18 November 2014

Mengenang Prof. Dr. Ir. H. Soleh Solahuddin, M.Sc: 1944-2014.

Mengenang Prof. Dr. Ir. H. Soleh Solahuddin, M.Sc: 1944-2014.

Oleh Asep Saefuddin
Rektor Universitas Trilogi/Guru Besar Statistika FMIPA IPB

Foto dari Dedy Syahrul


Prof. Dr. Ir. H. Soleh Solahuddin, saya lebih sering menyebutnya Kabg Soleh, adalah angkatan pertama Fakultas Pertanian di bawah IPB tahun 1963. Dimana sebelumnya berada di bawah Universitas Indonesia. Waktu Kang Soleh masuk IPB, Indonesia sedang dalam masa pergolakan politik akibat ketidakpuasaan rakyat terhadap pemerintahan orde lama. Sebagai mahasiswa pejuang, Kang Soleh aktif di gerakan mahasiswa yang tergabung ke dalam KAMI atau Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia dan masuk sebagai eksonen 66. 

Terlahir dari seorang pemimpin informal dan formal Lurah Desa Leuwi Goong di Garut, Bpk H. Solahuddin. Adalah wajar kalau Kang Soleh memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Selalu ingin memajukan organisasi yang dipegangnya. Ketika saya masuk IPB tahun 1976, di kantor PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) dan Asrama Felicia IPB ada beberapa arsp informasi tentang Dewan Mahasiswa dan organisasi ekstra universiter HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Termsuk di dalamnya informasi 'sepak terjang' Kang Soleh. Beliau adalah Ketua Umum HMI Cabang Bogor 1968-1969, lalu Ketua Umum Dewan Mahasiswa IPB 1969-1970. Pada saat itulah Kang Soleh bersama-sama Dr. Harjadi Darmawan Ketua Umum Dema UI menggagas pembentukan Persatuan Mahasiswa Indonesia yang dikenal dengan istilah ISU, Indonesian Student Union. Model inilah yang selanjutnya diteruskan menjadi Persatuan Senat Mahasiswa Fakultas Pertanian dan berbagai fakultas lainnya di Indonesia.

Pada periode Cak Nurcholis Madjid menjadi Ketua Umum PB HMI 1968-1970, Kang Soleh adalah Ketua Bidang Kemahasiswaan. Setelah lulus, Kang Soleh menjadi dosen Fakultas Pertanian IPB (1972) dan sempat menjadi mahasiswa teladan, selain aktifis. Pada tahun 1974, beliau mendapat tugas belajar ke Wisconsin untuk program master dan doktor. Awal tahun 1981, Kang Soleh kembali ke Indonesia meneruskan statusnya sebagai dosen. Di awal tahun 1981 itulah saya sebagai dosen muda akhirnya dapat berkenalan dengan sosok Kang Soleh yang sudah saya kenal secara virtual sejak 1976 itu. 

Kesempatan diskusi dengan tokoh HMI dan angkatan 66 ini meyakinkan saya bahwa Kang Soleh adalah sosok yang ramah, dekat dengan siapapun, dan berwawasan luas. Pernah kami berdiskusi dengan para aktifitis HMI Bogor di awal kedatangannya, banyak sekali gagasan Beliau yang membuat kami kaget. Pada saat itu pemikirannya jauh melambung ke masa depan. Bayangan aplikasi teknologi yang saat itu utopia, seperti komunikasi cepat lewat dengan berbagai gadget, pernah dilontarkannya supaya informasi tidak tertinggal. Beliau sempat juga menyarankan perubahan pola pengkaderan HMI pola sensasional dirubah menjadi pola rasional. Mahasiswa tidak lagi laku bila kemampuan komunikasi bahasa Inggris masih tidak dikuasai. Kang Soleh saat itu sudah menyarankan agar mahasiswa harus membuka wawasan dan jangan ekslusif. Dewasa ini beberapa jargon itu bukan lagi hal baru, tetapi bagi kami 30-40 tahun yang lalu hal itu sering membuat kami bengong.

Sebagai alumni IPB yang menjadi Dekan Fakultas Pertanian IPB tahun 1986, beliau menggagas perlunya Gedung Alumni IPB. Berkat kepiawaian dan jejaringnya Gedung Alumni akhirnya terwujud ketika Kang Soleh menjadi Ketua Dies Natalis IPB yang ke 25 (tahun 1988). Gagasan kerjasama IPB dengan sektor bisnis untuk pemanfaatan hasil riset dimulai tahun 1989. Awalnya kerjasama dilakukan dengan PT Kodel yang dipimpin oleh Drs. Soegeng Sarjadi (eksponen 66 yang wafat sebulan yang lalu). Pada waktu itu, sebelum saya berangkat ke Kanada untuk tugas belajar, sempat menjadi Sekretaris Eksekutif kerjasama tersebut.

Pada tahun 1990 Kang Soleh mendapat amanah untuk menjadi Rektor Universitas Haluoleo Kendari. Banyak terobosan yang Beliau lakukan waktu di Kendari, salah satunya adalah pengiriman dosen ke Kanada melalui proyek EIUDP (Eastern Indonesia University Development Project) melalui kerjasama dengan Pemerintah Kanada. Pada tahun 1995 civitas akademika IPB kembali meminta Kang Soleh pulang kampung dengan menjadi Rektor IPB. Melalui kepemimpinannya saat itu IPB menyusun Renstra IPB menuju tahun 2020 dengan konsep pertanian berbudaya industri, Darmaga sebagai science city, dan IPB sebagai penentu kecenderungan (trend setter) iptek pertanian di Indonesia. Lalu pada tahun 1998 Presiden BJ Habibie memintanya menjadi Mentri Pertanian.
Di dekade 2000 awal, Kang Soleh membantu IPB melalui Majlis Wali Amanah. Kehadirannya di MWA IPB memungkinkan IPB memiliki unit bisnis secara transparan dalam bentuk Holding Company BLST (Bogor Life Science and Technology) yang membangun pusat bisnis Convention Center dan Botani Square. Walaupun ada usaha pemanfaatan lahan mubazir, Beliau bersama pimpinan IPB saat itu tegas-tegas menjaga gudung hitam IPB sebagai land-mark yang harus diperhatikan keasliannya. Alhamdulillah saat ini gedung tersebut sudah resmi sebagai gedung heritage IPB dan sekakigus Bogor. IPB akhirnya memiliki unit IGA (Income Generating Activity) berbentuk International Convention Center dan Botani Square dalam koordinasi BLST.

Di usia pensiun, Kang Soleh aktif di ormas Nasional Demokrat sebagai Dewan Pembina. Perjuangannya yang tidak pernah lelah untuk kemajuan bangsa, telah melupakan kesehatannya. Kang Soleh dikenal sebagai orang yang jarang mengeluh karena sakit. Beliau sendiri lupa berhak memiliki ASKES yang baru diurusnya satu minggu sebelum Allah swt memanggilnya. Hari Senin 17 November akhirnya Kang Soleh dipanggilNya untuk menghadap Tuhan YME. Hari Selasa 18 November 2014 melalui Upacara Militer di TMP Dreded Bogor. Selamat jalan Kang Soleh, Prof. Dr. Ir. H. Soleh Solahuddin. Semoga Akang berbahagia di sisi Allah swt. Kami yang pernah menjadi murid organisasi Akang di HMI dan murid keilmuan di IPB saat ini sedang berdo'a untuk kebahagian Akang. Alfatihah. Aamiin.

Semoga dedikasi untuk selalu membangun negara bisa kami teruskan melalui berbagai aktifitas dimana saja kami berada. Insya Allah. 

1 comment:

  1. saya pernah ngobrol dengan kang soleh mengenai kenapa bkan ke i-te-be, sebagai seorang mahasiswa terpandai yang saya kenal.
    beliau mengatakan karena kelahiran dan asal garut, maka hany amau jadi petani, tetapi karena takut gerombolan de-i, ketika itu masih merajalela di jawa barat, maka terpaksa sekolah ilmu pertanian.
    dan akhirnya betul2 menjadi seorang ahli pertanian bermanfa'at untik indonseia bukan hanya untuk kota asalnya garut.

    ReplyDelete