Koran Tempo, Sabtu (23/9) 
Tangan lelaki 74 tahun itu berkelebat cepat. Punggung tangannya beradu. Plak! 
Suaranya begitu keras. Kakinya maju selangkah, sambil menebas ke kiri dan  
kanan. Tetap dengan serangan jurusnya, ia berputar mengelilingi ruang tamu 
rumahnya. Sebentar kemudian, nafasnya memburu. "Maklum, ude berumur," katanya 
sembari tertawa.
Mengenakan peci hitam, kemeja, dan celana pangsi putih,  Muhammad Ali bin 
Sabeni terlihat gagah. Ia bak sosok jago Betawi tempo dulu. Cocok dengan 
statusnya sebagai pewaris Silat Betawi Aliran Sabeni. "Yang barusan itu  
namanye Kelabang Nyebrang," ujar Babe Ali, panggilan akrab Sabeni. 
Kelabang Nyebrang adalah jurus silat yang membuat ayah Ali, Sabeni bin Haji 
Chanam, melegenda di tanah Betawi. 
Sejarahnya, Sabeni, yang mendirikan Aliran Silat Sabeni, adalah jago Betawi  
yang disegani di Tenabang (nama Tanah Abang dulu kala). Babe Ali bercerita. 
Aktivitas ayahnya, yang lahir pada 1860, sempat membuat Kompeni Belanda tak 
senang. Sebab, dia yang mengajarkan anak-anak muda Tenabang ilmu silat.  
Bahkan, Kompeni beberapa kali mengupah jawara lokal untuk menghabisi Sabeni. 
Tapi gagal.
Kehabisan akal, Kapten Danu yang memimpin Hoofdbureau van Politie (Kepolisian 
Hindia Belanda) memanggil petinju dari negara asalnya dan seorang jago kungfu  
dari Cina untuk menantang Sabeni. Di Princen Park (sekarang taman Lokasari, 
Jakarta Barat), disaksikan ratusan warga Betawi dan Belanda, Sabeni berhasil 
mengalahkan kedua lawannya itu.
Bukan cuma kali itu Sabeni harus menghadapi musuh asing. Kala Jepang masuk  
pada 1942, ia ditantang di Kebon Sirih Park (sekarang Balai Kota DKI) untuk 
bertarung dengan ahli karate dan judo. Sabeni, yang ketika itu sudah berusia 
83 tahun, menang lagi.
Dua pertarungan itu diabadikan dalam film 'Berkas Tempo Doeloe' yang diputar  
TVRI pada 1985. Jalan Kuburan Lama, Tanah Abang, tempat makam Sabeni, oleh 
pemerintah DKI diganti menjadi Jalan Sabeni. 
Begitu melegendanya nama Sabeni sampai almarhum Benyamin Suaeb datang ke Babe 
Ali untuk minta ijin menggunakan nama Sabeni dalam karakternya di sinetron Si  
Doel Anak Sekolahan. "Saya ijinkan karena nama Sabeni kan banyak," katanya.
Saat ini Silat Betawi Aliran Sabeni diteruskan oleh Babe Ali yang merupakan 
anak ketujuh Sabeni. Karena usia yang sudah lanjut, tugas melatih diserahkan  
ke anak lelakinya, Zul Bachtiar.
Ciri khas aliran ini adalah karakternya yang memang dikhususkan untuk 
bertarung. Menurut Eko Hadi Sulistia, murid Aliran Sabeni yang juga pengurus 
Forum Pelestari dan Pecinta Pencak Silat Tradisional Indonesia, Aliran Sabeni  
tidak memiliki kembang dan memang murni untuk beladiri. "Ini berbeda dengan 
aliran Betawi lainnya yang dapat dipergunakan untuk tarian atau ngibing," 
katanya.
Perbedaan lainnya, apabila karakter umum aliran pencak silat adalah bagaimana  
bertahan dan mengelak dari serangan, maka Aliran Sabeni justru mengutamakan 
penyerangan. "Kita balik menyerang kalau diserang." Pukulan tangan dan  
tendangan kaki, di silat Betawi lain, dilakukan bergantian untuk menyerang. 
Di Aliran Sabeni justru dilakukan bersamaan. "Lawan akan sulit mengantisipasi 
serangan."
 Ciri khas lainnya adalah Aliran Sabeni mengandalkan gerakan tangan yang sangat 
cepat dengan sasaran muka dan daerah-daerah berbahaya.
 Dan yang tidak kalah penting, "Tidak boleh ada jarak dengan lawan. Kami harus 
bertarung dengan jarak yang sangat dekat."
Dengan segala keunikannya, Aliran Sabeni memiliki keunggulan dari aliran silat  
yang lainnya. Tapi itu juga menjadi kelemahannya karena ternyata cukup sulit 
untuk mempelajarinya.
Maraknya olahraga beladiri asing di tanah air, membuat Aliran Sabeni hanya 
memiliki anggota yang bisa dihitung dengan jari. "Kami berharap banyak anak  
muda yang mau melestarikannya," kata Eko. AMAL IHSAN
   
No comments:
Post a Comment