09 October 2006

Siilat Betawi Aliran Sabeni

Koran Tempo, Sabtu (23/9)

Tangan lelaki 74 tahun itu berkelebat cepat. Punggung tangannya beradu. Plak!
Suaranya begitu keras. Kakinya maju selangkah, sambil menebas ke kiri dan
kanan. Tetap dengan serangan jurusnya, ia berputar mengelilingi ruang tamu
rumahnya. Sebentar kemudian, nafasnya memburu. "Maklum, ude berumur," katanya
sembari tertawa.

Mengenakan peci hitam, kemeja, dan celana pangsi putih, Muhammad Ali bin
Sabeni terlihat gagah. Ia bak sosok jago Betawi tempo dulu. Cocok dengan
statusnya sebagai pewaris Silat Betawi Aliran Sabeni. "Yang barusan itu
namanye Kelabang Nyebrang," ujar Babe Ali, panggilan akrab Sabeni.

Kelabang Nyebrang adalah jurus silat yang membuat ayah Ali, Sabeni bin Haji
Chanam, melegenda di tanah Betawi.

Sejarahnya, Sabeni, yang mendirikan Aliran Silat Sabeni, adalah jago Betawi
yang disegani di Tenabang (nama Tanah Abang dulu kala). Babe Ali bercerita.
Aktivitas ayahnya, yang lahir pada 1860, sempat membuat Kompeni Belanda tak
senang. Sebab, dia yang mengajarkan anak-anak muda Tenabang ilmu silat.
Bahkan, Kompeni beberapa kali mengupah jawara lokal untuk menghabisi Sabeni.
Tapi gagal.

Kehabisan akal, Kapten Danu yang memimpin Hoofdbureau van Politie (Kepolisian
Hindia Belanda) memanggil petinju dari negara asalnya dan seorang jago kungfu
dari Cina untuk menantang Sabeni. Di Princen Park (sekarang taman Lokasari,
Jakarta Barat), disaksikan ratusan warga Betawi dan Belanda, Sabeni berhasil
mengalahkan kedua lawannya itu.

Bukan cuma kali itu Sabeni harus menghadapi musuh asing. Kala Jepang masuk
pada 1942, ia ditantang di Kebon Sirih Park (sekarang Balai Kota DKI) untuk
bertarung dengan ahli karate dan judo. Sabeni, yang ketika itu sudah berusia
83 tahun, menang lagi.

Dua pertarungan itu diabadikan dalam film 'Berkas Tempo Doeloe' yang diputar
TVRI pada 1985. Jalan Kuburan Lama, Tanah Abang, tempat makam Sabeni, oleh
pemerintah DKI diganti menjadi Jalan Sabeni.

Begitu melegendanya nama Sabeni sampai almarhum Benyamin Suaeb datang ke Babe
Ali untuk minta ijin menggunakan nama Sabeni dalam karakternya di sinetron Si
Doel Anak Sekolahan. "Saya ijinkan karena nama Sabeni kan banyak," katanya.

Saat ini Silat Betawi Aliran Sabeni diteruskan oleh Babe Ali yang merupakan
anak ketujuh Sabeni. Karena usia yang sudah lanjut, tugas melatih diserahkan
ke anak lelakinya, Zul Bachtiar.

Ciri khas aliran ini adalah karakternya yang memang dikhususkan untuk
bertarung. Menurut Eko Hadi Sulistia, murid Aliran Sabeni yang juga pengurus
Forum Pelestari dan Pecinta Pencak Silat Tradisional Indonesia, Aliran Sabeni
tidak memiliki kembang dan memang murni untuk beladiri. "Ini berbeda dengan
aliran Betawi lainnya yang dapat dipergunakan untuk tarian atau ngibing,"
katanya.

Perbedaan lainnya, apabila karakter umum aliran pencak silat adalah bagaimana
bertahan dan mengelak dari serangan, maka Aliran Sabeni justru mengutamakan
penyerangan. "Kita balik menyerang kalau diserang." Pukulan tangan dan
tendangan kaki, di silat Betawi lain, dilakukan bergantian untuk menyerang.
Di Aliran Sabeni justru dilakukan bersamaan. "Lawan akan sulit mengantisipasi
serangan."

Ciri khas lainnya adalah Aliran Sabeni mengandalkan gerakan tangan yang sangat
cepat dengan sasaran muka dan daerah-daerah berbahaya.
Dan yang tidak kalah penting, "Tidak boleh ada jarak dengan lawan. Kami harus
bertarung dengan jarak yang sangat dekat."

Dengan segala keunikannya, Aliran Sabeni memiliki keunggulan dari aliran silat
yang lainnya. Tapi itu juga menjadi kelemahannya karena ternyata cukup sulit
untuk mempelajarinya.

Maraknya olahraga beladiri asing di tanah air, membuat Aliran Sabeni hanya
memiliki anggota yang bisa dihitung dengan jari. "Kami berharap banyak anak
muda yang mau melestarikannya," kata Eko. AMAL IHSAN

No comments:

Post a Comment