan strategi pemasaran untuk 2007. Semua strategi
sudah selesai. Semua anak buahnya sanggup bekerja siang malam untuk
menyelesaikannya. Sejak Yuli menerapkan ilmu 'kemarin' ajaran pak
Samsul, ternyata mereka mampu bekerja lebih sungguh-sungguh dan lebih
cepat. Tiga minggu sebelum batas waktu yang ditentukan tiba, semua
sudah siap dengan kualitas terbaik. Sungguh prestasi yang gemilang.
Dalam meeting untuk presentasi di hadapan para direksi, semua orang
menunjukkan kematangan persiapan, analisa dan kreatifitas yang
menakjubkan. Mereka telah mengantisipasi perubahan konsumen atau
pasar, strategi pesaing, perkembangan pasar, perkembangan finansial
dan ekonomi, dan sebagainya. Lengkap sekali. Benar-benar mengagumkan.
Direksi memberikan pujian dan semua orang senang. Semua siap
menyambut tahun depan dengan strategi pemasaran yang gemilang.
Yuli puas. Dalam hatinya dia berterima kasih kepada Pak Samsul yang
dulu pernah mengajarkan ilmu itu. Sungguh berguna. Yuli semakin
terinspirasi. Bagaimana kalau dia menerapkan ilmu 'kemarin' untuk
semua masalah pribadinya juga? Misalnya, rencana untuk merapikan
rumah. Sekarang sudah tidak bisa ditundanya lagi karena seharusnya
telah selesai 'kemarin'.
Dia ingin mengucapkan terima kasih kepada office girl yang sering
membelikan makanan selama semua orang bekerja siang malam tanpa
henti. Tak terasa ucapan itu tertunda karena kesibukan. Langsung
dicarinya office girl tersebut dan dia segera menyampaikan ucapan
terima kasihnya. Segala sesuatu dilakukan cepat karena seharusnya
sudah selesai'kemarin'. Do what you can do today! Do not wait until
tomorrow!
Sumber: Kemarin oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting &
Training Specialist
Idul fitri berlainan hari >> Re: Shalat Ied 1 Syawal 1427 H
idulfitri kemarin bikin dag-dig dug aja, soalnya lagi-lagi terjadi perbedaan waktu idulfitri, selepas baca eramuslim yg isinya ttg pendapat dari alazhar university yg menandakan idulfitri jatuh pada hari selasa, padahal muhammadyah menetapkan idulfitri jatuh pada hari senin, demikian juga Hizbut tahrir.
pasalnya 2 organisasi tersebut walaupun sama2 menetapkan hari senin, saya melihat ada perbedaan cara pandang, muhammadyah memang berasaskan hisab (perhitungan) sementara hizbut tahrir berpandangan rukyat global = 1 dunia 1 hilal (dianggap 1 wilayah saja), walaupun keduanya memiliki dasar yg kuat, saya tetap cenderung ke pendapat melihat hilal langsung dari daerah parsial seperti yg dilakukan NU & Persis..
hari senin, tiba2 ibu saya menyatakan berbuka, begitu juga ipar saya yg mendapat info bahwa NU Jatim telah berbuka pada hari itu.. antara bingung mau buka atau melanjutkan puasa, lalu saya berfikir bahwa saya pegang ulama NU & Persis dan menyerahkan tanggung jawab ini pada pemerintah sajalah (walaupun sudah sering kecewa dengan Depag), karena info munculnya hilal datang pada jam 10.30 malam (selepas maghrib) setelah pengumuman dari pemerintah, saya pernah mendapat keterangan bahwa jika ada satu orang saja melihat hilal, maka seluruh ummat islam dalam wilayah tersebut wajib berbuka.. jadi tambah binun deh..
di purwakarta, khatib dari Persis menerangkan bla..bla..bla.. kenapa berbuka pada hari ini (selasa), beliau menjelaskan bahwa menggenapkan shaum ramadhan menjadi 30 hari karena Kondisi *"Adamu Imkanir Rukyat"*. Hilal sudah wujud di sebagian wilayah Indonesia dengan kondisi tidak mungkin bisa dirukyat. (artikel terlampir).
----------
*Persis: Iedul Fithri hari Selasa*
Sehubungan dengan akan terjadinya perbedaan 'Iedul Fithri 1427 H, maka
Pimpinan Pusat Persatuan Islam melalui surat Edaran Nomor: 0468/JJ-C.3/PP/2006
tertanggal 25 Rajab 1427 H/19 Agustus 2006 berdasarkan perhitungan Deewan Hisab dan Rukyat, Persatuan Islam menetapkan 'Iedul Fithri 1427 H jatuh pada hari Selasa, *24 Oktober 2006 M*, dengan alasan ijtimak akhir Ramadlan terjadi pada hari Ahad pukul 12.14 WIB;
>tinggi hilal waktu maghrib di Pelabuhan Ratu 00 24' 56" dan di
Jayapura -0046' 25". Kondisi ini termasuk *"Adamu Imkanir Rukyat"*. Hilal sudah wujud di sebagian wilayah Indonesia dengan kondisi tidak mungkin bias dirukyat.
Kondisi seperti ini dinilai *"Gumma"* seperti diisyaratkan dalam hadist:
"Dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah saw. menerangkan Ramadlan, beliau
berisyarah dengan kedua tangannnya dan bersabda: "satu bulan itu
sebegini,sebegini, dan sebegini, kemudian melipatkan ibu jarinya pada yang ketiga (ada 30 hari dan 29 hari); maka shaumlah kamu setelah
*melihat*(hilal) dan ber-'Iedil fithri-lah kamu setelah melihat
(hilal); dan jika terhalang atas kamu maka perkirakanlah umur bulan itu 30 hari, dalam riwayat dari Ibnu Abbas ra.:"maka sempurnakanlah bilangan (hari)".HR Muslim
Selain itu, Persatuan Islam tidak menggunakan prinsip *"Wilayatul
Hukmi"*, *"Ummul Qura"* maupun *"Rukyat Global"* dengan dasar hadist Kuraib Riwayat Muslim 3:126;Ahmad (Al-Fathur Rabani 9:27); Abu Dawud No. 2332; An-Nasai 4:105; At-Tirmidzi No. 689; Ibnu Khuzaimah No. 1916 dan Ad-Daruquthni 2:171 yang menceritakan bahwa Khalifah Mu'awiyyah di Damaskus shaum pada hari Jum'at sementara Ibnu Abbas di Madinah shaum pada hari Sabtu. Ketika Kuraib bertanya kepada Ibnu Abbas kenapa tidak berbarengan saja dengan Mu'awiyyah, Ibnu Abbas ra menjawab: "Tidak beginilah Rasulullah saw. telah memerintahkan kepada kami". Yang dimaksud oleh Ibnu Abbas tentu saja perintah Nabi saw. dalam hadist riwayat Muslim di atas. Padahal Damaskus dan Madinah waktu itu
masih dalam satu wilayah hukum/satu kekhalifahan.
Imam Muslim menempatkan hadist Kuraib ini dalam Bab *"Bayanu Anna Likulli Baladin Ru'yatuhum"*. (Bab Penjelasan bahwa bagi tiap-tiap Negara sesuai dengan rukyatnya).
Oleh karena itu Pimpinan Pusat telah mengintruksikan seluruh Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang Persatuan Islam dan Bagian Otonomnya agar melaksanakan 'Iedul Fithri 1427 H pada hari Selasa, 24 Oktober 2006 dengan tetap menghormati mereka yang ber-'Iedul Fithri pada hari Senin 23 Oktober 2006.
Allaahu ya'khudzu biadiina ilaa maafiihi khaerun lilislaami wal muslimiin
Sumber: http://www.persis.or.id/site/index.php?option=com_content&task=view&id=28
--- In alumni-tin@yahoogroups.com, Iwan Setiawan <iwansetia@...> wrote:
>
> Shalat Ied 1 Syawal 1427 H
>
> Imam al-Bukhari di dalam Shahîh-nya telah mengeluarkan
> hadis melalui jalan Muhammad bin Ziyad yang berkata:
> Aku pernah mendengar Abu Hurairah ra. berkata, bahwa
> Nabi saw. telah bersabda, atau dia telah berkata,
> bahwa Abu al-Qasim saw. telah bersabda:
20 October 2006
Kerja Keras, Sampai Kapan?
Teknologi membuat semua orang yang saya kenal
bekerja lebih keras dan lebih lama.
– Wareen Bennis
"Apa arti kerja keras bagi Anda?" tanya saya kepada sejumlah kawan.
"Kerja keras berarti datang ke tempat kerja paling pagi dan pulang
paling malam, tapi tetap sehat dan optimis" jawab Didi yang
pengusaha.
"Kerja yang mengandalkan kekuatan diri sendiri, terutama yang
bersifat fisik, untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang
diinginkan," ujar Elly yang dosen perguruan tinggi.
"Kerja keras itu wajib untuk mencapai hasil maksimal," jawab Wawan
yang tentara.
"Cara kerja yang harus dilalui sebelum orang mampu bekerja dengan
cerdas dan kreatif. Orang tidak bisa menemukan cara-cara cerdas bila
ia belum pernah bekerja keras," urai Agung yang pegawai.
***
Pernahkah Anda menghitung, berapa jam biasanya waktu yang Anda
pergunakan untuk bekerja mencari nafkah hidup dalam seminggu?
Jawabannya mungkin akan bervariasi, tergantung pada jenis pekerjaan
atau profesi yang Anda jalankan. Coba bayangkan profesi-profesi
berikut: pengacara, dokter, notaris, pilot, hakim, jaksa, petani,
pedagang, manajer/ekskutif, konsultan, model iklan, pemain film dan
sinetron. Manakah diantara mereka yang menurut Anda bekerja paling
keras untuk menafkahi hidupnya? Bagaimana dengan pegawai swasta dan
pegawai negeri pada umumnya? Siapakah yang jam kerja rata-rata per
minggunya paling panjang? Bagaimana dengan pengajar sekolah, buruh-
buruh pabrik, kuli angkut, dan pekerja di pusat-pusat pembelanjaan
modern yang baru pulang setelah pukul 9 malam? Manakah yang paling
banyak mengucurkan keringat?
Ada asumsi bahwa orang-orang yang harus bekerja lebih dari 45 jam
per minggu adalah kaum pekerja kasar yang tak terpelajar. Jam kerja
mereka panjang, dan proses kerjanya lebih mengandalkan keterampilan
fisik/otot, sehingga upahnya serba minimum. Mereka yang terpelajar,
kaum profesional dan para sarjana lulusan universitas terkemuka yang
menjadi manajer-manajer di usia belia, adalah orang-orang yang
seharusnya memiliki waktu kerja pendek karena mampu bekerja dengan
lebih cerdas. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang
sangat mengagumkan dalam satu dekade terakhir, kelompok terpelajar
yang bekerja mengandalkan otak diasumsikan akan memerlukan waktu
kerja yang relatif minimum, kurang dari 40 jam per minggu. Sebab,
bukankah orang-orang yang cerdas dengan perangkat teknologi mutakhir
seharusnya tidak perlu bekerja keras seperti nenek moyang mereka
(dan kita) dulu?
Masalahnya, di sekolah kehidupan kita kemudian menyaksikan kenyataan
yang lain. Seperti dilaporkan BusinessWeek edisi Oktober 2005 lalu,
dalam konteks Amerika jumlah para "budak kerja" itu cukup
mencengangkan. Lebih dari 31% pekerja pria lulusan perguruan tinggi
di Amerika Serikat lazim bekerja 50 jam atau lebih dalam sepekan di
kantor, naik dari 22% di tahun 1980, ketika teknologi informasi
belum canggih seperti dewasa ini. National Sleep Fondation
melaporkan bahwa sekitar 40% orang dewasa Amerika tidur kurang dari
7 jam pada hari kerja. Padahal sejak 1926 Henry Ford telah
mempelopori lima hari kerja dalam sepekan, dan sejak 1970 di Amerika
berlaku waktu kerja 40 jam seminggu. Lalu bagaimana menjelaskan
kecenderungan pekerja terpelajar Amerika dewasa ini yang malah
menghabiskan waktu kerja seperti para buruh pabrik di abad ke-19,
yang rata-rata bekerja 60 jam per minggu?
Pekerja Amerika tidak sendirian. Di Cina, para manajer senior dengan
pendapatan $ 2.000 AS ---dengan kurs Rp 9.500,- berarti Rp 19 juta---
sebulan umumnya bekerja 6o jam, enam hari seminggu. Meski sekitar 20
jam diantaranya terhitung lembur, tapi mereka tidak mendapatkan upah
tambahan dari kerja ekstra itu. Umumnya, kaum pekerja keras itu
mengaku tak punya pilihan kecuali lembur dan menganggap hal itu
memang sudah menjadi tugas mereka, sehingga memang tidak perlu upah
tambahan. Disebutkan bahwa sedikitnya di tiga kota Cina, 51% orang
yang lembur selama hari kerja tak mendapat upah tambahan---suatu hal
yang tidak terjadi pada rekan-rekan mereka di Jepang dan Korea
Selatan. Pada hal UU Ketenagakerjaan di Cina telah menetapkan jam
kerja 44 jam seminggu, dalam lima hari kerja, dengan cuti tahunan
dua minggu, hari libur rutin, dan upah lembur minimal satu setengah
kali upah normal. Kenyataannya peraturan semacam itu tak mampu
membendung tumbuhnya kelompok "budak kerja" di negeri tirai bambu
tersebut. Hanya pegawai negeri saja, seperti pengajar sekolah, yang
menghabiskan waktu kerja 40 jam seminggu dengan penghasilan sekitar
$ 200 AS sebulannya.
Hal lain yang juga menarik untuk disimak adalah laporan tentang
jumlah jam kerja wanita karier di Amerika dan Eropa yang diwakili
oleh 15 negara Uni Eropa. Pada tahun 1984, di Amerika sekitar 58%
wanita karier yang menghabiskan waktu kerja lebih dari 40 jam
seminggu. Jumlahnya meningkat di tahun 2004 menjadi sekitar 62%.
Sementara di Eropa, hanya sekitar 36% wanita karier yang
menghabiskan waktu kerja di atas 40 jam seminggu, tahun 1984. Dan di
tahun 2004 jumlahnya turun menjadi sekitar 29%. Apakah itu berarti
wanita karier di Amerika bekerja semakin keras hari-hari ini,
sementara rekan-rekan mereka di Eropa lebih punya waktu untuk hal
lain di luar pekerjaan? Tak ada penjelasan lebih lanjut soal hal
ini. Yang jelas, dalam sebuah wawancara, perempuan Amerika yang
cerdas dan fenomenal Oprah Winfrey pernah mengaku bahwa ia biasa
bekerja 14-15 jam sehari, dan bila hanya bekerja 12 jam sehari, ia
merasa ada sesuatu yang kurang hari itu.
Pemaparan data-data tersebut diatas menunjukkan bahwa tidaklah benar
asumsi yang mengatakan bahwa hanya orang yang tidak bergelar dan
bodoh saja yang dituntut bekerja keras menafkahi hidupnya.
Kenyataannya, orang-orang yang paling terpelajar di negeri yang maju
seperti Amerika, maupun yang bermukim di negeri berkembang macam
Cina, justru tetap bekerja keras untuk menafkahi hidupnya. Asumsi
yang mengatakan bahwa dengan kemajuan teknologi informasi kaum
pekerja akan lebih santai dalam melakukan pekerjaannya juga patut
digugat kembali. Sebab kenyataannya para sarjana yang paling melek
dan menguasai teknologi informasi mutakhir saja tidak bekerja lebih
santai dibanding orang-orang yang relatif buta teknologi informasi.
Jadi, bekerja keras dalam arti bekerja lebih lama dari aturan kerja
yang berlaku secara formal---misalnya, lima hari kerja, 40 jam
seminggu---dengan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan hidup sehari-hari, agaknya sudah menjadi
kecenderungan yang sulit dibendung. Semakin banyak pekerja merasa
memang begitulah seharusnya, terutama ketika mereka menginginkan
karier dan kehidupan yang lebih baik. Kerja keras seolah-olah
menjadi jalan satu-satunya. Hal ini tentu tidak terlalu perlu
dipersoalkan jika kita memiliki pekerjaan yang kita senangi, pekerja
yang sesuai dengan bakat dan potensi terbaik kita, dan pekerjaan
yang memberikan hasil-hasil terbaik, baik kepada kita maupun kepada
masyarakat dan lingkungan dimana kita mengabdi. Seperti Oprah
Winfrey yang menemukan "tempatnya" yang unik di dunia ini, ia
mungkin melakukan pekerjaannya tanpa merasa "bekerja".
Masalahnya, bagaimana jika pekerjaan yang kita miliki saat ini
bukanlah pekerjaan yang kita inginkan? Bagaimana kalau pekerjaan
yang kita miliki saat ini adalah pekerjaan yang tidak sesuai dengan
bakat dan potensi terbaik kita? Bagaimana kalau pekerjaan kita saat
ini adalah pekerjaan yang tidak menumbuhkan rasa bangga dalam diri
kita? Bagaimana kalau pekerjaan yang kita tekuni saat ini adalah
pekerjaan yang tidak menjanjikan masa depan yang lebih? Terhadap
empat pertanyaan terakhir ini saya akan menjawab dengan satu
pertanyaan berikut: sampai kapan Anda bersedia bekerja keras untuk
jenis pekerjaaan seburuk itu?
Tabik Mahardika!
Sumber: Kerja Keras, Sampai Kapan? oleh Andrias Harefa. Andrias
Harefa adalah pembelajar sekolah kehidupan.
19 October 2006
10 Besar Perusahaan Idaman 2006: "Kebesaran" Mereka Memang Menyilaukan
Sepuluh besar perusahaan idaman versi Warta Ekonomi mencerminkan reputasi besar dan kemampuan memberikan penghasilan yang besar. Inilah wajah perusahaan-perusaha an yang menyilaukan mata para pekerja itu.
Sejak lima tahun lalu, sembilan nama perusahaan di halaman-halaman berikut ini boleh jadi sudah sering Anda temukan dalam liputan "Perusahaan Idaman" sebagai tempat bekerja pilihan karyawan versi Warta Ekonomi. Sesuai peringkatnya, kesembilan perusahaan ini mendampingi PT Astra International Tbk. (sebagai peringkat pertama) dalam peringkat 10 Besar Perusahaan Idaman tahun 2006. Dari tahun ke tahun, mereka selalu berhasil menarik minat para responden survei Perusahaan Idaman yang tahun ini berjumlah 1.000 orang.
Ada banyak alasan yang diberikan responden saat memilih Astra sebagai perusahaan yang paling diidamkan untuk tempat bekerja tahun ini (peringkat pertama). Akan tetapi, cuma ada tiga alasan utama. Pertama, Astra adalah perusahaan besar (27,56% responden yang memilih Astra mengatakan hal ini). Mereka menyebut banyaknya kantor cabang, luasnya jangkauan pemasaran produk, dan besarnya pangsa pasar untuk menunjukkan "kebesaran" Astra. Kedua, ada jenjang karier yang jelas di Astra (17,43%). Ketiga, Astra memberikan penghasilan yang lebih besar kepada karyawannya dibanding perusahaan sejenis lainnya (15,91%).
Alasan utama itu pula yang menjadi benang merah yang menyatukan Astra dengan sembilan perusahaan lainnya yang masuk dalam 10 Besar Perusahaan Idaman 2006. Yaitu, bahwa mereka dipilih oleh sebagian besar responden karena alasan utama yang sama, yaitu karena mereka adalah perusahaan besar, seperti karena banyaknya bidang usaha yang dimiliki, jaringan distribusi yang luas, omzetnya yang besar, dan lain-lain.
Mungkin saja Anda tidak sependapat dengan para responden. Akan tetapi, dalam tulisan profil berikut ini akan ditunjukkan keistimewaan yang dimiliki kesembilan perusahaan idaman itu (yang masuk dalam peringkat 10 Besar Perusahaan Idaman 2006 setelah Astra) dan bagaimana persepsi responden terhadap mereka. Sebab, bagaimanapun, perusahaan yang menjadi idaman tentulah telah melampaui proses panjang untuk meraih prestasinya itu.GENUK CHRISTIASTUTI
Peringkat 2: PT Unilever Indonesia Tbk.
Tahu yang Karyawan Mau
Perusahaan consumer goods asal Belanda ini membuat banyak program supaya karyawan betah dan meningkat kinerjanya.
Tak perlu cerita panjang lebar untuk soal kejelasan jenjang karier karyawan di PT Unilever Indonesia Tbk. Awal karier seluruh direksi lokalnya saat ini sudah menjelaskan dengan sendirinya. "Mereka semua adalah hasil program Management Trainee (MT) kami," ujar Josef Bataona, human resources director PT Unilever Indonesia Tbk. Bahkan, sambung Josef, 70% pimpinan Unilever dengan level di bawah direktur juga merupakan hasil program MT.
Artinya, mereka dahulunya adalah fresh graduate yang direkrut Unilever melalui program MT. Setelah itu, mereka mulai menapaki berbagai jenjang karier hingga akhirnya berhasil duduk sebagai direktur.
Dikaitkan dengan hasil survei Warta Ekonomi tentang Perusahaan Idaman sebagai tempat bekerja tahun 2006, alasan kejelasan jenjang karier di Unilever (6,09%) juga menjadi salah satu alasan utama mengapa sebagian besar responden memilih Unilever sebagai perusahaan idaman 2006 di peringkat kedua setelah Astra. Selain itu, responden juga memberikan alasan utama karena Unilever merupakan perusahaan besar (13,85%), memberikan gaji yang lebih besar dibanding perusahaan sejenis (13,02%), dan sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya (11,36%).
Menurut Josef, Unilever memang sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. "Kami sadar karyawan memiliki banyak kebutuhan," tutur Josef. Menurut dia, Unilever memiliki berbagai program balanced life yang bisa membuat karyawan betah bekerja dan meningkat kinerjanya.
Bagi karyawan pemula, masalah gaji dan fasilitas kerap menjadi prioritas kebutuhan. Untuk itu, Unilever berupaya menjaga fairness perolehan gaji mereka. Unilever juga memberikan berbagai bentuk penghargaan. Misalnya, untuk karyawan pemenang program Enterprise Award. Dalam program ini, karyawan diajak berkompetisi memberikan ide-ide kreatifnya untuk meningkatkan kinerja perusa¬haan. Penghargaan untuk pemenang program ini bisa berupa pengumuman pemenang di setiap komputer di Unilever, mendapatkan bonus satu kali gaji, liburan ke luar negeri, kenaikan karier, maupun bentuk penghargaan lainnya.
Berbagai fasilitas untuk karyawan juga disediakan, seperti fitness center, nursery, dan tempat pertemuan santai. Unilever pun rutin menyelenggarakan acara Pekan Olah Raga dan Family Day. "Dunia Fantasi pernah kami booking selama setengah hari hanya untuk karyawan Unilever," ujar Josef.
Dengan berbagai program itu, tak heran jika karyawan Unilever tergolong betah bekerja di perusahaan yang mampu membukukan laba bersih Rp877,9 miliar pada semester I 2006 lalu ini (naik 9% dibanding laba bersih semester I 2005 yang sebesar Rp805,3 miliar). Rata-rata turnover di Unilever hanya 1% per tahun. "Bahkan, untuk karyawan level bawah boleh dibilang nyaris tidak ada yang keluar," tandas Josef. FADJAR ADRIANTO
------------ ---
Status : PMA
Sektor usaha : Consumer goods
Jumlah karyawan: 3.000 (Indonesia)
Peringkat 2005 : 3
------------ ---
Peringkat 3: PT Bank Central Asia Tbk.
Pamornya Kembali Bangkit
BCA melompat naik tujuh tingkat sebagai perusahaan idaman tempat bekerja.
Pada 8 Juli 1998, sewaktu BCA masih milik Keluarga Salim, pernah terjadi protes dari puluhan karyawan BCA di Magelang dan tujuh kantor cabang pembantu BCA di eks Karesidenan Kedu. Mereka menuntut persamaan gaji dan menghendaki penentuan jabatan karyawan BCA didasarkan pada pendidikan, kemampuan, pengalaman, dan masa kerja. Bukan berdasarkan pertimbangan lain yang tidak semestinya.
Mengapa protes itu bisa terjadi? Ada penjelasan yang mengatakan bahwa saat itu BCA masih terkesan menggunakan manajemen keluarga, walaupun merupakan bank swasta terbesar di Indonesia. Cerita selanjutnya adalah pamor BCA sebagai perusahaan bergengsi makin merosot seiring terjadinya krisis ekonomi 1997. Puncaknya, pada Mei 1998 BCA mengalami rush penarikan dana oleh para nasabahnya. BCA akhirnya harus masuk ke "klinik" BPPN untuk direkapitalisasi.
Namun, cerita suram BCA kemudian berubah. Program rekapitalisasi BCA berjalan sukses-walaupun Keluarga Salim kemudian tinggal memiliki 1,77% saham di BCA. Dari sisi aset, BCA adalah bank nasional terbesar kedua setelah Bank Mandiri. Total nilai aset BCA sebesar Rp150,74 triliun per Desember 2005.
Kinerja BCA juga terus membaik. Semester I 2006 BCA berhasil meraih laba bersih Rp2,04 triliun atau tertinggi dari seluruh bank di Indonesia. BCA mampu mengalahkan laba bersih BRI yang sebesar Rp2,008 triliun. Padahal, tahun lalu laba bersih BRI adalah yang tertinggi yakni sebesar Rp3,808 triliun, dan BCA berada di posisi kedua dengan Rp3,597 triliun.
Tak hanya itu. Di mata 1.000 karyawan yang menjadi responden survei Warta Ekonomi, BCA berhasil duduk di peringkat ke-3 sebagai perusahaan idaman tempat bekerja, setelah Astra dan Unilever. Ini melompat tujuh tingkat dari posisi ke-10 pada 2005. Dari total 5,6% responden yang memilih BCA, 34,85% di antaranya menyebutkan adanya jenjang karier yang jelas di BCA merupakan alasan mereka memilih BCA. Selain itu, 32,12% menyebut karena tingginya tingkat kesejahteraan jika bekerja di BCA.
Lena Setiawati, corporate secretary BCA, menjelaskan BCA memiliki program leadership management yang memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan karier profesionalnya, sehingga akan berdampak juga pada peningkatan kinerja mereka. Walau tak bersedia menyebutkan secara gamblang standar gaji untuk karyawan fresh graduate, manajer, dan direksi di BCA, Lena menegaskan BCA menggunakan benchmarking dari salary survey untuk menyesuaikan standar gaji karyawan. "Kami juga menerapkan reward dan punishment berdasarkan pencapaian kinerja karyawan," ungkap Lena. HOUTMAND P. SARAGIH
------------ --
Status : PMDN
Sektor usaha : Bank
Jumlah karyawan: 21.033 (2004)
Peringkat 2005 : 10
------------ --
Peringkat 4: PT Pertamina
Sekali Masuk Tak Ingin Keluar
Tak pernah terlempar dari 10 besar. Pertamina menjanjikan kemapanan hidup.
Lima tahun lalu, Heri (35 tahun) meninggalkan perusahaan sekuritas untuk bekerja di Pertamina. Ayah dua anak itu tak pernah menyesali keputusannya. Ia justru merasa sangat beruntung. Bagaimana tidak, baru masuk saja gajinya lima kali lipat dari yang ia terima di perusahaan sebelumnya. Kini, dengan posisi supervisor, ia telah memiliki rumah dan mobil. "Walaupun hanya Xenia," canda karyawan Pertamina Surabaya itu.
Lain lagi dengan Heni (27 tahun). Mantan karyawati di bank pelat merah itu merasa nyaman dengan pekerjaannya sekarang sebagai staf akuntansi di Pertamina. Meski baru setahun, ia mengaku tak akan mau berpaling ke "lain hati" lagi. Dengan gaji di atas Rp5 juta, biaya pengobatan gratis, plus fasilitas-fasilitas lain, wanita yang masih lajang itu merasa semua impiannya tentang perusahaan ideal telah terpenuhi.
Hasil survei Warta Ekonomi ikut mendukung pernyataan Heri dan Heni. Sebanyak 22,16% responden memang memilih Pertamina karena alasan gaji. Namun, alasan terbesar justru karena perusahaan negara ini dianggap mapan (33,74%). Sementara itu, faktor fasilitas hanya menempati urutan ke-3 (15,57%).
Sebenarnya perusahaan yang telah berganti logo ini turun peringkatnya dari posisi ke-2 tahun lalu ke posisi ke-4. Namun, dari lima tahun survei Warta Ekonomi, Pertamina merupakan satu dari tiga perusahaan yang tak pernah keluar dari 10 besar. Ini menunjukkan besarnya kepercayaan responden kepada perusahaan yang sekarang dikomandoi Arie H. Soemarno ini.
Melihat ke belakang, tahun 1957 merupakan tonggak kelahiran Pertamina. Awalnya Pertamina hanya memiliki wewenang sebatas mengawasi eksplorasi minyak oleh PMA. Kemudian wewenangnya meningkat, yakni mengatur proses distribusi minyak ke seluruh Indonesia. Kini bisnis minyak Pertamina telah menggurita dari hulu hingga ke hilir.
Di industri hulu, usahanya meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Eksplorasi minyak Pertamina terpusat di tujuh daerah, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam - Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Papua. Sementara eksplorasi panas bumi berada di tiga area, yaitu Sibayak di Sumatera Utara, Kamojang di Jawa Barat, dan Lahendong di Sulawesi Utara. Usaha hilir Pertamina meliputi pengolahan, pemasaran, perniagaan, pengapalan, dan distribusi minyak.
Pertamina juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha. Beberapa di antaranya, PT Elnusa (minyak dan gas bumi), PT Patra Jasa (perhotelan dan properti), PT Pelita Air Service (jasa transportasi udara), dan PT Tugu Pratama Indonesia (asuransi). PRAYOGO P. HARTO
------------ ----
Status : BUMN
Sektor usaha : Pertambangan minyak
Jumlah karyawan : 26 ribu
Peringkat 2005 : 2
------------ ----
Peringkat 5: PT Bank Mandiri Tbk.
Yang Penting Bergengsi
Bisa bekerja di bank sebesar Bank Mandiri merupakan kebanggaan tersendiri. Apalagi karyawan diberi peluang dan insentif mengembangkan diri di sana.
Banyak orang bercita-cita untuk bekerja di perusahaan BUMN. Persoalannya sederhana, mereka percaya apabila bekerja di BUMN hidup mereka akan lebih terjamin. Soal kesejahteraan, juga jelas tidak perlu diragukan lagi. Selain itu, ada kebanggaan tersendiri (prestige) bisa bekerja di BUMN.
Salah satu BUMN yang menjadi idaman sebagai tempat bekerja adalah Bank Mandiri. Hasil survei Warta Ekonomi terhadap 1.000 karyawan se-Jabotabek menunjukkan 3,2% responden memilih Bank Mandiri sebagai perusahaan idaman atau duduk di peringkat ke-5. Ini naik tiga tingkat dari peringkat ke-8 tahun lalu.
Sebanyak 31,63% dari responden yang memilih Bank Mandiri itu beralasan Bank Mandiri adalah perusahaan besar. Tentu saja ini tak bisa disangkal. Bank Mandiri adalah pemilik aset terbesar di industri perbankan nasional, yakni Rp263,38 triliun. Meskipun bank pelat merah ini masih berkutat dengan persoalan kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) yang masih cukup tinggi, sebesar 24,9% pada semester I 2006.
Bank Mandiri juga dianggap bisa memberikan kesejahteraan bagi para karyawannya. Ada 27,11% dari responden yang memilih Bank Mandiri menyatakan alasan tersebut.
I Nengah Rentaya, senior vice-president human capital group Bank Mandiri, menjelaskan tingkat kesejahteraan karyawan Bank Mandiri sudah sesuai dengan standar industri. "Perusahaan memberikan kompensasi dan benefit yang baik kepada karyawan, mulai dari level fresh graduate hingga level manajerial, sesuai dengan pasar," ujarnya.
Akan tetapi, jika ingin dibayar lebih, harus ada prestasi. Bank Mandiri berprinsip pay-for-performance atau kasarnya dibayar sesuai prestasi. Sistem kompensasi dan benefit dapat disesuaikan bagi karyawan yang berkinerja di atas rata-rata dan berpotensi tinggi. Hal tersebut dilakukan guna menjaga iklim kompetisi karyawan serta mendorong motivasi kerja, loyalitas, dan komitmen karyawan.
Selain itu, 25,95% dari responden yang memilih Bank Mandiri melihat ada jenjang karier yang jelas jika bekerja di Bank Mandiri. Hal tersebut diamini oleh Rentaya. Melalui sistem talent management dan leadership development, Bank Mandiri memberi peluang bagi setiap karyawannya untuk mengembangkan diri. "Sistem ini terfokus pada pengembangan kompetensi," tutur Rentaya. Harapannya, tentu saja terjadi peningkatan produktivitas. HOUTMAND P. SARAGIH
-----------
Status : BUMN
Sektor usaha : Bank
Jumlah karyawan: 21.192
Peringkat 2005 : 8
-----------
Peringkat 6: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom)
Gajinya Menggiurkan
Gaji besar, perusahaan besar, dan jenjang karier jelas adalah tiga alasan utama BUMN telekomunikasi ini menjadi incaran para karyawan.
Gaji direksi Telkom mencapai Rp108 juta per bulan! Angka ini jelas menggiurkan. Tak salah anggapan banyak orang bahwa gaji di BUMN telekomunikasi ini pasti besar. Hal itu pula yang membuat perusahaan yang berdiri sejak 1882 ini menjadi idaman para karyawan sebagai tempat bekerja.
Sejak tahun 2001 Telkom selalu masuk dalam daftar peringkat atas perusahaan idaman karyawan dalam riset Warta Ekonomi. Demikian juga tahun ini. Hasil riset Warta Ekonomi pada 2006 menunjukkan 3% dari 1.000 responden mengidamkan bekerja di Telkom. Dari angka tersebut, 48,44% menyebutkan alasan karena penghasilan di Telkom tinggi, 24,54% karena Telkom merupakan perusahaan besar, dan 13,84% karena jenjang karier di perusahaan pelat merah ini jelas.
Nanang Harjendra, asisten manajer analis bisnis PT Telkom Tbk., menuturkan penghasilan yang ia terima memang lebih besar dibandingkan di perusahaan lain yang sejenis. "Tidak terlalu tinggi, tetapi memang lebih tinggi sedikit," ujar pria yang telah berkarier selama 10 tahun di Telkom itu. Dari sisi kesejahteraan pun, menurut dia, Telkom lebih unggul. "Sesakit dan separah apa pun kondisi kesehatan kita, tetap ditanggung seluruhnya oleh perusahaan. Berbeda dengan di tempat lain yang ada limitnya."
Mengenai jenjang karier, pria berusia 34 tahun itu mengungkapkan bahwa di Telkom juga sangat menjanjikan. Ia mencontohkan salah satu rekan seangkatannya yang dalam 10 tahun telah berhasil menjadi vice-president.
Secara performa, perusahaan yang sahamnya terdaftar di New York Stock Exchange, London Stock Exchange, dan Tokyo Stock Exchange ini memang menghasilkan keuntungan yang besar. Pada semester I 2006, Telkom berhasil membukukan laba bersih Rp5,8 triliun atau naik 53% dibanding laba bersih pada periode yang sama tahun 2005. Telkom pun mematok target tinggi pada tahun 2010, yaitu memperoleh kapitalisasi pasar senilai US$30 miliar.
Tahun ini Telkom juga telah meraih beberapa prestasi bergengsi, baik di tingkat nasional maupun global. Salah satunya adalah keberhasilan Telkom duduk di peringkat ke-12 dalam deretan perusahaan teknologi informasi (TI) terbaik di dunia versi majalah BusinessWeek. Pemeringkatan itu berdasarkan kinerja perusahaan-perusaha an TI di dunia sesuai laporan keuangannya. Telkom berhasil mengungguli perusahaan TI ternama di dunia seperti Google, Accenture, dan juga Dell. EVI RATNASARI
------------ ---
Status : BUMN
Sektor usaha : Telekomunikasi
Jumlah karyawan : 32 ribu
Peringkat 2005 : 4
------------ ---
Peringkat 7: PT Chevron Pacific Indonesia
Diuntungkan Kenaikan Harga Minyak
Chevron masih setia menempel Pertamina. Gaji dan citra perusahaan besar jadi andalannya.
Dibanding tahun lalu, memang posisi perusahaan yang dulu bernama PT Caltex Pacific Indonesia ini turun dua peringkat. Namun, Chevron menjadi satu-satunya perusahaan minyak yang tetap setia bersaing dengan Pertamina.
Tak ada perubahan alasan responden memilih perusahaan minyak asal San Ramon, California, Amerika Serikat, ini. Sebanyak 33,12% responden masih memilihnya karena iming-iming gaji yang menggiurkan. Selain itu, citra sebagai perusahaan besar (32,47%) dan karier (11,69%) tetap menjadi alasan responden terpikat pada perusahaan yang baru saja mengakuisisi Unocal ini.
Alasan responden tak keliru. Menurut sumber Warta Ekonomi, gaji di Chevron tergolong yang tertinggi dibandingkan perusahaan sejenis. Bagi mereka yang baru lulus kuliah tanpa pengalaman, Chevron menawarkan gaji Rp7-11 juta. Karyawan juga dimanja dengan fasilitas tempat tinggal dan mobil. Keuntungan lain, bonus berdasarkan kinerja karyawan dan keuntungan perusahaan, gratis biaya pengobatan, dan uang pensiun. Hanya saja, karyawan harus siap tinggal di daerah terpencil yang jauh dari gemerlapnya kota.
Di samping itu, mergernya dengan Texaco (2001) dan kiprahnya mengakuisisi Unocal (2005) menjadikan Chevron salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Pada 2005 saja produksi minyak Chevron mencapai 2,5 juta barel per hari.
Di Indonesia, Chevron awalnya bernama PT Caltex Pacific Indonesia. Akhir 2005, perusahaan minyak tersebut resmi berganti nama menjadi PT Chevron Pacific Indonesia. Perusahaan yang telah 80 tahun beroperasi di Indonesia ini sempat memproduksi 1 juta barel minyak per hari. Kini, dari operasinya di Provinsi Riau melalui empat wilayah inti: Rumbai, Minas, Duri, dan Dumai, produksi minyak Chevron 450 ribu barel per hari.
Kenaikan harga minyak juga ikut mendongkrak citra Chevron sebagai perusahaan idaman. Saat ini harga minyak stabil di kisaran US$60-70 per barel. Namun, harga diperkirakan akan menembus US$100 per barel dalam 2-3 tahun ke depan. Sementara biaya produksi minyak mentah hanya US$8 per barel. Bisa dibayangkan keuntungan Chevron Indonesia yang memproduksi minyak mentah sebanyak 450 ribu barel per hari. Artinya, besar kemungkinan gaji maupun bonus karyawan meningkat signifikan.
Sementara itu, bagi karyawan yang mendambakan karier go international, bekerja di Chevron juga sangat menjanjikan. Perusahaan yang berdiri pada 1879 ini memiliki perwakilan di 180 negara di empat benua: Afrika, Asia, Amerika, dan Eropa. PRAYOGO P. HARTO
------------ ------
Status : PMA
Sektor usaha : Pertambangan minyak
Jumlah karyawan : 53 ribu (seluruh dunia)
Peringkat 2005 : 5
------------ ------
Peringkat 8: PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel)
Perusahaan Untung, Karyawan pun Untung
Seiring perolehan keuntungan dan pertumbuhan Telkomsel, karyawannya juga memperoleh apresiasi. Penghasilan mereka lebih tinggi dibanding perusahaan lain.
Awalnya Nirwan Lesmana tak banyak tahu mengenai Telkomsel ketika mulai bekerja di perusahaan ini pada 1997. Maklum, saat itu industri telekomunikasi memang belum booming. Telkomsel sendiri baru mulai beroperasi pada 1995. Kini, pria berusia 36 tahun itu tak menyangka jika Telkomsel bisa besar dan menjadi operator selular nomor satu di Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya Telkomsel, karier alumnus Universitas Padjadjaran itu juga melaju. Dari hanya sebagai staf biasa, dalam waktu sembilan tahun Nirwan berhasil mencapai posisi general manager marketing. Ia juga emoh pindah ke "lain hati", meskipun ada beberapa perusahaan sejenis yang menawarkan posisi lebih tinggi kepadanya.
Mengapa pria asli Bandung itu betah di Telkomsel? Pertama, menurut dia, Telkomsel masih akan tumbuh, sehingga tantangan dan jenjang karier di perusahaan ini masih menjanjikan. Kedua, ada apresiasi terhadap karyawan seiring perolehan keuntungan dan pertumbuhan perusahaan. Di Telkomsel selalu ada evaluasi per kuartal. Jika perusahaan mengalami pertumbuhan, maka karyawan akan mendapatkan bonus sesuai prestasi dan unit bisnisnya. "Istilahnya, perusahaan untung, karyawan pun untung," ujarnya.
Alasan itu jugalah yang menobatkan Telkomsel menjadi salah satu dari 10 perusahaan idaman karyawan tahun 2006. Berdasarkan riset Warta Ekonomi terhadap 1.000 orang karyawan, Telkomsel meraih 2,3% suara responden. Dari angka tersebut, 40,17% responden beralasan karena penghasilan di Telkomsel tinggi, 26,49% karena Telkomsel adalah perusahaan besar, dan 11,11% menyebut jenjang karier di Telkomsel menjanjikan.
Menurut Erik Meijer, vice-president marketing dan CRM Telkomsel, ada beberapa daya tarik Telkomsel sebagai tempat bekerja. Pertama, perusahaan ini banyak meraih prestasi. Tahun ini saja Telkomsel berhasil mengantongi tujuh penghargaan. "Itu semua membuat Telkomsel banyak dikenal orang," ujarnya.
Kedua, kinerja perusahaan ini cukup fantastis. Jumlah pelanggannya terus meningkat. Semester I 2006, jumlah pelanggannya naik 6,5 juta dari posisi akhir 2005 yang 24 juta. Pendapatannya selama semester I 2006 juga meningkat 47% dibanding periode yang sama tahun lalu, dari Rp6,408 triliun naik menjadi Rp9,442 trili¬un.
"Setiap sukses yang diraih dibagi juga dengan karyawan sebagai bentuk apresiasi perusahaan," papar Erik. Maka, penghasilan karyawan Telkomsel bisa lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di industrinya. "Bahkan, juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan di industri lain," cetus Erik. EVI RATNASARI
------------ --
Status : PMDN
Sektor usaha : Telekomunikasi
Jumlah karyawan: 3.391
Peringkat 2005 : 9
------------ --
Peringkat 9: Citibank Indonesia
Anut Prinsip Meritocracy
Kebesaran Citibank membuat banyak karyawan menginginkan bekerja di sana. Penghargaan dan pelatihan karyawan pun rutin diberikan.
Sebagai salah satu bank terbesar di dunia, tak salah jika Citibank, NA termasuk perusahaan yang diidamkan sebagai tempat bekerja oleh sebagian besar pekerja di seluruh dunia, juga di Indonesia. Hasil survei Warta Ekonomi mengungkapkan Citibank berada di peringkat ke-9 sebagai perusahaan idaman tempat bekerja.
Alasan sebagian besar responden memilih Citibank adalah karena Citibank merupakan perusahaan besar (24,7%). Sisanya, responden beralasan Citibank memberikan pendapatan lebih besar kepada karyawannya (21,24%), menaikkan gengsi dan perusahaannya bonafide (17,7%).
Citibank, yang berdiri sejak tahun 1812, memang termasuk bank terbesar di dunia. Bank yang berbasis di AS ini beroperasi di lebih dari 50 negara di dunia. Lebih dari setengah dari 1.400 kantornya berada di AS.
Ishak Kurniawan, direktur HRD Citibank, NA, dapat menerima alasan Citibank adalah perusahaan besar sehingga pantas menjadi perusahaan idaman. Namun, ia tidak sependapat dengan alasan yang menyebutkan penghasilan di Citibank lebih besar. "Sebab, kami memberikan gaji sesuai dengan pasar industri perbankan nasional. Jadi, juga tidak tinggi-tinggi amat," ujarnya.
Menurut Ishak, Citibank menganut prinsip dasar meritocracy, yaitu penghargaan hanya diberikan bagi mereka yang berprestasi. Penghargaan itu tidak melulu berupa uang, tetapi lebih berupa pengakuan. Misalnya, pengumuman lewat e-mail dan pemberian vocer makan di restoran. "Hal-hal kecil, tetapi yang membuat orang merasa dihargai," ujar Ishak.
Pada sisi lain, Ishak mengungkapkan Citibank juga selalu mengadakan pelatihan bagi semua karyawannya. Pelatihan tersebut berupa fasilitas training dengan mendatangkan rekan senior Citibank dari luar negeri atau mengirim karyawan ke luar negeri untuk on the job training. "Jadi, karyawan setiap hari tertantang untuk belajar hal-hal baru," katanya. Selain itu, ada juga program beasiswa sekolah S2 atau S3 di Universitas Prasetya Mulya Business School.
Dengan pelatihan itu, ujar Ishak, manajemen Citibank tak gentar apabila ada karyawannya yang mengundurkan diri. Sebab, Citibank sudah mempersiapkan kader-kader yang siap mengisi posisi-posisi kosong sehingga operasional bank tetap berjalan normal. "Manajemen kami sudah terbiasa dengan pengunduran diri yang terjadi di hampir semua level," ungkapnya. IMAN HENDARTO
------------ --------- -
Status : PMA
Sektor usaha : Bank
Jumlah karyawan : 270.000 (global) dan 5.000 (Indonesia)
Peringkat 2005 : 14
------------ --------- -
Peringkat 10: PT IBM Indonesia
Tak Hanya Berupa Gaji
Di IBM, karyawan banyak memperoleh fasilitas pengembangan diri. Itu penting untuk memelihara komitmen mereka.
Dengan memiliki lebih dari 330.000 pegawai di lebih dari 170 negara, International Business Machines Corporation (IBM) mengu¬kuhkan diri sebagai salah satu perusahaan teknologi informasi terbesar di dunia. Resmi berdiri pada 15 Juni 1911, IBM memiliki pendapatan US$96 miliar (2004). Perusahaan yang berkantor pusat di Armonk, New York, AS, ini memproduksi dan menjual perangkat keras komputer, perangkat lunak, dan jasa.
Oleh karena kebesarannya itu pula IBM masuk dalam 10 besar perusahaan yang paling diidamkan karyawan sebagai tempat bekerja dalam survei Warta Ekonomi terhadap 1.000 responden. Sebanyak 16,39% responden yang memilih IBM beralasan memilih IBM karena nama besarnya. Selain itu, 12% responden yang memilih IBM menganggap berkarier di IBM sangat menjanjikan bagi masa depan mereka, terutama kesempatan untuk bekerja di luar negeri. Namun, alasan terbanyak adalah karena penghasilan di IBM lebih besar (27,59%).
Akan tetapi, Audrey Wardana, country manager human resources PT IBM Indonesia, menuturkan faktor penghasilan bukanlah hal yang ditonjolkan IBM dalam memelihara komitmen karyawan. "Menurut data survei pihak ketiga, gaji yang kami berikan sangat kompetitif dibanding perusahaan sejenis lainnya," ungkapnya.
Dalam memelihara komitmen karyawannya, IBM lebih memilih memfasilitasi mereka agar berkembang. Di antaranya melalui pemberian program Professional Development yang merupakan fasilitas intranet yang dapat dipakai setiap waktu oleh seluruh karyawan, seperti e-Learning Program, Global Campus, Updated Professional/ Technical Training, dan Management Development.
IBM juga memberikan program Working at Home yang memfasilitasi setiap karyawan apabila ingin bekerja dari rumahnya dengan penyediaan perangkat dan infrastruktur teknologi informasi pendukungnya. Ada juga pemberian program Compressed Working Day untuk karyawan yang ingin jam kerjanya lebih sedikit, misalnya 20 jam per minggu, karena sedang mengikuti pendidikan S2/S3 atau sedang mengalami masalah keluarga. "IBM menyadari bahwa karyawan harus memiliki work life balance," papar Audrey.
Bagi IBM, penghargaan (reward) untuk karyawan yang berprestasi juga tidak selalu harus berupa uang. "Terkadang mereka juga butuh pengakuan," ujar Audrey. Di antaranya, IBM selalu mengumumkan karyawan yang berprestasi, seperti berhasil dalam sebuah proyek, melalui pengeras suara yang terdengar ke seluruh kantor. IMAN HENDARTO
------------ ---
Status : PMA
Sektor usaha : Teknologi informasi
Jumlah karyawan : 330.000 (dunia)
Peringkat 2005 : 15
[Manager-Indonesia] : [Majlas] Lebaran Kapan ?
To: Manager-Indonesia@yahoogroups.com
menurut saya wajar aja elemen ormas gak percaya ama pemerintah,
lagian yg diurus yg ngasilin duit aja seperti haji dan zakat, masih keren-an yg diurus swasta / non pemerintah kok. kalau lah saja, tingkat kepercayaan kepada pemerintah itu tinggi, memang idealnya penetapan 1 ramadhan / syawal mengikuti pemerintah.
yg jadi masalah, saya kok sering dengar isu2 tidak sedap ttg penentuan 1 syawal ini, misalnya taun2 kmaren, ada issu kalo depag menetapkan 1 syawal di hari minggu misalnya karena sudah menyiapkan hari itu untuk takbir akbar, sehingga sudah keluar biaya yg banyak sekali, sementara laporan tim hilal menyebutkan mereka justru sudah melihat hilal pada hari sabtu atau senin.. saya lupa ini taun berapa.
jadi, serahkan hal-hal yg beginian itu pada yg mengetahui ilmunya, demikian lebih tepat, bukan asal serahkan ke pemerintah yg "kesannya" cuman mau ngurus hal2 yg berkaitan keagamaan yg profittable saja..
ttg penentuan idulfitri skarang tampaknya sudah ada versi yg berbeda dg. muhammadyah bisa dilihat di eramuslim atau di blog saya: http://sirod.blogspot.com/2006/10/jadi-bingung-berdasarkan-perhitungan.html
Masalahnya, pemerintah sendiri pun menurut MenAg khan tidak akan mengeluarkan keputusan kapan mulai puasa dan kapan lebaran, karena bagi pemerintah dengan penetapan tanggal merah di tanggalan sudah merupakan kebijakan pemerintah tentang kapan jatuhnya 1 Sayawal 1427 H.
Jadi Bingung >> Berdasarkan Perhitungan Astronomi, Idul Fitri Jatuh pada Hari Selasa
Berdasarkan Perhitungan Astronomi, Idul Fitri Jatuh pada Hari Selasa
- Kamis, 19 Okt 06 10:03 WIB
- Kirim teman
Perbedaan dalam menentukan hari pertama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, sudah menjadi hal yang biasa di dunia Islam. Namun sejumlah ilmuwan di Universitas Al-Azhar, Mesir menyatakan, berdasarkan perhitungan astronomi, Idul Fitri jatuh pada hari Selasa (24/10).
"Perhitungan menunjukkan bahwa hilal tidak bisa terlihat pada hari Minggu, 22 Oktober, karena hilal akan hilang di sebagian besar kota-kota di Mesir sebelum matahari tenggelam," kata Profesor Ahmad Ismail Khalifah dari Universitas Al-Azhar, Mesir.
Menurutnya, hal serupa terjadi di negara-negara Arab dan sejumlah negara-negara Muslim, sehingga hari terakhir bulan Ramadhan jatuh pada Senin, 23 Oktober. "Sebagai konsekuensinya, hari pertama bulan Syawal atau Idul Fitri akan jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober," papar Khalifa.
Pernyataan Khalifah dibenarkan oleh Profesor Musalam Syaltut, profesor di bidang fisika angkasa luar dan matahari. "Hilal bulan Syawal akan muncul pada hari Minggu tapi akan lenyap sebelum matahari tenggelam di negara-negara Arab dan Muslim, termasuk di Mesir dan Arab Saudi," jelasnya.
Shaltout mengatakan, berdasarkan hitung-hitungan astronomi, negara-negara Muslim yang mulai berpuasa pada hari Minggu, 24 September akan merayakan Idul Fitri pada hari Selasa, 24 Oktober.
Islamic Crescent Observation Project-didirikan pada tahun 1998 dan kini memiliki 300 anggota yang terdiri dari para ilmuwan dan orang-orang yang tertarik dengan pengamatan hilal dan perhitungan kalender-menyatakan, pemunculan hilal pada hari Sabtu di berbagai belahan dunia sangat tidak mungkin karena bulan tenggelam sebelum matahari terbenam dan bulan akan berdekatan dengan matahari setelah itu.
Pemunculan hilal juga tidak mungkin terjadi pada hari Minggu di semua belahan dunia, karena bulan akan tenggelam sebelum matahari terbenam di beberapa wilayah, atau berdekatan dengan matahari di sejumlah wilayah lain.
Meski demikian, umat Islam yang mulai berpuasa pada hari Sabtu, 23 September tidak punya pilihan lain selain merayakan Idul Fitri pada Senin, 23 Oktober.
"Pemunculan bulan Syawal pada hari Minggu tidak berarti apa-apa pada hari yang menandai hari ke-30 bulan Ramadhan," kata Abdullah bin Salman, seorang ulama Saudi, pada awal pekan kemarin.
"Kita akan merayakan Idul Fitri pada Senin, 23 Oktober," ujarnya.
Profesor Shaltout menjelaskan, akar persoalannya adalah di banyak negara Muslim yang mulai berpuasa satu hari lebih cepat dari waktu yang perhitungannya berdasarkan pada kalkulasi astronomi tentang jatuhnya awal bulan Ramadhan.
Dalam penanggalan Islam, jumlah hari dalam satu bulan antara 29-30 hari. Jika hari Minggu adalah hari ke-30 bulan Ramadhan, otomatis hari raya Idul Fitri jatuh pada keesokan harinya. (ln/iol)
Lebaran Diperkirakan Tidak Hujan
Lebaran Diperkirakan Tidak Hujan
Niken Widya Yunita - detikcom
Jakarta - Meski saat ini hujan telah turun di sejumlah wilayah DKI Jakarta, namun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memperkirakan musim hujan mulai masuk pada pertengahan bulan November.
"Karena belum memasuki musim hujan, diperkirakan Lebaran tidak hujan,"ujar Kepala Subid Informasi dan Jasa Ramalan BMG Ahmad Zakir ketika dihubungi wartawan, Selasa (17/10/2006).
Menurut Zakir, meskipun hujan sudah turun pada pertengahan Oktober ini namun curah hujannya belum besar. "Dikatakan sudah masuk musim hujan bila curah hujan dalam 10 hari mencapai curah hujan 50 mm," kata Zakir.
Hujan di Jakarta secara sporadis terjadi di Jabotabek belakangan ini. Pada Senin (16/10/2006) malam di kawasan Pamulang, Tangerang, bahkan hujan turun sangat deras. (nik/nrl)
17 October 2006
Kompas sosok 16-Okt-06: M Yunus, Risi Punya Gelar DR
M Yunus, Risi Punya Gelar DR
Simon Saragih dan Budi Suwarna
Salah satu yang paling membanggakan orangtua adalah jika anaknya menjadi "orang". Kenyataannya, Muhammad Yunus bukan saja membuat bangga orangtuanya, tetapi juga 147 juta rakyat Banglades. Lebih dalam lagi, banyak tokoh dunia yang turut merinding karena bahagia atas kesuksesan Yunus meraih Nobel Perdamaian 2006.
Menteri Luar Negeri Banglades M Morshed Khan memuji Yunus atas jasa-jasa pribadi... memberi hati kepada termiskin dari kelompok miskin, memberi harapan bagi yang tidak punya harapan. "Sebagai teman semasa kecilnya, saya bahagia dan bangga padanya," ujarnya.
Muhammad Yunus bisa dikatakan sudah istimewa sejak lahir. Tahun demi tahun ia lalui dengan prestasi. Nobel Perdamaian adalah yang terbaru dalam daftar penghargaan lokal, regional, dan internasional yang pernah diraihnya. Ia genius dan bertangan dingin. Punya rasa percaya diri dan tak pernah takluk oleh tantangan, tetapi malah suka mencari tantangan.
Ia lahir pada 28 Juni 1940 di Chittagong saat Banglades masih menjadi bagian India, kemudian menjadi bagian Pakistan Timur pada tahun 1947, dan menjadi Banglades pada tahun 1971.
Yunus berasal dari keluarga kaya. Ayahnya, Muhammad Dula Meah, adalah pedagang perhiasan logam mulia. Ayahnya selalu mendorong Yunus dan saudaranya untuk belajar, bepergian, dan mempelajari hal-hal baru. Ibunya, Sufia Khatun, hanya mengecap pendidikan kelas 4 sekolah dasar. Namun, ibunya adalah seorang wanita cerdas. Yunus mengenang ketika ibunya membacakan puisi, menuturkan cerita-cerita dengan lancar.
Yayasan Ramon Magsaysay, Filipina, sehubungan dengan Penghargaan Ramon Magsaysay kepada Yunus pada tahun 1984, menuturkan kisah pribadi Yunus. Anak ketiga dari sembilan bersaudara ini adalah yang pertama di keluarga yang menjadi bintang di sekolah dan berpetualang di dunia.
Pendidikan dasar Yunus dimulai di sekolah dasar Baluardighi, Chittagong, dan meraih juara pertama. Saat duduk di kelas 4 sekolah dasar, salah satu guru menyarankan Yunus bersekolah di Sekolah Menengah Inggris (Middle English School), sekolah ternama di Chittagong untuk kelas 5 dan 6.
Ia pergi ke sekolah itu atas inisiatif sendiri. Sekolah itu, setelah melihat nilai Yunus, langsung menerimanya. Di sekolah baru, Yunus sekelas dengan anak-anak pejabat dan pengusaha Chittagong. Ia sempat gugup dengan lingkungan elite itu. "Namun, ia punya rasa percaya diri dan independen, yang menopang suksesnya," demikian dikatakan Yayasan Ramon Magsaysay.
Di sekolah baru itu, Yunus juga menjadi juara pertama. Prestasi demi prestasi ia raih, hingga duduk di kelas 10, setara kelas 1 SMA. Pada pelajaran ekstrakurikuler, Yunus pun istimewa. Ia menjadi salah satu dari 25 anggota tim kepanduan sekolahnya. Ia dikirim ke Jambore se-Pakistan pada tahun 1952. Ia kemudian ditunjuk menjadi wakil tim Jambore sekolahnya ke Kanada.
Pada tahun 1957, ia memasuki Universitas Dhaka dengan mengambil jurusan seni, di saat orang lain bercita-cita menjadi insinyur dan dokter. Akan tetapi, ia terbukti berbakat sebagai sutradara dan hasil karyanya dipuji. Lalu, Yunus mengambil kursus matematika dan ekonomi, kemudian meraih sarjana muda dari Universitas Dhaka pada tahun 1960, dan setahun kemudian menjadi sarjana penuh.
Ia seperti orang yang gelisah. Sembari belajar, ia ingin memulai bisnis percetakan dan kemasan. Ayahnya tak setuju. Lalu, ia belajar ke Pakistan Barat, mendalami perusahaan serupa. Balik ke Chittagong, ia mendirikan perusahaan dan sukses. Saudaranya meneruskan bisnis itu.
Yunus kemudian belajar ke Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat. Sebenarnya ia ingin bersekolah ke London School of Economics. Namun, beasiswa dari Vanderbilt University membuatnya pergi ke AS dan meraih gelar doktor pada tahun 1970. Saat berada di AS, ia menjadi aktivis mahasiswa yang mendukung pemisahan Banglades dari Pakistan.
Walau bisa hidup tenang dan makmur di AS, dari kegiatan dosen di Tennessee State University, Murfreesboro, Yunus bertekad bulat kembali ke Banglades, yang saat itu sudah merdeka dari Pakistan.
Berguru kepada kaum papa
Di dekat kampus universitas, ada desa Jobra. Di sini, ia bertemu seorang wanita pengemis, Sufia Begum. Yunus juga melihat kemiskinan di sekitar. Ia gelisah oleh gelarnya sebagai doktor ekonomi, tetapi tidak bisa mengangkat derajat hidup warga Banglades yang dilanda kelaparan.
Yunus kemudian meminjam uang ke bank untuk diberikan kepada kaum papa sebagai pinjaman. Ada yang kembali, ada yang tidak. Namun, ia tak jera. Yunus mencari tahu, mengapa ada kegagalan. Dari situ, ia mulai meraih sukses.
Pada tahun 1975 Presiden Zia Ur Rahman mencanangkan program swasembada pangan untuk rakyat. Yunus menjadi salah satu think-tank yang diajak berbicara. Namun, Yunus tak terlalu tertarik terhadap program pemerintah yang bersifat komando. Ia melakukan penelitian ke bawah, langsung di lapangan, mencari tahu cara paling efektif untuk membantu kaum papa.
Ia kemudian mengupayakan pinjaman dari Janata Bank pada tahun 1976. Dana tersebut dia pakai sebagai permodalan bank, yang kemudian bernama Grameen Bank Prakalpa (Proyek Bank Desa), dimulai di Jobra.
Ada tiga karakter utama bank tersebut, peminjamnya adalah warga termiskin, tak punya lahan. Pinjaman diharapkan kembali dan porsi utama peminjam adalah wanita.
"Jangan beri rakyat uang begitu saja. Rakyat tidak perlu belas kasihan," kata suami Afrozi ini. "Beri akses, kesempatan, maka rakyat miskin akan bangkit sendiri," kata ayah dari satu orang putri, Deena.
Itulah yang membawanya meraih Nobel.